Dengan mengundang Presiden Rusia Vladimir Putin, Indonesia tampaknya ingin memperlihatkan indepensinya. Tak terombang-ambing di tengah pertarungan kepentingan geopolitik AS dengan Rusia.
Oleh
Redaksi
·2 menit baca
Perang Rusia-Ukraina diperkirakan akan berpengaruh terhadap penyelenggaraan Konferensi Tingkat Tinggi Grup 20 atau KTT G20.
Sudah terdengar selentingan, misalnya Amerika Serikat (AS) tak menginginkan Presiden Rusia Vladimir Putin menghadiri KTT G20, yang menurut rencana diselenggarakan 15-16 November 2022 di Bali. Sejauh diberitakan, Indonesia selaku Presiden G20 tahun 2022 sudah mengirimkan undangan resmi ke semua anggota G20, tidak terkecuali Rusia.
Dengan mengundang Presiden Rusia Vladimir Putin, Indonesia tampaknya ingin memperlihatkan indepensinya. Tak terombang-ambing di tengah pertarungan kepentingan geopolitik AS dengan Rusia. Idealnya, semua pemimpin anggota G20 menghadiri KTT di Bali.
Kehadiran Presiden Putin, Presiden AS Joe Biden, dan pemimpin G20 lainnya sangat ditunggu-tunggu. Tanpa kehadiran satu pemimpin G20, makna KTT dianggap berkurang. Telah muncul pertanyaan, apakah Biden dan Putin akan hadir dalam KTT November mendatang di Bali.
Tentu menjadi pertanyaan, sejauh mana AS dan Rusia dapat menjaga soliditas G20 dengan mengesampingkan silang pendapat dan persaingan keduanya dalam kasus Ukraina. Segera terbayang, pertemuan puncak G20 dapat digunakan Biden dan Putin untuk berinteraksi, termasuk dalam upaya mengakhiri krisis Ukraina. Namun, sebaiknya Indonesia sebagai Presiden G20 juga harus mengantisipasi kemungkinan Putin atau Biden tidak menghadiri KTT.
Secara umum, masih sulit diukur komplikasi atas Perang Rusia-Ukraina. Apalagi aksi boikot-memboikot sering dipakai untuk menekan satu sama lain. Sekadar mengingatkan, AS memboikot Olimpiade Moskwa tahun 1980 sebagai protes atas invasi Uni Soviet ke Afghanistan tahun 1979. Balasannya, Uni Soviet memboikot Olimpiade Los Angeles, AS, pada 1984. Sejumlah kalangan sempat mempertanyakan, mengapa urusan olahraga dan kebudayaan dikaitkan dengan persoalan politik dan pertarungan pengaruh geopolitik.
Pertanyaan serupa kini tentu muncul pula, mengapa AS mengaitkan pertemuan puncak G20 dengan Perang Rusia-Ukraina. Lebih jauh lagi, jika Putin hadir, apakah AS memboikot KTT Bali? Bagaimana implikasinya dengan sekutu AS, yang berjumlah sekitar setengah dari total anggota G20.
Tak tertutup kemungkinan pula Putin tak bisa hadir karena kondisi perang dengan Ukraina. Sejauh mana ketidakhadiran Putin memengaruhi sekutunya di G20?
Jelas sekali segala keruwetan ini berawal dari Perang Rusia-Ukraina. Perang yang berlangsung sejak 24 Februari 2022 itu belum memperlihatkan tanda-tanda berakhir. Sering disinggung, perang mudah dimulai, tetapi selalu sulit diakhiri. Serangan pertama selalu disusul serangan kedua dan seterusnya. Sungguh diharapkan, perang yang meminta korban jiwa dan kerugian harta benda tidak sedikit itu segera berakhir.
Masih ada waktu untuk mengakhiri Perang Rusia-Ukraina secara damai sebelum KTT G20 di Bali. Jika perang diakhiri, jalan menuju KTT G20 November tampak semakin lapang.