Jack Antonoff, Meracik Alirannya Sendiri
Jack Antonoff kerap bekerja bareng bintang pop perempuan, seperti Taylor Swift, Lana Del Rey, dan Lorde. Sebagai produser laris, jejaknya terdengar di banyak lagu populer masa kini. Gaya Antonoff-pop merajalela.
—
Setelah tiga tahun berturut-turut menjadi nomine kategori Producer of the Year Non-classical, baru pada perhelatan Grammy Awards ke-64 kali ini Jack Antonoff memboyong piala gramofon emas itu. Pria berpenampilan culun ini adalah sosok penting di balik beberapa album moncer, seperti milik Taylor Swift, Lana Del Rey, Lorde, St Vincent, dan Clairo—beberapa di antaranya juga nomine di ajang ini.
Pada malam penganugerahan Grammy Awards ke-64 dari MGM Grand Arena, las Vegas, AS, pada Minggu (2/4/2022) waktu setempat, Antonoff terbata-bata berpidato di podium. Dia berterima kasih kepada nama-nama yang dia sebut, yang dia anggap berkontribusi pada pekerjaannya; meracik, menyusun, dan membuat lagu di studio.
”Piala ini kupersembahkan bagi mereka yang duduk di rumah, mengerjakan apa pun yang menurut mereka bagus, mengerjakannya terus, dan terus, dan terus.... Aku kehilangan kata-kata, maaf. (Penghargaan) ini adalah yang paling keren, sangat berarti bagiku,” kata pria bernama lahir Jack Michael Antonoff ini.
Di belakang panggung, di hadapan awak media, Antonoff menjabarkan lagi ucapan terima kasihnya. Di situ, secara ringkas, dia menjabarkan rentang kariernya di industri musik, mulai dari menjalani tur memakai van, tampil di panggung, hingga menulis lagu bersama musisi beken. Rentang karier selama 20 tahun itu akhirnya mampir ke ajang penghargaan musik bergengsi sekelas Grammy Awards.
Dalam dua tahun terakhir, nama Antonoff sering betul muncul berasosiasi dengan album-album penyanyi/penulis lagu perempuan. Sebut saja dua album Taylor Swift, yaitu Folklore dan Evermore, Lana Del Rey (Chemtrails Over the Country Club), St Vincent (Daddy’s Home), Lorde (Solar Power), dan Clairo (Sling). Tahun lalu, band Antonoff, Bleachers, juga merilis album penghargaannya bagi Bruce Springsteen, idola masa kecilnya, berjudul Take the Sadness out of Saturday Night.
Baca juga: Dream Theatre, Grammy Pertama
Karya-karya itulah yang membuat penyelenggara Grammy Awards memasukkan Antonoff sebagai nomine Producer of the Year tahun ini. Di kategori ini, dia bersaing dengan Hit-Boy, Ricky Reed, Mike Elizondo, dan Roget Chahayed. Ini adalah kali ketiga dia dinominasikan, dan pertama kalinya menang.
Anak band
Antonoff tidak sekonyong-konyong menjadi produser bertangan dingin. Dia memulai kariernya sebagai anak band. Ketika remaja di New Jersey, Antonoff membuat band bernama Outline, yang berlairan punk rock. Dengan band ini, Antonoff menjalani tur berbagai kota di AS naik mobil van milik orangtuanya. Kadang pertunjukan Outline tak mendatangkan penonton, terkadang juga instrumennya butut. Tapi menjalani tur amat berbekas pada anak kedua pasangan Shira dan Rick Antonoff ini. Dia ketagihan dan benar-benar jatuh cinta pada musik.
Belakangan, dikutip dari People, Antonoff berujar bahwa musik menjadi katarsis bagi kedukaannya. Ketika di bangku SMA, Antonoff kehilangan adiknya, Sarah, yang meninggal karena kanker otak di usia 13 tahun. ”Menulis lagu bisa menjadi alat yang menghubungkan pengalaman yang kau jalani dengan pengalaman yang mungkin dialami orang lain,” ujarnya.
Dia terus jadi pemain band dan penulis lagu. Setelah jadi vokalis utama untuk band Steel Train, Antonoff bergabung dengan Nate Ruess dan Andrew Dost di band bernama Fun. Album kedua band ini, Some Nights (2012), melejitkan karier mereka dengan lagu andalan ”We Are Young”. Lagu yang juga ditulis Antonoff ini menjadi anthem bagi kaum muda di belahan dunia mana pun, termasuk Indonesia.
