Sebagai aktor penyandang tunarungu, Troy Kotsur tidak pernah menyerah. Hasilnya, ia menjadi aktor pertama yang berhasil meraih Piala Oscar sepanjang sejarah perhelatan Academy Awards.
Oleh
ELSA EMIRIA LEBA
·5 menit baca
Dunia Troy Kotsur (53) adalah dunia yang sunyi. Namun, aktor asal Amerika Serikat ini berhasil merayakan hidup dengan penuh keriuhan. Setelah penantian lama, Kotsur akhirnya menjadi aktor tunarungu pertama yang merebut Piala Oscar dalam sejarah Academy Awards.
”Troy Kotsur!” Begitu namanya disebut, tepuk tangan meriah dan teriakan membahana di Dolby Theatre, Los Angeles, Minggu (27/3/2022) malam. Raut kebingungan sejenak terlihat di wajah Kotsur, tetapi segera berganti rasa haru setelah menyadari apa yang terjadi.
Kotsur baru saja tercatat dalam sejarah perhelatan Academy Awards ke-94 ini. Dia menjadi aktor tunarungu pertama sekaligus pemain film tunarungu kedua yang menggondol Piala Oscar. Pemain film tunarungu pertama yang merebut Oscar adalah Marlee Matlin yang menang untuk kategori aktris terbaik dalam Children of a Lesser God (1986). Ia juga tercatat sebagai aktris termuda yang menang dalam kategori ini. Matlin juga berperan sebagai istri Kotsur dalam CODA.
Unggul dalam kategori aktor pendukung terbaik, laki-laki ini tampil memukau dalam film indie CODA (2021). ”Ini didedikasikan untuk komunitas tunarungu, komunitas CODA, dan komunitas difabel. Inilah momen kami,” kata Kotsur dalam bahasa isyarat Amerika yang kemudian diterjemahkan ke bahasa Inggris.
Kotsur menutup pidatonya yang jenaka dan haru dengan menaruh ujung jari di dagu lalu mengayunkannya ke depan. Ucapan terima kasih itu begitu menyentuh. Para tamu undangan gantian bertepuk tangan dalam bahasa isyarat. Mereka mengangkat tangan lalu memutar telapak tangan ke depan dan belakang.
CODA merujuk pada singkatan anak dari orang dewasa tuli (child of deaf adults). Dalam film yang disutradarai Sian Heder itu, Kotsur berperan sebagai Frank Rossi, kepala keluarga nelayan yang bisnisnya sedang terancam.
Frank Rossi, istri, dan anak laki-lakinya adalah penyandang tunarungu, kecuali si putri Ruby. Menjadi seorang tuli di dunia nelayan tidak mudah. Mau tak mau keluarga Frank Rossi harus bertumpu pada Ruby yang ingin mengejar mimpi sebagai penyanyi.
Tampil di CODA memberi Kotsur kesempatan menampilkan karakter tunarungu yang tidak satu dimensi ataupun identik dengan stempel korban. Di balik tampang ketus, opini blak-blakan, dan sikap jorok, Kotsur sukses menyajikan Frank sebagai ayah pekerja keras yang penuh kasih sayang.
”Saya ingin penonton memiliki perspektif yang berbeda. Saya ingin mereka menyingkirkan prasangka mereka tentang seperti apa orang tuli itu. Ada dokter tuli. Ada pengacara tuli. Ada petugas pemadam kebakaran tuli. Banyak orang yang mendengar tidak menyadari hal itu,” ungkap Kotsur.
Konflik dalam CODA merupakan isu yang juga Kotsur alami di kehidupan nyata. Putrinya, Kyra, adalah seorang CODA yang hobi bermusik. Alhasil, ia berusaha mendengarkan musik yang dimainkan oleh putrinya dengan cara merasakan getaran di alat musik, seperti gitar dan piano.
