Christine Sinclair, Bintang Emas Sepak Bola Putri Kanada
Medali emas Olimpiade Tokyo 2020 menunjukkan Christine Sinclair benar-benar merupakan salah satu pesepak bola terbaik putri di dunia saat ini.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·6 menit baca
Christine Sinclair, penyerang dan kapten Kanada, bersujud di atas rumput Stadion Ibaraki Kashima, Jumat (7/8/2021) malam, setelah menyaksikan rekan setimnya, Julia Grosso, sukses menaklukkan kiper Swedia dalam adu penalti di final sepak bola putri Olimpiade Tokyo 2020. Gol Grosso yang memastikan kemenangan Kanada 3-2, membuat Sinclair tidak bisa menyembunyikan tangisan suka citanya. Ia akhirnya memenuhi impiannya mempersembahkan medali emas untuk Kanada.
Dalam skuad Kanada di Tokyo 2020, Sinclair adalah salah satu dari tiga pemain timnas Kanada yang selalu tampil di empat penyelenggaraan Olimpiade sejak Beijing 2008. Selain Sinclair, ada pula Erin McLeod (kiper) dan Sophie Schmidt (gelandang). Namun, hanya Sinclair yang selalu tampil sebagai pemain utama di enam laga pada Olimpiade 2020.
Sinclair jelas tidak tergantikan di Kanada. Pemain kelahiran Burnaby, British Columbia, Kanada, itu telah dipercaya memakai ban kapten Kanada sejak Piala Emas 2006 ketika ia baru berusia 23 tahun. Bahkan sejak tahun 2000, saat usianya baru 16 tahun, ia telah mengisi lini depan Kanada. Ia lebih dulu membela tim senior dibandingkan membeli tim Kanada U-20 pada 2001 hingga 2002.
Selama 21 tahun mengenakan seragam timnas Kanada, Sinclair telah tampil di 304 pertandingan. Penyerang yang membela klub AS, Portland Thorns, itu telah menyumbang 187 gol bagi timnas Kanada yang dijuluki ”The Canucks”. Jumlah gol itu setara 25 persen dari total gol yang dihasilkan timnas putri Kanada yang mulai dibentuk pada Juli 1986.
Dengan torehan gol itu, Sinclair menjadi pencetak gol terbanyak di level internasional, baik untuk sepak bola putri maupun putra. Adapun di level putra, pencetak gol terbanyak tercatat atas nama Cristiano Ronaldo (Portugal) dan Ali Daei (Iran) yang mencetak 109 gol. Selain itu, Sinclair mencatatkan diri sebagai pencetak gol terbanyak di Olimpiade dengan 33 gol.
Tidak hanya gol yang disumbangkan, Sinclair juga menjadi pemain yang meninggikan derajat sepak bola putri Kanada. Ia membawa Kanada mencapai prestasi terbaik, menembus semifinal pada Piala Dunia 2003. Kemudian, ia membawa pulang tiga medali dari Olimpiade yang terdiri dari dua medali perunggu dari London 2012 dan Rio de Janeiro 2016 serta emas di Tokyo 2020.
”Akhirnya kami mencapai puncak gunung. Ini adalah prestasi terbaik yang bisa kami dapatkan bersama timnas. Emas dan tiga podium di Olimpiade secara beruntun adalah hal yang luar biasa,” ujar Sinclair seusai laga final dilansir CBC.
Peran berbeda
Di Tokyo 2020, Sinclair memang hanya mencetak satu gol saat Kanada menghadapi Jepang di laga pembuka babak penyisihan. Hal itu tentu bukan catatan cemerlang bagi seorang penyerang. Banyak yang mulai meragukan ketajamannya karena telah memasuki usia 38 tahun. Namun, ia tidak terlalu banyak mencetak gol seperti biasanya karena ia diberi peran berbeda dibandingkan dua dekade silam.
Pelatih Kanada Bev Priestman mengubah posisi Sinclair yang awalnya penyerang tengah menjadi gelandang serang. Pengalaman Sinclair membuat dirinya mampu menjadi sosok protagonis tanpa harus mencetak gol. Gol penyama kedudukan Swedia di final Tokyo 2020 contohnya. Pergerakan Sinclair di kotak penalti berujung tekel dari bek Swedia. Kanada mendapat penalti yang dieksekusi sempurna oleh Jessie Fleming pada menit ke-68.
