Ilham Dika, Pengelola Ambulans Gratis untuk Semua Orang
Keinginan Ilham untuk memiliki ambulans gratis muncul pada Maret 2019. Kala itu, ia masih bekerja sebagai sopir mobil pengantar dokumen.
”Semua manusia itu sama. Saya pernah bawa jenazah dari rumah yang lantainya tanah, juga dari rumah yang ada liftnya. Kaya miskin tak ada beda.”
Hal itu diucapkan Ilham Dika (43) kala ditemui di rumahnya, Selasa (12/10/2021). Ia adalah sopir sekaligus pemilik dua ambulans gratis di Batam, Kepulauan Riau.
Keinginan Ilham untuk memiliki ambulans gratis muncul pada Maret 2019. Kala itu, ia masih bekerja sebagai sopir mobil pengantar dokumen. Berbekal nekat, ia mencetak 40 proposal permintaan donasi untuk membeli ambulans yang kemudian ia berikan kepada sejumlah orang yang dikenal.
”Waktu itu saya jadi tertawaan. Yang tertera di proposal itu memang nomor rekening dan nomor telepon pribadi saya. Siapa yang mau percaya,” ujar laki-laki asal Bukittinggi, Sumatera Barat, itu.
Meski demikian, Ilham bisa mengumpulkan uang Rp 110 juta dalam waktu lima bulan. Setelah uang terkumpul, ia segera menghubungi satu dealer mobil di Jakarta yang menjual ambulans dengan harga agak miring. Harga ambulans plus ongkos kirim ke Pulau Bintan, Kepri, dibanderol Rp 238,5 juta.
Dengan segala cara, Ilham membujuk bagian marketing supaya bersedia mengirim dulu ambulans itu ke Bintan dengan hanya dibayar setengah harga. Setelah melewati diskusi yang alot, akhirnya ambulans itu tiba juga di Pelabuhan Kijang, Bintan, Oktober 2019.
Ilham mulai mengoperasikan ambulans gratis pada 1 November 2019. Di bodi ambulans berkelir abu-abu itu, ia menempelkan stiker dengan tulisan besar, ”Layanan Ambulans Gratis untuk Semua Umat”.
”Tulisan itu adalah janji saya kepada Tuhan. Ambulans ini harus universal supaya orang dari suku atau agama apa pun tidak segan kalau mau minta bantuan,” ucapnya.
Janji betul-betul dipegang Ilham erat-erat. Ia tidak pernah menolak panggilan untuk membawa pasien atau jenazah. Telepon genggamnya selalu hidup 24 jam dalam sehari dan tujuh hari dalam satu minggu.
”Selama ini, saya tidak pernah merasa lelah dan mobil saya tidak pernah mogok. Mungkin itu yang namanya berkat dari Tuhan,” katanya.
Selama ini, Ilham tidak pernah mau menerima imbalan dari keluarga pasien atau keluarga yang berduka. Apabila mereka memang sangat ingin mengungkapkan rasa terima kasih, uang boleh dimasukkan ke kotak amal, tidak boleh langsung ke sopir.
Tak mudah
Hidup Ilham tak pernah mudah. Setelah tamat sekolah dasar, ia merantau ke Jakarta pada 1993. Di sana, ia bekerja sebagai penjual mainan kaki lima, lalu beralih menjadi kernet truk dan sopir bus kota. Akhirnya, pada 2001, ia pindah ke Batam dan menetap hingga kini.
Awal merantau di Batam, Ilham bekerja sebagai kuli bangunan. Baru pada 2004 ia mendapat pekerjaan tetap sebagai sopir pengantar dokumen. Ia setia bertahan bekerja di perusahaan yang sama hingga 2020. Bos di perusahaan itu pula yang akhirnya melunasi kekurangan pembayaran ambulans Ilham.
”Bos tetap memberi saya gaji sampai hari ini. Padahal, saya sudah tidak lagi bekerja di sana. Saya harus berhenti karena hampir setiap saat ada orang yang membutuhkan ambulans,” katanya.
Dengan cepat ambulans gratis Ilham dikenal banyak orang. Dalam satu hari, ia bisa lebih dari lima kali mengantar pasien atau jenazah. Maka, ia kembali membeli ambulans lagi pada Maret 2020. Dua saudara laki-lakinya akhirnya juga mulai ikut membantu.
Saat masa Pilkada 2020, beberapa tim sukses pasangan calon kepala daerah mendekati Ilham. Mereka ingin memberikan sumbangan, tetapi syaratnya harus ada logo partai atau calon kepala daerah yang ditempelkan di ambulans milik Ilham.
