Arman AZ, Menelusuri Jejak Samar Peradaban Lampung
Menatap langsung koleksi naskah-naskah kuno Lampung di Belanda membuat Arman termenung. Bagi dia, naskah-naskah dari masa silam itu seolah ingin menyampaikan pesan kepada orang-orang yang hidup di masa kini.
Kepedulian pada aksara Lampung membawa Arman Arifin Zainal (44) ke kampung-kampung tua hingga luar negeri demi melacak naskah kuno Lampung. Perjalanan itu dia lakoni sebagai ihktiar merawat sejarah, meski tak ada imbalan untuknya.
Menggali kembali naskah kuno Lampung ibarat menelusuri jejak yang samar. Hingga kini, bukti peradaban masa lalu di Lampung masih tercecer di masyarakat dan di luar negeri.
Sering kali naskah beraksara Lampung ditemukan dalam keadaan sepenggal-sepenggal hingga sulit diketahui isinya. Ketiadaan dana dan hilangnya generasi yang mampu membaca aksara lampung kian mempersulit upaya pelestarian warisan budaya tersebut.
Arman AZ adalah satu dari sedikit orang yang peduli pada aksara Lampung. Sejak 10 tahun lalu, lelaki yang telah menghasilkan banyak karya sastra ini giat mempelajari aksara Lampung dan naskah kuno.
Berbagai kesulitan dia hadapi saat melacak naskah kuno, mulai minimnya dana, kurangnya perhatian pemerintah, terputusnya generasi yang mampu membaca aksara Lampung, hingga keyakinan tertentu di masyarakat.
Pada 2018, misalnya, ia berkunjung ke salah satu desa di Kabupaten Lampung Barat untuk menemui pemilik naskah kuno yang akan memperlihatkan naskah kuno. Namun, pemilik naskah membatalkan janjinya karena salah seorang anggota keluarganya mengalami kesurupan sehari sebelum Arman datang. Kejadian itu dianggap sebagai pertanda bahwa naskah kuno yang diyakini sebagai benda pusaka itu tidak boleh “diganggu”.
Berbagai kesulitan itu tak menghentikan niat Arman untuk melacak naskah kuno Lampung. Baginya, pencarian ini merupakan upaya “menengok” masa lalu guna membangun fondasi masa depan.
Naskah kuno menyimpan kearifan lokal sekaligus menjadi pintu masuk mengungkap sejarah masyarakat Lampung
“Naskah kuno menyimpan kearifan lokal sekaligus menjadi pintu masuk mengungkap sejarah masyarakat Lampung,” katanya saat ditemui di Bandar Lampung, Rabu (3/2/2021).
Dari kunjungannya ke kampung-kampung di pelosok Lampung itulah, ia mendapati banyak naskah kuno dari beberapa zaman yang tidak terawat dan lusuh. Masyarakat yang memiliki naskah itu sebagai barang warisan, umumnya tidak memiliki pengetahuan tentang penyimpanan naskah kuno.
“Semestinya naskah kuno itu dikumpulkan oleh pemerintah sehingga pelestarian dan penelitian bisa dilakukan dengan lebih baik,” ucapnya.
Meski lahir di Lampung, selama ini, Arman tak pernah diajari membaca naskah kuno Lampung. Padahal, ia ingin tahu apa saja kekayaan yang tersimpan di dalamnya. Ia pun sering berdiskusi dengan beberapa orang pegiat aksara dan filolog di Lampung dan luar daerah yang mampu membaca aksara Lampung.
Arman sendiri secara otodidak berusaha mempelajari aksara dan berupaya menelaah naskah kuno Lampung. Beberapa naskah yang dia temukan berisi ilmu pengobatan dan ilmu agama. Naskah kuno lainnya banyak berisi kisah hidup masyarakat Lampung dan petuah bagaimana menjalani kehidupan. Setiap potongan informasi mengenai aksara Lampung itu ia dokumentasikan.
Naskah kuno yang dia pelajari seringkali memberinya ide segar untuk membuat karya sastra. Sampai saat ini, Arman telah menghasilkan banyak karya, antara lain cerpen dan novel yang diterbitkan di berbagai media di Indonesia.
