Begitulah hakikat seorang pemimpin. Tidak hanya melayani mereka yang dipimpinnya, tetapi juga bersedia mengorbankan diri untuk keselamatan yang dipimpinnya.
Oleh
Redaksi
·2 menit baca
Rangkaian Trihari Suci dimulai hari Kamis (14/4/2022) ini dirayakan lagi oleh umat Kristiani di seluruh dunia. Namun, kisah pengorbanan diri itu belum mewujud di bumi.
Bumi masih didera pandemi Covid-19 meski intensitasnya mulai mereda. Pekan Suci, yang dimulai sejak Minggu (10/4), dengan perarakan palma (palem), terasa lebih semarak digelar warga di banyak negara, seperti di Indonesia dan Spanyol (Kompas.id, 13/4/2022). Bahkan, sebagian umat menyambut Paskah sejak sebulan lalu, diawali dengan Hari Rabu Abu, menandai Prapaskah dengan melakukan pantang dan puasa.
Selain pandemi, tahun ini Paskah tetap masih dirayakan warga dunia dengan aroma kekerasan. Perang Rusia-Ukraina, yang terjadi sejak akhir Februari lalu, masih berlanjut dan korban terus berjatuhan. Padahal, sebagian penduduk kedua negara, termasuk pemimpinnya, adalah umat yang semestinya turut mengenang dan meneladan pengorbanan diri Yesus Kristus demi menebus dosa manusia yang dicintai-Nya.
Dunia kini masih diwarnai kenyataan, orang atau sekelompok orang rela mengorbankan orang lain hanya demi kepentingan diri atau kelompoknya. Kekerasan dan kebencian masih meraja.
Rangkaian Trihari Suci dimulai dengan Kamis Putih yang menggambarkan perjamuan terakhir, Jumat Agung, sebagai saat kematian Isa Almasih di kayu salib, dan dipuncaki Sabtu malam Paskah. Paskah diyakini umat Kristiani sebagai kebangkitan Yesus Kristus dari kematian, kemenangan atas kegelapan, dan puncak pengorbanan seorang pemimpin untuk warga yang dipimpinnya. Ia, sepekan sebelumnya disambut gegap gempita sebagai pemimpin, mau mati demi umat-Nya.
Begitulah hakikat seorang pemimpin. Tidak hanya melayani mereka yang dipimpinnya, tetapi juga bersedia mengorbankan diri untuk keselamatan yang dipimpinnya. Seseorang menjadi pemimpin sesungguhnya agar ia memiliki kesempatan untuk menebarkan kebaikan yang tertinggi bagi orang lain. Bukan justru agar dilayani dan menuntut pengorbanan orang lain demi kenyamanan atau kekuasaannya. Pemimpin hadir agar bisa menyejahterakan orang lain.
Pemimpin umat Katolik sedunia, Paus Fransiskus, dalam pesan pada masa Prapaskah tahun ini, mengajak manusia yang beriman untuk menaburkan benih kebaikan sehingga dapat menuai panen keselamatan bagi diri sendiri dan orang lain.
Pesan itu senada dengan wasiat Paulus dari Tarsus (3-67 M) yang menuliskan, ”Janganlah kita lelah berbuat baik karena pada waktunya akan menuai panen, jika kita tidak menyerah. Jadi, selagi ada kesempatan, marilah kita berbuat baik kepada semua orang.”
Perayaan Paskah, dengan pesan tebarkan kebaikan bagi semua orang, kian sarat maknanya karena umat Islam pada saat yang bersamaan menjalani ibadah puasa. Ramadhan adalah bulan penuh rahmat untuk menebarkan kebaikan dan menahan hawa nafsu.
Seandainya pemimpin di bumi ini saling berlomba untuk menebarkan kebaikan, mengendalikan nafsu, dan rela berkorban bagi orang lain, betapa indahnya dunia ini.