David Jacobs, Inspirasi Generasi Muda
Kepada semua orangtua yang memiliki anak difabel, jangan malu karena berprestasi itu terbuka untuk semua golongan.
Dengan usia yang tak muda lagi dan memiliki keterbatasan fisik, petenis meja Paralimpiade Indonesia, David Jacobs (44), membuktikan tetap bisa berprestasi di level tertinggi dunia. Konsistensi David sebagai atlet selama lebih kurang 20 tahun adalah berkat kedispinan menjaga pola hidup, latihan, tidak mudah putus asa, menghindari rasa sombong, dan selalu bersyukur.
Bersama petenis meja Nigeria Alabi Olufemi (48), atlet Perancis Gilles de la Bourdonnaye (48), dan atlet Spanyol Jose Manuel Ruiz Reyes (43), David menjadi salah satu pemain paling senior dari total 12 atlet yang berpartisipasi pada tenis meja kategori TT10 atau kelas dengan gangguan disabilitas rendah Paralimpiade Tokyo 2020. Sisanya, atlet berusia jauh lebih muda, yakni usia 20-30-an tahun.
Namun, usia dan keterbatasan fisik bukan penghalang bagi David untuk berprestasi. Pada Paralimpiade Tokyo, David yang terlahir dengan gangguan fungsional pada tangan kanan yang sedikit tertekuk ke atas ini mampu meraih perunggu bersama wakil Montenegro, Filip Radovic, yang masih berusia 21 tahun.
David yang menjadi unggulan kedua takluk 2-3 (9-11, 8-11, 11-3, 11-5, 8-11) dari wakil Perancis, Mateo Boheas, yang berusia 24 tahun sekaligus unggulan keempat di babak semifinal di Tokyo Metropolitan Gymnasium, Jepang, Sabtu (28/8/2021). Meski demikian, keberhasilannya mencapai semifinal sudah cukup bagi David untuk bernostalgia dengan perunggu yang pernah diraihnya di Paralimpiade London 2012.
”Target saya sebenarnya melakukan yang terbaik saja dalam Paralimpiade 2020. Dengan usia yang tak muda lagi, saya cuma berusaha melakukan yang terbaik dalam latihan ataupun tanding. Jadi, perunggu ini amat saya syukuri,” tutur David saat dihubungi dari Jakarta, Sabtu.
Baca Juga: Nostalgia Perunggu David Jacobs
Prestasi David membuat perolehan medali Indonesia bertambah menjadi satu perak dan dua perunggu serta berada di peringkat ke-47 dunia per Minggu (29/8) pukul 15.00. Sebelumnya, lifter angkat berat putri 41 kg Ni Nengah Widiasih menyumbang perak pada 26 Agustus dan pelari 100 meter T37 Sapto Yogo Purnomo membawa pulang perunggu pada 27 Agustus. David bersama Komet Akbar berpeluang menambah sumbangan medali dari tenis meja tim C9-C10 mulai Selasa (31/8).
Mensyukuri karunia
Capaian David kali ini melengkapi prestasi yang dikoleksinya, mulai dari emas, perak, hingga perunggu di level nasional, Asia Tenggara, Asia, hingga dunia pada kategori umum ataupun difabel sejak 2000. Konsistensi karier dan prestasi atlet kelahiran Makassar, Sulawesi Selatan, 21 Juni 1977, ini merupakan buah dari hidup yang selalu mensyukuri nikmat atau karunia dari Tuhan berupa bakat bermain tenis meja.
Bakat itu dijaga David baik-baik dengan displin menjaga pola hidup agar tidak sembarangan di dalam arena latihan ataupun pertandingan dan di luar arena. Sehari-hari, dia selalu mengontrol asupan makanan agar bobot tubuhnya tetap ideal. Adapun latihan rutin dilakukan minimal 2 jam sehari jika tidak pelatnas dan minimal 5 jam sehari selama pelatnas.
Selain latihan teknik, David melakukan latihan tambahan untuk menjaga fisik, seperti angkat beban, lari, atau renang minimal sekali seminggu. Di luar latihan, atlet yang pernah dinobatkan sebagai Pemain Terbaik Dunia oleh Federasi Tenis Meja Internasional (ITTF) untuk kategori umum pada 2015 ini banyak menghabiskan waktu bersama keluarga.
”Bagi saya, tenis meja adalah hobi yang akhirnya menjadi sumber penghasilan. Maka itu, ketika sudah memilih jalan menjadi atlet, saya mesti komitmen untuk menjaga kemampuan dan fisik. Saya harus tahu kapan waktunya latihan, kapan santai, dan kapan istirahat. Kalau tidak, karier bisa cepat selesai. Inilah cara saya berterima kasih atas nikmat yang diberikan Tuhan,” papar David, ayah empat anak ini.
Peran keluarga
Dukungan keluarga juga menjadi salah satu stimulus luar biasa di sepanjang karier David. Terlahir dengan tangan kanan yang disabilitas, David remaja sempat ditolak tatkala mendaftar ke klub elite di wilayah Senayan, Jakarta Pusat, dengan alasan hanya menerima pemain profesional.
