Pekan ini menentukan. Diprediksi 85,5 juta orang akan mudik. Jumlahnya lebih banyak daripada tahun 2019, sebelum pandemi Covid-19. Ledakan mudik bakal terjadi.
Oleh
Redaksi
·2 menit baca
Perkiraan Kementerian Perhubungan, puncak mudik terjadi pada 29-30 April 2022 atau H-3 dan H-2 hari raya Idul Fitri. Mengantisipasi kepadatan arus mudik yang lebih awal, Korps Lalu Lintas Polri pun berencana mempercepat pemberlakuan sistem satu arah ataupun ganjil genap di Jalan Tol Trans-Jawa, dari semula akan diterapkan Kamis, 28 April 2022, menjadi Senin, 25 April 2022, ini.
Mengelola penyelenggaraan mudik itu gampang-gampang susah. Gampang karena peristiwa mudik selalu datang setiap tahun sehingga bisa dipersiapkan matang sebelumnya, bahkan bertahun-tahun sebelumnya, untuk perbaikan jangka menengah ataupun jangka panjang.
Susah karena terkait pergerakan orang dan barang yang sangat masif dalam tempo hampir bersamaan. Mengaturnya tentu lebih sulit ketimbang robot atau barang karena memiliki kebutuhan, bahkan keinginan tidak terbatas. Masing-masing juga memiliki gaya dan cara yang berbeda-beda.
Namun, polanya selalu sama. ”Tiap Menjelang Hari Raya, Penduduk Jakarta Banyak Berkurang”. Begitu isi salah satu berita di harian Kompas, 10 Desember 1969. Fenomena ini pun masih terjadi hingga kini. Bedanya, jumlahnya yang berkali-kali lipat lebih besar, masalah pun makin kompleks. Lebih dari 60 tahun lalu, setiap hari, hanya 53.500 orang Jakarta mengalir ke daerah pada saat mudik.
Dua tahun belakangan, persoalan mudik semakin kompleks karena terjadi pandemi Covid-19. Tahun ini lebih mudah karena pandemi Covid-19 secara global telah menurun drastis menjadi 548.000 kasus per hari. Sementara di Indonesia 522 kasus per hari. Sebelumnya, kasus harian tingkat dunia pernah mencapai 3,8 juta kasus per hari pada Januari 2022. Di Indonesia sekitar 64.000 kasus per hari pada Februari 2022.
Situasi ini mendorong pemerintah melonggarkan pembatasan mobilitas dan aktivitas masyarakat pada mudik kali ini dengan sejumlah syarat. Mengatur ledakan kegembiraan mudik karena sudah dua tahun tertahan SARS-CoV-2 sambil mencegah kembali terjadinya ledakan Covid-19 menjadi tantangan dari penyelenggaraan mudik 2022.
Upaya kreatif penyelenggara memberikan ”gula-gula” kepada publik menjadi penting agar mobilitas mudik berjalan sesuai skenario terbaik, selain penegakan disiplin bagi yang membandel. China, misalnya, mencegah 260 juta pemudik Imlek pada 2021 dengan memberi ”angpau” menggiurkan kepada pekerja migran yang tidak mudik atau layanan kesehatan gratis yang tidak pulang kampung.
Mengingatkan arti penting kedisiplinan kepada semua pemudik juga perlu digaungkan. Jumlah petugas yang minim dan keterbatasan penggunaan teknologi dalam mengatur mobilitas penduduk menuntut kesadaran semua orang untuk saling menjaga dan mengingatkan. Besar harapan, ledakan mudik 2022 menjadi ledakan kegembiraan, bukan ledakan kemarahan akibat kemacetan, apalagi ledakan Covid-19.