Ahmad Baihaqi, Kesetiaan untuk Keanekaragaman Hayati
Selama bertahun-tahun, Ahmad Baihaqi menjaga alam dengan ikut menjaga kelestarian keanekaragaman hayati.
Ahmad Baihaqi (27) mewujudkan cinta pada tanah kelahirannya dengan ikut melestarikan keanekaragaman hayati di Jakarta. Perjalanannya dimulai menjadi partisipan kegiatan pelestarian lingkungan hingga kini membimbing generasi muda untuk konservasi alam.
Selama pandemi, Ahmad Baihaqi, yang akrab disapa Abay, sering menjadi pembicara webinar terkait dengan keanekaragaman hayati. Semua materi dijabarkan dengan rinci. Makum saja, dia sudah berkutat dengan isu keanekaragaman hayati sejak duduk di bangku kuliah Fakultas Biologi, Universitas Nasional, Jakarta.
Dengan semangat, Abay memaparkan bagaimana kondisi keanekaragaman hayati di ruang terbuka hijau yang tersebar di Jakarta. Selama beberapa tahun, Abay rajin mengamati satwa liar, terutama burung, yang ada di taman kota.
Taman kota menjadi wisata alam menarik. Apalagi saat pandemi, kita bisa keluar ke teman di sekitar kita. Mendengar kicauan burung membuat tingkat stres menurun.
”Taman kota menjadi wisata alam menarik. Apalagi saat pandemi, kita bisa keluar ke teman di sekitar kita. Mendengar kicauan burung membuat tingkat stres menurun. Saat bosan belajar atau bekerja di rumah hanya melihat tembok, bisa sesekali ke taman kota, melihat yang hijau-hijau dan bisa relaksasi tubuh kita,” kata Abay saat menjadi pembicara di webinar Save On Earth: Keanekaragaman Hayati di Jakarta yang diselenggarakan Marijo Belajar, Kamis (22/4/2021).
Selain itu, dengan sabar dan telaten, Abay sebagai Staf Education and Outreach Yayasan Kehati membimbing mahasiswa yang sedang melakukan program konservasi alam. Mahasiswa yang tergabung dengan anggota Biodiversity Warriors Kehati tersebut berasal dari delapan kampus. Selebihnya, anggota BW Kehati berjumlah 2.800 tersebar dari Aceh hingga Papua.
Tak jarang, bapak satu anak ini harus menjawa pertanyaan anggota BW Kehati melalui Whatsapp (WA) pada malam hari. Di berbagai kesempatan, dia selalu mendorong generasi muda untuk menyadari pentingnya pelestarian keanekaragaman hayati di sekitar mereka.
”Pernah tuh waktu acara sosialisasi ke Lampung, saya mendorong mahasiswa untuk lebih aktif berkampanye. Mereka kadang masih malu-malu, padahal punya kegiatan yang bagus. Sampai akhirnya mereka terpacu untuk lebih aktif. Saya kembali ke Jakarta, masih banyak tuh yang WA bertanya tentang keanekaragaman hayati,” cerita Abay.
Untuk memacu semangat anggota BW Kehati, Abay bersama timnya membuat pelatihan secara virtual selama pandemi. Beberapa tema pelatihan seperti penulisan artikel, pengoperasian kamera jebak, berbicara dalam bahasa Inggris, serta teknik dasar monitoring dan penghitungan satwa liar. ”Kami ingin mereka bisa memopulerkan isu keanekaragaman hayati dengan strategi komunikasi yang baik,” ujarnya.
Bukan hanya itu, Abay turun langsung mendampingi anggota BW Kehati untuk kegiatan pengamatan keanekaragaman hayati di ruang terbuka hijau. Tahun 2015, dia menjadi Koordinator Cap(na)ture Jakarta BW Kehati. Kegiatan itu bekerja sama dengan Peta Hijau Jakarta. Saat itu, mereka mengamati keanekaragaman hayati di 32 taman kota di Jakarta. Di sela-sela kegiatan, Abay menyelesaikan penelitian skripsinya.
Dalam satu hari, mereka melakukan pengamatan selama enam jam pada pagi dan sore hari. Kegiatan dimulai setiap pukul 06.00. Saat berada di lapangan, Abay yang menyukai fotografi ini tak pelit berbagi ilmu untuk para anggota BW Kehati. Dari proyek itu, mereka menghasilkan buku Geledah Jakarta, Menguak Potensi Keanekaragaman Hayati Ibu Kota.
