Bagi Ramos-Horta, kemenangan ini memberinya kesempatan menjabat Presiden Timor Leste untuk kedua kalinya. Ia akan dilantik pada 20 Mei mendatang, bersamaan peringatan 20 tahun lepasnya Timor Leste dari Indonesia.
Oleh
MUHAMMAD SAMSUL HADI
·4 menit baca
DILI, RABU — Tokoh dari kelompok independen, Jose Ramos-Horta, memenangi pemilihan presiden Timor Leste dengan meraup kemenangan telak atas pesaingnya, Presiden petahana Francisco ”Lu Olo” Guterres. Berdasarkan penghitungan komisi pemilihan umum (STAE) atas keseluruhan surat suara dalam pemungutan suara putaran kedua pilpres, Rabu (20/4/2022), Ramos-Horta meraih 397.145 suara atau 62,09 persen. Adapun Guterres mengumpulkan 242.440 suara atau 37,91 persen.
Putaran kedua Pilpres Timor Leste mempertemukan dua kandidat, Ramos-Horta dan presiden petahana Francisco ”Lu Olo” Guterres, dalam pemungutan suara, Selasa. Sebelumnya, Guterres telah menyatakan siap untuk menerima apa pun hasil pemilu ini.
”Penghitungan surat suara di tingkat distrik, nasional, dan wilayah telah berakhir,” kata Acilino Manuel Branco, Direktur Jenderal Sekretariat STAE.
Hasil penghitungan tersebut masih akan divalidasi oleh komisi pemilu Timor Leste. Angka partisipasi pemilih di putaran kedua mencapai lebih dari 75 persen dari hampir 860.000 pemilih.
Bagi Ramos-Horta (72), kemenangan tersebut memberinya kesempatan menjabat Presiden Timor Leste untuk kedua kalinya. Sebelumnya, ia pernah menjabat presiden periode 2007-2012. Peraih Nobel Perdamaian tahun 1996 itu juga pernah menjadi perdana menteri pertama Timor Leste.
Ramos-Horta dijadwalkan akan dilantik pada 20 Mei mendatang, bersamaan dengan peringatan 20 tahun lepasnya negara itu dari Indonesia. Seusai mengikuti pemungutan suara di dekat rumahnya di Dili, Selasa, Ramos-Horta menyatakan ”sangat yakin” dirinya bakal menang. Namun, ia mengatakan menghormati hasil penghitungan akhir.
”Pemilu berlangsung ketat dan kampanye secara umum damai,” ujar Domenec Ruiz Devesa, pemantau dari Uni Eropa. Ia menambahkan, proses penghitungan surat suara juga dinilai berjalan ”secara positif”.
Ramos-Horta (72) adalah salah satu tokoh politik paling dikenal di Timor Leste. Pada pemungutan suara putaran pertama, Ramos-Horta hampir memetik kemenangan saat tinggal membutuhkan sedikit tambahan guna memperoleh suara mayoritas. Seorang akademisi di Australia memperkirakan, Ramos-Horta hanya butuh tambahan 30.000 suara lagi untuk memenangi putaran kedua.
Ucapan selamat Presiden Portugal
Presiden Portugal Marcelo Rebelo de Sousa telah menelepon Ramos-Horta untuk menyampaikan ”ucapan selamat yang paling hangat atas terselenggaranya pemilu Presiden Republik Timor Leste”. Demikian keterangan pers yang dirilis oleh Kantor Kepresidenan Portugal.
Setelah bertahun-tahun dilanda ketegangan politik di antara kekuatan-kekuatan politik utama, pemilu presiden kali ini dipandang oleh banyak kalangan sebagai hal krusial bagi stabilitas Timor Leste. Ramos-Horta pernah mengungkapkan, dirinya bisa saja menggunakan kekuatan jabatan presiden untuk membubarkan parlemen dan menggelar pemilu dini, yang saat ini dijadwalkan berlangsung tahun depan.
Ramos-Horta dan Guterres saling tuding dan menyalahkan atas ketidakstabilan politik di Timor Leste selama bertahun-tahun. Pada 2007, keduanya juga bertarung pada putaran kedua pemilu. Presiden pertama Timor Leste, Xanana Gusmao, mendukung Ramos-Horta pada pemilu kali ini. Ia menyebut pemerintahan saat ini ”tidak sah secara konstitusional”.
Guterres, presiden petahana, menolak melantik beberapa menteri dari kubu Partai Kongres Nasional Pemulihan Timor Timur (National Congress of the Reconstruction of East Timor atau CNRT) pimpinan Xanana, dengan alasan para menteri itu tengah menjalani penyelidikan hukum, termasuk dalam kasus dugaan korupsi.
Janji Ramos-Horta
Dalam kampanyenya, jika terpilih, Ramos-Horta berjanji mengurangi kemiskinan, meningkatkan layanan kesehatan bagi ibu dan anak, serta menciptakan lebih banyak lapangan pekerjaan. Ia juga berjanji membangun komunikasi dengan partai-partai penguasa guna memulihkan stabilitas politik di Timor Leste dan mencegah kemunduran ekonomi.
Timor Leste melepaskan diri dari Indonesia melalui referendum yang disponsori PBB pada 1999. Lebih dari 76 persen pemilih di putaran pertama memberikan suara dukungan terhadap kandidat-kandidat era perlawanan. Hal ini menjadi bukti dominasi mereka di panggung politik Timor Leste meski mulai muncul para tokoh muda setempat. Di Timor Leste, presiden bertanggung jawab membentuk pemerintahan dan membubarkan parlemen.
Guterres berasal dari Front Revolusioner untuk Kemerdekaan Timor Timur (Revolutionary Front for an Independent East Timor atau disingkat Fretilin). Fretilin mengatakan, Ramos-Horta tidak layak untuk menjadi presiden. Ia dianggap sebagai sosok penyebab krisis saat menjabat perdana menteri tahun 2006. Kala itu, puluhan orang tewas saat persaingan politik berubah menjadi konflik terbuka di jalan-jalan utama kota Dili.
Kekacauan politik tersebut berujung pada pengunduran diri Perdana Menteri Taur Matan Ruak pada Februari 2020. Ia bersedia bertahan di jabatan tersebut sambil menunggu pemerintahan baru terbentuk. Matan Ruak memimpin upaya penanggulangan pandemi Covid-19 dengan dana 250 juta dollar AS. Pemerintahannya tidak memiliki anggaran belanja tahunan. Dalam mengelola pemerintahan dan negara, Timor Leste setiap bulan bergantung pada simpanan dana di luar negeri, yang disebut dengan Petroleum Fund.
Selama kampanye, Ramos-Horta menyatakan akan menyerukan digelar pemilu parlemen dini jika mayoritas baru—berdasarkan CNRT—tidak mampu bernegosiasi dengan partai-partai politik di parlemen saat ini. Sebagian kalangan menganggap usulan menggelar pemilu dini bisa memantik ketegangan baru.
Timor Leste mengalami jalan terjal dalam perjalanan menuju demokrasi. Negara itu dihadapkan pada masalah kemiskinan luas, pengangguran tinggi, dan korupsi. Ekonomi Timor Leste hanya bergantung pada penghasilan minyak lepas pantai. (AP/AFP/REUTERS)