Sekarang menjadi momentum krusial untuk kebersamaan dan kepemimpinan global. Kepemimpinan RI di G20 dapat berperan untuk menyatukan para anggota forum tersebut.
Oleh
Redaksi
·3 menit baca
Inflasi atau kenaikan harga-harga umum bisa menjadi penyakit ekonomi jika tak dikendalikan. Harus dihindari agar inflasi spiral tidak terjadi seperti pada 1970-an.
Kala itu terjadi stagnasi disertai inflasi akibat kenaikan harga minyak yang ditanggapi dengan kebijakan yang salah.
Inflasi tinggi akan menjerembapkan daya beli warga berpendapatan tetap. Maka, disebut juga inflasi adalah pajak bagi warga berpenghasilan tetap. Oxfam memperkirakan lebih dari 263 juta warga dunia berpotensi memasuki kemiskinan, ekstrem termasuk karena ancaman inflasi global.
Kini inflasi di AS kini di atas 8 persen, tertinggi dalam empat dekade terakhir. Inflasi di zona euro 7,5 persen atau tertinggi dalam tiga dekade terakhir. Tidak terkecuali Asia juga mengalami kenaikan inflasi.
Pemicunya adalah pandemi yang menghentikan aktivitas produksi. Saat bersamaan, dunia mengucurkan dana stimulus 10 triliun dollar AS dan terbesar sepanjang masa. Hal ini turut mendorong inflasi, kata ekonom John Cochrane (The Wall Street Journal, 18 Februari 2022). Dr Joshua Robinson, profesor ekonomi University of Alabama, Birmingham, mengatakan, stimulus mencegah resesi, tetapi kenaikan uang beredar karena stimulus, tanpa diikuti kenaikan output (produksi), menaikkan harga.
Di samping itu, inflasi juga terjadi akibat gangguan pada jaringan produksi global, termasuk karena perang tarif, seperti dikatakan Menkeu AS Janet Yellen. Dalam istilah Joseph E Stiglitz, ada pemimpin yang tidak paham soal efek perang dagang terhadap mata kelancaran perdagangan global.
Harapan muncul setelah pandemi Covid-19 mulai mereda. Namun, mendadak ada gangguan terbaru akibat invasi Rusia terhadap Ukraina, yang mendongkrak harga migas global ke atas 100 dollar AS per barel. Invasi juga mengacaukan arus barang dan jasa akibat sanksi. Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional Kristalina Georgieva menyebut ada unsur inflasi karena faktor geopolitik.
Stimulus yang kadang tidak tepat sasaran, perang dagang, faktor geopolitik serentak mendorong inflasi.
Indonesia dalam laporan Bank Indonesia juga turut terpengaruh dan merasakan kenaikan inflasi, termasuk karena gangguan pada sisi pasokan pangan domestik dan imported inflation. Inflasi RI diperkirakan 4 persen pada 2022.
Georgieva menyatakan, sekarang menjadi momentum penting untuk kebersamaan dan kepemimpinan global. Ini sangat diperlukan untuk mengatasi inflasi dengan melancarkan sisi pasokan barang secara global. Dalam konteks ini, G20, lewat pertemuan para menkeu dan gubernur bank sentral, 20 April di Washington, bisa menyatukan visi para pemimpin.
Pada 2009 Presiden AS Barack Obama membujuk China untuk mengatasi masalah ekonomi global dengan membeli surat utang AS. G20 beranggotakan negara-negara yang sepanjang masa berseteru, di bawah Obama terbukti bisa bersatu mengatasi krisis. Kepemimpinan RI menjadi momentum penting untuk menyatukan G20, di mana Rusia juga anggotanya.