Panggung teater
Perjalanan panjang Kotsur menuju Oscar dimulai sejak masih di sekolah dasar. Menyukai kartun visual seperti Tom and Jerry, dia suka menceritakannya kembali kepada teman-teman tunarungu di bus. Saat dewasa, ia belajar akting di Gallaudet University, Washington DC. Tak lama ia ikut tur dengan National Theatre of the Deaf dan selanjutnya dengan Deaf West Theatre.
Lantaran sedikit kesempatan tampil di televisi dan film buat aktor tunarungu, Kotsur yang energik menemukan kebebasan di atas panggung teater. Ia pernah tampil, antara lain dalam sandiwara Of Mice and Men, A Streetcar Named Desire, At Home in the Zoo, dan Our Town. Dalam satu pertunjukan, ia bertemu istrinya, aktris Deanne Bray yang juga tuli.
Kotsur sadar perlu mengasah akting keseluruhan tubuhnya. ”Sangat penting bagi saya di atas panggung untuk menunjukkan emosi melalui bahasa isyarat. Terkadang, bahasa isyarat bisa lebih dari tiga dimensi dan bermakna daripada dialog lisan,” katanya.
Saat bermain di film pun, Kotsur tetap berusaha bisa tampil sempurna. Dalam CODA, umpamanya, Kotsur sempat mengucapkan satu kata, yaitu ”Pergi!”. Memang terkesan simpel. Akan tetapi, dialog ini tidak gampang bagi Kotsur sebab dia harus mengucapkan suara yang tidak pernah dia dengar. Alhasil, ia membutuhkan banyak latihan.
Selama tiga dekade lebih, Kotsur telah tampil di teater, televisi, dan film untuk penonton tunarungu dan yang bisa mendengar. Kotsur pernah ikut dalam The Number 23 (2007) yang dibintangi Jim Carrey. Ia juga mempunyai beberapa peran kecil dalam serial televisi, seperti Scrubs (2007), Criminal Minds (2012), dan The Mandalorian (2019). Di The Mandalorian, ia membuat bahasa isyarat sendiri.
Tuli sejak lahir, Kotsur telah lama menyadari pentingnya representasi penyandang tunarungu di dunia akting. Ia ingat saat menonton Matlin mendapat Oscar dulu. Momen itu memberikannya harapan sebagai aktor tunarungu, meskipun perjalanan kariernya tidak mudah.
Terkait pencapaiannya di Academy Awards, Kotsur berharap prestasinya bisa menggemakan inspirasi. Aktor ini ingin anak muda tunarungu atau dengan gangguan pendengaran bisa percaya diri mengejar mimpi. Mereka tidak perlu lagi merasa terbatas.
Secara total, Kotsur mendapat lebih dari 30 nominasi di beragam ajang penghargaan bergengsi berkat perannya di CODA di mana beberapa telah dia menangkan. Lelaki ini selalu berusaha agar rendah hati meski tak bisa menutup kebahagiaannya. Saat mendapat nominasi di BAFTAs, ia sangat bersemangat sehingga jatuh dari kursi.
“Saya merasa sangat diberkati untuk dapat mengambil langkah ke depan. Saya pikir sudah waktunya bagi Hollywood untuk lebih berpikiran terbuka, lebih kreatif, dan lebih beragam. Setiap orang punya cerita untuk diceritakan,” kata Kotsur. (AFP/AP)
Troy Michael Kotsur
Lahir: Mesa, Arizona, Amerika Serikat, 24 Juli 1968
Istri: Deanne Bray
Film (antara lain):
CODA (2021)
Universal Signs (2007)
Penghargaan (antara lain)::
Aktor Pendukung Terbaik untuk CODA, Academy Awards ke-94 (2022)
Aktor Pendukung Terbaik untuk CODA, British Academy Film Awards (BAFTAs) ke-75 (2022)
Aktor Pendukung Terbaik untuk CODA, Critics’ Choice Awards ke-27 (2022)
Aktor Pendukung Terbaik untuk CODA, Screen Actors Guild Awards ke-28 (2022)