Sampai Belanda
Minat Arman pada aksara dan naskah kuno Lampung bermula pada 2011. Saat itu, ia tergerak melakukan penelitian mandiri untuk mencari tahu sosok Herman Neubronner van der Tuuk, linguis Belanda yang banyak meneliti naskah-naskah kuno Nusantara.
Arman pergi ke berbagai daerah di Indonesia, antara lain berkunjung ke makam Van der Tuuk di Surabaya hingga menengok tempat kelahirannya di Malaysia. Dia juga datang ke Museum Lontar hingga melacak cerita rakyat dan naskah kuno koleksi Van der Tuuk. Dari situ, Arman semakin tertarik mempelajari aksara dan melacak naskah kuno Lampung.
Kepeduliannya pada aksara Lampung membuat Arman pernah diundang ke Belanda untuk mengidentifikasi koleksi naskah kuno Lampung. Dia sebenarnya sudah beberapa kali mendapat undangan sejak 2014 hingga 2020. Namun, ia baru bisa memenuhinya dua kali.
Dia pertama kali ke Belanda pada 2015 dengan bantuan dana Dompet Dhuafa melalui gerakan donasi dukung budaya. Selama tiga minggu, dia memulai proses identifikasi dan dokumentasi berbagai naskah kuno Lampung. Pada 2018, ia kembali ke Belanda selama dua bulan untuk melanjutkan pelacakannya tentang naskah kuno Lampung.
Sejumlah tempat yang dia kunjungi, antara lain Tropen Museum di Amsterdam, Museum Volkenkunde di Leiden. Selain itu, dia juga mengunjungi Perpustakaan Universitas Leiden.
Menatap langsung koleksi naskah kuno Lampung di Belanda membuat Arman termenung. Bagi dia, naskah-naskah dari masa silam itu seolah ingin menyampaikan pesan kepada orang-orang yang hidup di masa kini. Mereka seolah membuka diri untuk dibaca dan dikaji ulang.
Dua buku yang dia terbitkan pada Desember 2020 dan Januari 2021 menjadi bukti upaya Arman dalam melacak naskah kuno Lampung. Buku pertama berjudul Katalog Naskah Kuno di Tropen Museum dan Museum Volkenkunde Vol 1 berisi kompilasi 28 naskah kuno yang dia identifikasi di dua museum di Belanda.
Buku kedua berjudul Monograf Lampung Lampau: Sejumlah Catatan Budaya dan Sejarah Lampung berisi potongan-potongan budaya dan sejarah Lampung. Saat ini, Arman tengah menyusun buku Katalog Naskah Kuno Lampung di Perpustakaan Leiden.
Minimnya ahli yang bisa membaca aksara membuat upaya pengkajian naskah kuno Lampung terkendala. Sayangnya, negara lain justru melestarikan dan meneliti naskah kuno Lampung dengan lebih baik. Di luar negeri, diperkirakan ada lebih dari 100 naskah kuno Lampung yang menanti dikaji.
Menurut dia, masih banyak naskah kuno Lampung yang tersebar di luar negeri, seperti Amerika Serikat, Denmark, Inggris, Perancis, dan Jerman. Jika punya kesempatan, Arman ingin menjelajah ke berbagai negara itu untuk melanjutkan pencariannya naskah kuno.
Arman menyadari, upaya pelestarian naskah kuno Lampung adalah sebuah jalan panjang yang membutuhkan waktu lama. Kedua buku yang dia terbitkan baru awal dari upaya pelestarian warisan budaya itu. Dia berharap, ikhtiar melacak jejak peradaban Lampung itu memantik rasa ingin tahu generasi muda lainnya untuk ikut mempelajari naskah kuno dan aksara Lampung.
Arman AZ
Lahir: Teluk Betung, 30 Mei 1977
Pendidikan:
- SD Xaverius Teluk Betung
- SMP Xaverius Teluk Betung
- SMA Negeri 1 Tanjung Karang (sekarang SMA N 1 Bandar Lampung)
- S1 Ekonomi Manajemen Universitas Lampung