”Christine (Sinclair) telah membuktikan mampu meningkatkan level tim ini. Ia memiliki aura yang dapat memengaruhi tim untuk menampilkan permainan terbaik di laga semifinal dan final,” ucap Priestman seperti dikutip laman resmi Tokyo 2020.
Pujian juga diberikan sang rival. ”Ia adalah pemimpin dan memiliki naluri yang tajam di pertandingan. Saya selalu melihat Christine berada di posisi yang tepat untuk mengancam gawang lawan,” kata Alyssa Naeher, kiper timnas Amerika Serikat, yang telah puluhan kali berhadapan dengan Sinclair di level internasional dan Liga Sepak Bola Putri Nasional AS (NWSL).
Keluarga sepak bola
Sinclair lahir dan tumbuh di keluarga yang memang mencintai sepak bola. Keluarga ibunya, Sandra, sangat terikat dengan dunia si kulit bundar. Sandra adalah pelatih pertama Sinclair ketika masuk tim sepak bola di Burnaby, kampung halamannya, pada usia empat tahun. Dua pamannya juga pesepak bola profesional di Kanada.
Meski begitu, Sinclair kecil menganggap sepak bola bukan tujuan utamanya. Ia sangat menggilai bisbol. Nomor 12 yang dikenakannya selama lebih dari 20 tahun di sepak bola terinspirasi dari idolanya, yaitu legenda bisbol tim Toronto Blue Jays, Roberto Alomar. Poster Alomar mengisi kamar masa kecilnya.
Sinclair baru benar-benar fokus mengejar karier di sepak bola ketika membela tim British Columbia dalam turnamen nasional sepak bola U-14 di Kanada. Kala itu, usianya baru 11 tahun.
”Saya ingat pelatih berkata: ’Jika kamu tetap bermain, kamu akan menembus timnas di usia sangat muda’. Sejak itu, saya sadar berbakat di sepak bola,” ucap Sinclair kepada Sportsnet beberapa waktu lalu.
Hanya empat tahun berselang setelah turnamen nasional perdananya itu, Pelatih Kanada periode 1999-2008, Even Pellerud, mengundang Sinclair untuk ikut latihan timnas senior pada akhir 1999.
Setelah berhasil mempersembahkan emas Olimpiade, yang menjadi prestasi terbaik dalam sejarah sepak bola Kanada, Sinclair belum memikirkan gantung sepatu. Seusai kembali dari Tokyo 2020, ia telah memasang target untuk menjaga dominasi Kanada pada ajang Piala Dunia 2023 di Australia dan Selandia Baru serta Olimpiade 2024 di Paris, Perancis. Apabila tetap tampil di dua turnamen itu, saat itu Sinclair telah memasuki usia 40 tahun.
Di level klub, Sinclair juga mampu tampil berprestasi. Ia telah memiliki empat trofi Liga AS bersama tiga tim berbeda, yaitu Gold Pride, Western New York Flash, dan Portland Thorns. Untuk penghargaan pribadi, ia telah mengoleksi 14 predikat pesepak bola terbaik Kanada. Dengan emas Olimpiade 2020, Sinclair pun mulai dibicarakan sebagai calon kuat peraih Pemain Terbaik Putri FIFA dan Ballon d’Or Feminin tahun ini.
Tetapi, gelar individu tidak menjadi ambisi Sincliar. Ia masih memiliki satu mimpi yang berharap bisa diwujudkan sebelum memutuskan pensiun.
”Selanjutnya, kami harus memiliki liga profesional di Kanada. Saya pikir sangatlah tidak bisa diterima bahwa juara Olimpiade tidak memiliki lingkungan kompetisi dan klub profesional sendiri. Itu tugas kami selanjutnya untuk menjaga prestasi timnas,” ujar Sinclair.
Kanada memang memiliki timnas putri kuat, tetapi mayoritas dari 18 pemain di Tokyo 2020 berkarier di AS. Sejak Liga Putri AS menghadirkan wajah baru melalui NWSL pada 2012, tidak ada klub asal Kanada yang bergabung. Sebelumnya, sempat ada Vancouver Whitecaps, tim asal Kanada, yang tampil di Liga Putri AS pada periode 2003-2012.
Bagi Kanada, Sinclair bukan sekadar menghadirkan kebanggaan dari lapangan hijau. Ia adalah duta bagi perkembangan sepak bola putri di negara Amerika Utara itu.