Sudah berlangsung lima kali pemilihan presiden, tetapi tampaknya Timor Leste gagal memilih pemimpin yang mampu mempercepat proses pembangunan di negeri yang terletak di belahan bagian timur Pulau Timor itu.
Oleh
Redaksi
·2 menit baca
Hasil pemilihan presiden Timor Leste memperlihatkan dukungan besar rakyat kepada politikus senior Jose Ramos Horta. Dukungan suara mencapai 62,09 persen.
Besarnya dukungan itu sekaligus menggambarkan harapan rakyat Timor Leste atas kepemimpinan Horta (72) dalam lima tahun mendatang. Sebaliknya, petahana Fransisco Lu Ole Guterres dalam pemilihan putaran kedua pekan ini meraih 37,91 persen suara. Rakyat tidak memilih lagi Guterres sebab dinilai gagal mengatasi kesulitan ekonomi yang kronis.
Kesulitan ekonomi terasa kian berat di tengah terpaan pandemi Covid-19 sekitar tiga tahun terakhir. Angka pengangguran dan kemiskinan meningkat. Tantangan yang dihadapi Horta, yang dilantik menjadi presiden pada 20 Mei 2022, tentu tidak kecil di negeri berpenduduk 1,3 juta itu. Kemelut politik dan krisis ekonomi di negeri itu sangat serius.
Rakyat Timor Leste mengharapkan Horta dapat mengatasi krisis ekonomi, yang tumpang tindih dengan pergolakan politik yang tidak pernah surut. Tumpang tindih masalah politik dan ekonomi membuat Timor Leste tidak bisa memacu kemajuan sejak terpisah secara resmi dari Indonesia tahun 2002.
Sudah berlangsung lima kali pemilihan presiden, tetapi tampaknya Timor Leste gagal memilih pemimpin yang mampu mempercepat proses pembangunan di negeri yang terletak di belahan bagian timur Pulau Timor itu. Horta sudah pernah menjadi presiden tahun 2007-2012, tetapi kinerjanya dinilai termasuk tidak mengesankan. Bahkan, Horta mengalami luka serius dalam percobaan pembunuhan tahun 2008.
Meski memiliki berbagai kelemahan dalam kepemimpinan birokrasi pemerintahan, Horta dianggap lebih baik ketimbang para kandidat lain dalam pemilihan presiden tahun 2022.
Apalagi Horta memiliki popularitas tinggi dengan reputasi sebagai pejuang, peraih Nobel Perdamaian 1996, mantan Menteri Luar Negeri dan Mantan Perdana Menteri. Nama Horta sering disebut dalam deretan dengan Xanana Gusmao dan Taur Matan Ruak sebagai pejuang Timor Leste dalam upaya memisahkan diri dari integrasi dengan Indonesia.
Rakyat Timor Leste mengharapkan Horta dapat mengatasi krisis ekonomi, yang tumpang tindih dengan pergolakan politik yang tidak pernah surut.
Namun, perlu dikemukakan, keberhasilan sebagai pejuang tidak dengan sendirinya sukses dalam menjalankan sistem pemerintahan. Tantangan dan kompleksitasnya berbeda. Sejak terpisah dari Indonesia tahun 2002, Timor Leste masih terus bergulat dalam mengatasi kemelut politik dan krisis ekonomi.
Negeri berpenduduk 1,3 juta jiwa itu masih tergolong negara miskin di dunia. Berbagai kalangan mengharapkan Horta mempercepat pembangunan ekonomi negara itu.
Sangat diharapkan pula, kepemimpinan Horta akan memperkuat hubungan persahabatan, kerja sama ekonomi, dan perdagangan dengan Indonesia, lebih-lebih karena kedua bangsa memiliki ikatan sejarah di masa lalu pada era integrasi tahun 1975-1999. Setelah dua dasawarsa berlalu, kerja sama yang lebih erat sangatlah diperlukan.