Mariupol, kota simbol perlawanan bagi Ukraina, tetapi jadi simbol penaklukan bagi Rusia, sudah luluh lantak. Mestinya ini menjadi pengingat akan horor peperangan.
Oleh
Redaksi
·2 menit baca
AFP/ANDREY BORODULIN
Pemandangan dari udara pada area Distrik Pusat di kota pelabuhan Mariupol yang hancur, Rabu (18/5/2022), setelah hampir tiga bulan berkecamuk pertempuran sengit antara pasukan Ukraina dan Rusia. Kota itu jatuh ke tangan Rusia.
Mariupol, kota di Ukraina tenggara dan tepi Laut Azov, lama menjadi sumber kebanggaan rakyat Ukraina. Melalui perlawanan sengit hampir tiga bulan lamanya, sejak invasi Rusia dimulai pada 24 Februari lalu, kota itu menjadi saksi keheroikan bangsa Ukraina menghadapi serangan pasukan Rusia dan milisi pendukungnya.
Meski dibombardir serangan udara, termasuk pada rumah sakit bersalin dan gedung teater tempat perlindungan warga, kota itu tak kunjung jatuh sepenuhnya karena masih ada perlawanan dari pabrik baja Azovstal. Pendek kata, Mariupol menjadi simbol perlawanan Ukraina.
Seperti diberitakan, Selasa (17/5/2022), Presiden Ukraina Volodymir Zelenskyy mengumumkan mengakhiri perjuangan mempertahankan pabrik Azovstal. Pernyataan Zelenksyy diterjemahkan Menteri Pertahanan Oleksiy Reznikov dengan mengeluarkan perintah kepada pasukannya ”untuk menyelamatkan hidup mereka”. Dengan perlawanan heroik yang mereka tunjukkan, pemimpin Ukraina tidak menyebut pasukannya menyerah. ”Ukraina butuh mereka. Itulah yang utama,” sebut Reznikov, seperti dikutip kantor berita AP.
KOMPAS
Mariupol, kota yang dipertahankan mati-matian oleh beberapa kompi tentara dan milisi Ukraina, akhirnya jatuh ke tangan Rusia pada Selasa (17/5/2022). Komandan Pasukan Ukraina di Azovstal, Letnan Kolonel Denys Prokopenko, mengumumkan bahwa upaya mempertahankan pabrik itu diakhiri atas perintah komando tertinggi Ukraina. Mereka berharap warga Ukraina mendukung perintah itu.
Pertempuran di Mariupol sejauh ini merupakan salah satu pertempuran terpenting dalam perang Rusia-Ukraina. Karena itu, penting juga bagi kedua pihak untuk membangun narasi dan propaganda kemenangan. Moskwa menyebut, 959 anggota pasukan Ukraina menyerah. Bagi Rusia, jatuhnya Mariupol memberi mereka kemenangan simbolis dan strategis.
Mariupol menjadi kota terbesar Ukraina yang dikuasai Rusia selama perang hampir tiga bulan ini. Dengan menguasai kota itu, Moskwa menyambungkan wilayah Donbas yang dikontrol kelompok separatis pro-Rusia dengan Semenanjung Crimea, wilayah Ukraina yang direbut Rusia pada 2014.
Namun, seperti pada banyak perang lainnya, pertempuran telah meluluhlantakkan Mariupol. Sekjen Badan Bantuan Darurat dan Urusan Kemanusiaan PBB Martin Griffiths menyebut kota itu seperti ”neraka yang gelap”. Manolis Androulakis, diplomat terakhir negara Uni Eropa asal Yunani yang meninggalkan Mariupol pada pertengahan Maret lalu, telah memasukkan Mariupol dalam daftar kota di dunia yang hancur total akibat perang, seperti Guernica (Spanyol), Stalingrad, Grozny (Rusia), dan Aleppo (Suriah).
AP/ALEXEI ALEXANDROV
Seorang warga berjalan melewati sebuah rumah yang hancur di Mariupol, di wilayah di bawah pemerintahan Republik Rakyat Donetsk, Ukraina timur, Selasa (17/5/2022).
Wajah Mariupol yang saat ini luluh lantak mestinya menjadi pengingat akan horornya perang di Ukraina. Akibat perang itu, tak terhitung korban jiwa dan juga belasan juta warga yang menjadi pengungsi. Horor di Mariupol sejatinya memberikan kesempatan kepada semua pihak guna menunjukkan gestur dan iktikad menghentikan perang.
Bagi Rusia dan Ukraina, hal itu misalnya bisa dilakukan dengan saling tukar tawanan, seperti yang telah disampaikan kubu Ukraina. Adapun bagi dunia internasional, seluruh upaya mesti dikerahkan untuk membangun jembatan perundingan.