Rusia Tahan 265 Tentara dari Pabrik Baja, Ukraina Upayakan Pertukaran
Sebanyak 265 tentara Ukraina yang selama ini bertahan dan melawan Rusia di pabrik baja Azovstal menyerah dan ditahan Rusia. Ukraina yang tak mau memakai istilah menyerah meminta agar segera ada pertukaran tahanan.
Oleh
LUKI AULIA
·5 menit baca
KIEV, SELASA — Pertahanan pasukan Ukraina di pabrik baja Azovstal, Mariupol, jebol. Sebanyak 265 tentara Ukraina yang selama ini melawan pasukan Rusia dan bertahan di dalam kompleks pabrik itu menyerah, Selasa (17/5/2022).
Dari 265 tentara, 51 orang di antaranya dalam kondisi terluka parah. Presiden Rusia Vladimir Putin berjanji akan memperlakukan ratusan tentara itu sesuai dengan hukum internasional yang berlaku. Sementara Pemerintah Ukraina meminta segera ada pertukaran tahanan dengan Rusia. ”Ini untuk menyelamatkan nyawa mereka. Ukraina membutuhkan mereka. Ini yang terpenting,” kata Menteri Pertahanan Ukraina Oleksiy Reznikov.
Mariupol, kota pelabuhan penting bagi Ukraina, sudah jatuh ke tangan Rusia sejak bulan lalu. Namun, Rusia belum menguasai seluruh wilayah Mariupol karena ada ratusan tentara yang bertahan di terowongan-terowongan di bawah kompleks pabrik.
Kementerian Pertahanan Rusia memublikasikan foto-foto tentara Ukraina yang terluka. Mereka dibawa ke rumah sakit di wilayah Donetsk yang berada di bawah kendali kelompok perlawanan yang pro-Kremlin.
Pemerintah Ukraina akan melakukan apa saja untuk menyelamatkan tentara Ukraina yang masih bertahan di tempat-tempat perlindungan bawah tanah buatan era Soviet. Namun, tidak diketahui secara persis jumlah tentara yang masih bertahan.
Pertahanan di Azovstal menjadi simbol pertahanan dan perlawanan Ukraina yang gigih terhadap pasukan Rusia yang lebih kuat. Pasukan Ukraina yang bertahan di pabrik itu juga tak disangka bisa bertahan cukup lama setelah mendapatkan bantuan persenjataan dan uang tunai dari negara-negara Barat.
Rakyat Ukraina berharap ratusan tentara Ukraina yang ditahan Rusia akan bisa ditukar dengan tahanan perang Rusia. Namun, Ketua DPR Rusia Vyacheslav Volodin mengatakan, para tahanan perang tidak bisa dipertukarkan dan harus menjalani persidangan. Parlemen Rusia akan membahas resolusi yang akan mencegah pertukaran tahanan tentara resimen Azov itu. Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menegaskan, militer dan intelijen Ukraina akan tetap berupaya menarik tentara-tentara yang masih berada di pabrik baja itu. ”Juru runding asing yang paling bagus sudah ikut membantu proses ini,” ujarnya.
Menguasai Mariupol penting bagi Rusia karena memberikan Rusia akses ke Semenanjung Krimea yang dicaplok dari Ukraina pada 2014 dan menguasai pelabuhan penting Ukraina. Rusia juga bisa bebas bergerak ke tempat lain di Donbas, jantung industri yang ingin direbut Kremlin.
Namun, ini tidak mudah karena pasukan Ukraina di pabrik baja yang disebut penasihat Presiden Ukraina Mykhailo Podolyak seperti orang Spartan yang bertahan melawan pasukan Persia di zaman Yunani kuno. Mereka pun kalah jumlah waktu itu. ”Delapan puluh tiga hari pertahanan Mariupol akan tercatat dalam sejarah sebagai Thermopylae pada abad XXI,” tulisnya di twitter.
