Buka tutup sekolah menjadi hal biasa selama pandemi ini belum teratasi. Karena itu, selain PTM terbatas, perlu dicari cara lain untuk memulihkan pembelajaran, dengan tetap mengutamakan keselamatan siswa.
Oleh
Redaksi
·2 menit baca
Di tengah kasus Covid-19 yang terus meningkat saat ini, termasuk akibat virus varian Omicron, penutupan sekolah lagi tak terhindarkan.
Belajar dari perkembangan kasus Covid-19 dan sejumlah penelitian selama ini, pembukaan sekolah di tengah-tengah kasus Covid-19 yang tinggi di masyarakat akan memicu munculnya kasus, bahkan kluster, Covid-19 di sekolah. Jika sudah demikian, dampaknya akan semakin mempercepat penularan kasus Covid-19 di masyarakat. Demikian siklus terus berputar.
Karena itu, demi pembelajaran yang aman bagi siswa dan juga untuk mencegah penyebaran Covid-19, pembelajaran jarak jauh menjadi pilihan untuk menjaga keberlanjutan pendidikan. Memang pembelajaran jarak jauh selama sekitar dua tahun ini tidak efektif karena berbagai kendala sehingga menimbulkan sejumlah permasalahan, mulai dari kerugian pembelajaran (learning loss) hingga dampak psikososial bagi anak-anak.
Pembelajaran tatap muka (PTM), meski terbatas, menjadi solusi terbaik untuk pemulihan pembelajaran, terutama bagi siswa yang terkendala mengikuti pembelajaran daring dan juga siswa yang belum mempunyai kemandirian belajar. Pembukaan sekolah membutuhkan dukungan masyarakat dengan disiplin protokol kesehatan, juga regulasi dan kebijakan yang konsisten dari pemerintah untuk mengatasi pandemi ini.
Dengan kondisi tersebut, ditambah munculnya virus varian-varian baru seperti saat ini, perlu dicari cara lain untuk memulihkan pembelajaran, dengan tetap mengutamakan keselamatan siswa.
Dengan kondisi tersebut, ditambah munculnya virus varian-varian baru seperti saat ini, perlu dicari cara lain untuk memulihkan pembelajaran, dengan tetap mengutamakan keselamatan siswa. Pembelajaran campuran (blended learning) dan juga guru kunjung tetap menjadi pilihan selama pandemi ini belum bisa diatasi. Dukungan untuk guru dan terutama siswa yang rentan/terpinggirkan perlu diprioritaskan. Orangtua juga perlu mendapat dukungan, tidak semua orangtua siap anak-anak mereka belajar di rumah.
Ke depan, buka tutup sekolah menjadi hal biasa selama pandemi ini belum teratasi. Prosedur dan mekanisme pembukaan ataupun penutupan sekolah karena kasus Covid-19 perlu dibuat lebih fleksibel dengan mempertimbangkan kasus Covid-19 di masyarakat. Keamanan dan keselamatan siswa menjadi pertimbangan utama.
Pemerintah memperkirakan puncak Omicron terjadi pada akhir Februari 2022, dengan prediksi bisa melonjak hingga tiga kali puncak varian Delta (Kkompas.id, 31/1/2022). Prediksi ini menjadi peringatan bagi pemangku kepentingan pendidikan untuk melakukan langkah mitigasi dan antisipasi yang lebih matang untuk pembelajaran yang aman bagi siswa.