Kesuksesan itu berlanjut bersama Bleachers, yang musiknya menggabungkan nuansa romantik dekade 1980-an dengan pop masa kini. Musikalitas dan gaya penulisan lagu Bleachers menjadikan Antonoff sebagai penulis lagu papan atas.
Efek Taylor Swift
Penyanyi pujaan Amerika Serikat, Taylor Swift, adalah salah satu yang kepincut dengan Antonoff. Mereka berdua bekerja sama menulis dan memproduseri lagu ”Sweeter than Fiction” untuk film romantis One Chance keluaran 2013.
Kerja sama itu berlanjut. Swift mengajak Antonoff menulis tiga lagu untuk album kelimanya, 1989 keluaran 2014. Ketiga lagu itu adalah ”I Wish You Would”, ”You Are in Love”, dan lagu unggulan ”Out of the Woods”. Swift menjelaskan, lagu ”I Wish You Would” berasal dari petikan gitar yang dimainkan Antonoff untuknya lewat ponsel. Album ini diganjar Album of the Year di ajang Grammy Awards tahun 2016.
Kepada The New York Times, Antonoff mengaku bahwa Swift adalah orang pertama yang membuatnya menjadi produser. ”Sebelum Taylor, orang-orang bilang ’Kamu bukanlah produser’. Ternyata membutuhkan seorang Taylor Swift untuk berkata ’Aku suka bunyi yang terdengar di lagu ini’,” kata Antonoff.
Baca juga: Olivia Rodrigo, Bintang Pop Generasi Baru
Swift dan Antonoff seperti tak terpisahkan lagi. Album-album Swift berikutnya selalu dipulas dengan baik oleh Antonoff. Puncaknya bisa jadi mewujud pada “album kembar” Swift, Folklore dan Evermore, yang juga diproduseri Aaron Dessner dari band The National.
Dua album ini mengubah musikalitas Swift dari pop mainstream menjadi seperti indie pop. Album Folklore, lagi-lagi, dapat piala Grammy kategori Album of the Year tahun lalu. Sedangkan album Evermore, dinominasikan di kategori yang sama tahun ini, tapi disisihkan We Are dari Jon Batiste.
Swift, kepada Billboard, memuji etos kerja dan energi Antonoff. ”Ada kegairahan tinggi ketika Antonoff mengerjakan setiap lagu, sebuah kualitas yang kita butuhkan ketika mengajak kolaborator. Dia tak pernah terlihat kebanjiran pekerjaan karena dia mencintai pekerjaannya secara tulus dan mendalam,” kata Swift.
Antonoff tak menampiknya. Seperti orang kebanyakan, dia enggan melakukan sesuatu yang tidak dicintainya. ”Buat apa berlama-lama di studio menghabiskan waktu mengerjakan hal yang tidak kau sukai,” ujarnya di lain kesempatan.
Pernyataan itu menegaskan bahwa dia hanya bekerja dengan orang-orang yang ia dambakan. ”Andai Anda bertemu orang yang Anda yakin bisa berjuang bersama-sama—dalam hal ini ujungnya adalah merekam lagu atau album—mengapa tidak mengeksplorasinya?” ujarnya.
Bersama Swift, koneksi itu telah terbangun. Belakangan, dia juga berulang kali menggarap album Lorde—album kedua Melodrama adalah nomine Album of the Year di Grammy Awards 2018. Begitu pula dengan album kedua St Vincent Daddy’s Home yang dinominasikan di Grammy Awards tahun ini.
Jika Anda menyimak album-album yang disebut, Anda mungkin menemukan benang merah cita rasa Antonoff. Itu masih terulang di album Sling dari penyanyi/penulis lagu pendatang baru Clairo, yang dapat banyak sanjungan. Rasanya, Antonoff berhasil membuat alirannya sendiri.
Jack Antonoff
Lahir: New Jersey, AS, 31 Maret 1984
Penghargaan Grammy Awards:
- Fun, Best New Artist, 2013
- Lagu “We Are Young” (Fun), Song of The Year, 2013
- Album 1989 (Taylor Swift), Album of the Year, 2016
- Lagu “Masseduction” (St Vincent), Best Rock Song, 2019
- Album Folklore, Album of the Year, 2021
- Producer of the Year, 2022