”Dengan buku ini, suatu capaian bagi kami yang bisa mempunyai data keanekaragaman hayati di Ibu Kota. Dari situ kami dipercaya oleh Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta untuk memperbarui data pada tahun 2018 dan 2019,” kata Abay.
Salah satu kejadian yang sering dijumpai Abay saat pengamatan adalah masih banyak para pemburu burung di taman kota. Salah satu yang diburu adalah burung madu sriganti. Bahkan, dia pernah ditawari untuk membeli burung kacamata hasil buruan. Biasanya, bersama teman-temannya, Abay tak langsung menghakimi para pemburu.
”Kami memberi edukasi bahwa masih banyak satwa liar, seperti burung, kupu-kupu dan capung, yang mempunyai peran ekologis di alam sehingga penting sekali untuk dijaga,” kata Abay.
Mencari pengalaman
Kecintaan Abay pada lingkungan berawal dari keinginannya untuk kuliah di jurusan biologi. Dari sang guru biologi, Widyawati, di SMA Sumbangsih Jakarta, dia banyak mendapat inspirasi. ”Saat awal kuliah, saya sempat tuh mau menyerah karena harus penelitian ke hutan-hutan. Apalagi saya kan bukan anak pecinta alam,” katanya sambal tertawa.
Namun, pengalaman masuk ke Taman Nasional Gunung Halimun Salak memuat dirinya semakin cinta pada lingkungan. ”Di situ saya ketemu owa jawa (Hylobates moloch) yang ukurannya besar dan kalau difoto lumayan mudah. Dari situ saya semangat mengamati satwa liar dan memotret. Saya memilih fokus pengamatan burung,” ujarnya.
Sejak saat itu, dia keluar masuk hutan di sejumlah daerah, seperti Bali, Makassar, Lampung, dan Padang. Biasanya, selama 16 hari, Abay berada di hutan untuk mengamati keanekaragaram hayati di suatu kawasan.
Tak hanya berkegiatan di kampusnya, Abay aktif di BW Kehati sejak tahun 2014. Pertama kali mengikuti kegiatan BW Journey ke Goa Jomblang, Yogyakarta. Dari awalnya menjadi peserta kemudian beralih menjadi mentor.
Di sela-sela kesibukannya, Abay bersama Fakultas Biologi Unas aktif mendampingi masyarakat di Kampung Kreatif Bacili (Bantaran Ciliwung), Kebon Baru, Tebet, Jakarta Selatan. Di situ, mereka mengadakan penyuluhan budidaya tanaman cabai dan tomat. Harapannya, masyarakat bisa memanfaatkan pekarangan rumah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Abay juga mengenalkan keanekaragaman hayati laut melalui seni mural.
Tahun 2016, Abay mendapat penghargaan Apresiasi Wana Lestari Kategori Kader Konservasi Tingkat Provinsi DKI Jakarta untuk pengabdiannya di bidang keanekaragaman hayati. Di tingkat nasional, dia mendapat peringkat kelima.
Berbagai kegiatan tersebut membuat Abay menjadi salah satu nomine penerima Kalpataru Provinsi DKI Jakarta tahun 2016. Dia menjadi nomine termuda. Meski gagal meraih penghargaan Kalpataru, dirinya tak patah semangat. Segala daya upaya dilakukannya untuk menjaga kelestarian lingkungan.
Ahmad Baihaqi
Lahir: Jakarta, 15 September 1993
Istri: Ratna Wati
Anak: 1
Pendidikan:
- SD Negeri Bangka 06 Jakarta (1999)
- SMP Negeri 124 Jakarta (2005)
- SMA Sumbangsih, Jakarta (2008)
- Fakultas Biologi Universitas Nasional, Jakarta (2011)
- Program Studi Magister Biologi, Universitas Nasional, Jakarta (2019)
Organisai:
- Ketua Senat Mahasiswa Fakultas Biologi Universitas Nasional Jakarta (2013-2014)
- Koordinator Cap(na)ture Jakarta Biodiversity Warriors Yayasan Kehati (2015-2017)
- Ketua Umum Biological Science Club (BScC) (2017-2020)
- Staf Education and Outreach Yayasan Kehati (2017-sekarang)
Prestasi, antara lain:
- Juara II Bali Birdwatching Race (2015)
- Pemenang Apresiasi Wana Lestari Kategori Kader Konservasi Tingkat Provinsi DKI Jakarta (2016)
- Nomine Kalpataru Provinsi DKI Jakarta (2016)