”Sebenarnya berapa pun sumbangannya saya terima. Namun, saya enggak mau ambulans ini ditempeli logo tertentu. Akhirnya para tim sukses itu enggak jadi kasih bantuan,” ujarnya tergelak.
Ilham sangat menjunjung tinggi keberpihakannya pada kemanusiaan tanpa mementinggkan suku, agama, dan ras. Maka, ia sangat tidak suka jika ada logo tertentu menempel di ambulansnya.
”Saya sudah pernah bawa jenazah dari semua agama dan suku. Manusia kalau sudah meninggal sama saja. Ambulans enggak boleh membeda-bedakan orang,” ucapnya dengan wajah datar.
Bahkan, Ilham juga menyediakan kain kafan untuk jenazah umat Islam dan peti untuk jenazah penganut agama yang lain. Selain itu, ia juga menyediakan kain batik untuk menutupi jenazah. Semua itu diberikan secara gratis kepada keluarga yang tidak mampu.
”Ambulans ini memang kendaraan gratis, tetapi saya harus tetap memberikan pelayanan terbaik sebagai penghormatan terkhir kepada orang yang meninggal,” katanya.
Harapan
Anak sulung Ilham menderita lumpuh sejak bayi dan akhirnya meninggal pada 2017. Momen itu menyadarkan dia bahwa akses fasilitas kesehatan itu sering kali terlampau mahal bagi banyak orang. Maka, ia ingin sedikit membantu orang lain dengan memberikan pelayanan ambulans gratis.
Sejak mulai mengoperasikan ambulans gratis pada akhir 2019, Ilham sudah mengantar sekitar 1.500 pasien dan jenazah di Batam. Lonjakan permintaan mengangkut pasien dan jenazah mayoritas terjadi pada Juni-Agustus 2021 saat pandemi Covid-19 mencapai puncaknya.
”Waktu itu betul-betul pontang-panting, kadang saya harus mendatangi lima rumah sakit untuk mencarikan ruangan kosong bagi pasien. Situasi di pemakaman juga mengerikan, kadang-kadang ambulans harus mengantre sampai malam karena jenazah yang dikuburkan sangat banyak,” katanya.
Pengalaman itu semakin meneguhkan niat Ilham untuk membantu warga mendapatkan layanan kesehatan. Saat ini, ia masih memiliki dua mimpi. Pertama, ia ingin menambah armada ambulans gratisnya menjadi empat mobil. Jumlah itu ia rasa sudah cukup ideal untuk melayani warga di Pulau Batam.
”Yang kedua, saya ingin punya perahu untuk membantu membawa pasien dari pulau-pulau sekitar Batam. Banyak orang di pulau-pulau kecil kesusahan menjangkau rumah sakit di Batam,” ucapnya.
Pada 1 Januari 2021, Ilham pernah membawa orang dengan kanker payudara stadium akhir dari Batam menuju kampung halaman pasien di Padang Lawas Utara, Sumatera Utara. Perjalanan darat dan laut harus mereka tempuh selama lebih kurang dua malam.
Baca juga: Ratna Dewi, Perempuan Tangguh Indramayu di Tengah Amukan
”Waktu itu, biaya untuk bahan bakar dan kapal dari Batam ke Riau terpaksa harus ditanggung organisasi warga Padang Lawas Utara karena saya betul-betul sedang tidak punya uang. Namun, saya tidak memungut biaya sepeser pun untuk jasa ambulans dan sopir,” ucapnya.
Dalam satu bulan, Ilham menghabiskan Rp 8 juta untuk biaya bahan bakar dua ambulans gratis. Itu belum termasuk biaya servis kedua mobil dan biaya lain jika ia harus menjemput atau mengantar pasien dari luar pulau.
Ilham berharap ke depan pemerintah dapat membantu dengan menggratiskan biaya transportasi kapal dan biaya bahan bakar untuk ambulans. Dan, yang terakhir ia berharap warga Batam jangan pernah segan untuk meminta layanan ambulans kepadanya. Ia menjamin, semua orang bakal dilayani tanpa dipungut biaya.
Ilham Dika
Lahir: Bukittinggi, 9 Agustus 1978
Istri: Risma Dewi
Anak: Nauval Riandy (Alm), Nur Zahraa Fadilla, Muhammad Arifin Ilham
Pendidikan: Sekolah Dasar