Tentara-tentara Ukraina yang keluar dari pabrik baja itu lalu digeledah oleh pasukan Rusia. Mereka lalu diangkut dengan bus dan dikawal kendaraan militer Rusia. Badan investigasi federal utama Rusia menyatakan akan menginterogasi tentara yang menyerah itu untuk ”mengidentifikasi kelompok nasionalis” dan menentukan apakah mereka terlibat dalam kejahatan terhadap warga sipil. Kejaksaan Tinggi Rusia juga meminta Mahkamah Agung Rusia untuk menyatakan Resimen Azov Ukraina sebagai organisasi teroris karena resimen itu dituding memiliki hubungan dengan kelompok sayap kanan.
Delapan puluh tiga hari pertahanan Mariupol akan tercatat dalam sejarah sebagai Thermopylae pada abad XXI.
Strategi Rusia dalam serangan ke Ukraina sudah banyak berubah dibandingkan rencana serangan awal dengan mengepung Kiev. Kini, pasukan Rusia juga menarik diri dari sekitar Kharkiv, kota terbesar kedua Ukraina. Pasukan Rusia kemudian bergeser ke Donbas yang memang sudah dikuasai kelompok separatis yang didukung Rusia.
Salah satu sasaran Rusia adalah kota Severodonetsk yang masih dikuasai pasukan Ukraina. Jika bisa menguasai Severodonetsk, Rusia akan bisa secara de facto mengendalikan Lugansk, salah satu dari dua wilayah yang ada di Donbas. Upaya Rusia mengepung Severodonetsk, untuk sementara, bisa digagalkan setelah pasukan Ukraina meledakkan jembatan kereta api untuk menghambat Rusia. Namun, Rusia tetap membombardir kota itu hingga sedikitnya 10 orang tewas.
Presiden Perancis Emmanuel Macron, ketika menelepon Zelenskyy, menjanjikan tambahan kiriman persenjataan dari Perancis beberapa pekan ke depan. Keduanya juga membahas soal penyediaan bahan bakar untuk Ukraina, cara mengekspor produk-produk pertanian Ukraina, dan pendaftaran Kiev untuk bergabung dengan Uni Eropa, proses yang menurut Macron akan butuh waktu puluhan tahun.
Sementara itu, kepercayaan di antara Ukraina dan Rusia menipis hingga perundingan perdamaian mandek. Kiev menuding Moskwa tak mau kompromi. Moskwa pun sudah tak yakin perundingan akan bisa dimulai lagi karena Ukraina dianggap keras kepala. Rusia juga menganggap negara-negara Barat, seperti Amerika Serikat, Inggris, dan Belgia, hanya mau memanfaatkan Ukraina untuk kepentingan mereka sendiri.
Bagi Rusia, kesepakatan damai tidak akan tercapai jika Barat terus ikut campur tangan. AS dan Eropa gencar memasok persenjataan dan dukungan lain kepada Ukraina. Penasihat presiden Ukraina, Mykhailo Podolyak, mengakui bahwa saat ini tak ada upaya perundingan.
Di sisi lain, serangan Rusia memicu kekhawatiran Finlandia dan Swedia di sekitar Rusia. Kedua negara secara resmi akan mengajukan permohonan bersama untuk menjadi anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Permohonan itu diajukan setelah anggota parlemen Finlandia mendukung negara itu bergabung dengan NATO. Ini menjadi semacam asuransi jika Finlandia diserang, anggota NATO akan bisa membantu. Finlandia memiliki perbatasan langsung dengan Rusia sepanjang 1.300 kilometer.
Namun sebelum diterima, permintaan itu harus disetujui terlebih dahulu dengan suara bulat oleh 30 negara anggota NATO. Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan keberatan. Salah satu alasannya, ia menuduh negara-negara Nordik menyembunyikan kelompok-kelompok teror yang bersimpati kepada kelompok separatis Kurdi. Sementara Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken yakin permintaan Finlandia akan disetujui. (REUTERS/AFP/AP)