Kedua orangtuanya, almarhum Jan Jacobs dan Neelce Samallo Jacobs, terus menyuntikkan semangat kepada David sehingga ia tidak patah arang. David yang telanjur cinta kepada tenis meja akhirnya sukses menapaki karier sebagai petenis nasional kategori umum di awal 2000.
Di tingkat nasional, David sempat merebut emas ganda putra PON Sumatera Selatan 2004, perunggu tunggal putra PON Kalimantan Timur 2008, dan perunggu PON Jawa Barat 2016. Di level internasional, David meraih perunggu ganda putra SEA Games 2001 Malaysia, perunggu ganda putra dan beregu putra SEA Games 2003 Vietnam, perak ganda putra SEA Games 2005 Filipina, perunggu ganda putra dan beregu putra SEA Games 2007 Thailand, serta perunggu beregu putra SEA Games 2009 Laos.
Setelah 2009, David mundur dari timnas Indonesia dan bergabung dengan Komite Paralimpiade Nasional (NPC) Indonesia mulai 2010. Sehabis itu, kariernya kian melejit dengan koleksi 14 emas ASEAN Para Games dari 2011-2017, dua emas dan tiga perak Kejuaraan Asia antara 2013-2019; tiga emas, satu perak, dan satu perunggu Asian Para Games dari 2010-2018, dan puncaknya dua perunggu Paralimpiade pada 2012 dan 2020.
David berkisah, dengan kekurangan fisik, dirinya sempat tidak percaya diri karena sering menjadi bahan bercandaan di pergaulan umum. Di awal belajar tenis meja, banyak yang memandangnya sebelah mata. Akan tetapi, dirinya amat bersyukur punya keluarga, dari kedua orangtua, istri, sampai anak-anak yang setia mendampingi, memberikan motivasi, dan mendoakan.
”Dengan keterbatasan fisik, pasti banyak yang meremehkan, bahkan menertawakan saya. Untuk membuktikan kepada mereka, itu tidak cukup dengan omongan, tetapi dengan buktinya nyata berupa prestasi. Saya berharap ini bisa diikuti oleh generasi muda disabilitas. Jangan malu dengan kondisi. Kekurangan bukan penghalang untuk berprestasi. Kepada semua orangtua yang memiliki anak difabel, jangan malu karena berprestasi itu terbuka untuk semua golongan,” papar David.
Semangat dan sikap
Di samping itu, lanjut David, semangat dan sikap rendah hati patut terus dijaga. Sejak dahulu, dia menyadari bahwa untuk mencapai prestasi itu mesti sabar menjalani proses yang panjang karena tidak ada yang instan dalam berprestasi. Untuk itu, jangan mudah terpuruk saat menuai kekalahan dan cepat berpuas diri atau sombong ketika menang atau juara.
Seusai merebut perunggu pada Paralimpiade London 2012, David tersingkir di 16 besar dalam Paralimpiade Rio de Janeiro 2016. Namun, dia tidak putus asa. Dirinya menjaga motivasi dan terus berusaha mengulangi prestasi itu sehingga tercapai pada Paralimpiade Tokyo 2020.
Sekarang, David tetap memupuk semangat untuk mendapatkan emas di Paralimpiade. Jika belum berhasil di tahun ini, dia berkomitmen mengejarnya di Paralimpiade Paris 2024. Dia merasa masih bisa bersaing dalam perburuan medali untuk tiga tahun ke depan.
”Dalam olahraga, pasti ada kalah dan menang. Jangan cepat menyerah saat kalah karena kita bisa belajar banyak dari kekalahan. Sebaliknya, jangan sombong ketika menang atau juara karena pasti ada peran orang lain dan Tuhan di balik kesuksesan itu. Terus kembangkan diri minimal agar bisa bermanfaat untuk orang lain, terutama keluarga atau generasi muda. Kalau telah berusaha dan berdoa, tetapi belum berhasil, itu artinya kehendak Tuhan yang tetap harus disyukuri,” kata David.
Tatkala tiba masa pensiun, David bercita-cita punya pusat pelatihan tenis meja sendiri. Sejauh ini, dia bekerja sama dengan sejumlah pihak sudah membentuk klub bernama David Jacobs Table Tennis di Jakarta Timur sejak 10 tahun terakhir. Namun, tempatnya masih pinjam, bukan milik sendiri. ”Saya ingin memiliki tempat latihan khusus yang bisa untuk disabilitas dan nondisabilitas agar regenerasi merata untuk semua kategori,” ujarnya.
Dian David Michael Jacobs
Lahir: Makassar, Sulawesi Selatan, 21 Juni 1977
Orangtua:
- Jan Jacobs (ayah)
- Neecle Samallo Jacobs
Istri:Jeany Ingrid Palar
Anak:
- Bravely Daveson Jacobs
- Brigusto Defano Jacobs
- Brielle Damouraliza Jacobs (putri)
- Jannel Davio Jacobs (putra)
Kategori: tenis meja TT10
Prestasi:
- Perunggu tenis meja TT10 individu Paralimpiade Tokyo 2020 dan London 2012
- Emas tenis meja TT10 individu dan ganda putra Asian Para Games 2018 Jakarta
- Emas individu Asian Para Games 2014 Incheon
- Emas tim putra Kejuaraan Asia 2019 Taichung
- Emas individu Kejuaraan Asian 2015 Amman