Hazman Fillin Yusron, Merawat Hutan Kecil di Permukiman
Meski tinggal jauh dari hutan, orang tidak boleh kehilangan pohon. Keyakinan ini membuat Hazman Fillin Yusron membangun hutan mikro dekat rumahnya. Surga hijau itu kini jadi oase di tengah permukiman yang kian gersang.
Kecintaan terhadap pohon membuat Hazman Fillin Yusron Atsani (22) tergerak merintis ”Taman Hutan Micro”. Tak hanya menanam pohon, dia juga mendata dan mengenalkan keanekaragaman hayati pada orang-orang di sekitarnya.
Dua batang pohon akasia yang Hazman tanam sembilan tahun lalu kini sudah tumbuh besar. Pohon berdiameter 45 sentimeter berdaun rimbun, meneduhkan siapa saja yang singgah di bawahnya.
Di balik pohon-pohon pelindung itulah, tonggeret bermukim. Suara serangga kecil itu terdengar nyaring seakan riang menyambut datangnya musim hujan. Berbagai jenis kupu-kupu dan capung terlihat hinggap di tanaman perdu. Menjelang sore, giliran berbagai jenis burung kicau hinggap di pohon-pohon.
Di tengah area, sebuah gubuk bambu berukuran 1,5 meter x 1,5 meter berdiri. Rimbunnya pohon membuat siapa pun yang datang ke sana merasa berada di tengah hutan. Di tempat itulah, Hazman sering menghabiskan waktu untuk belajar dan berdiskusi tentang konservasi.
Pemuda itu mulai tergerak merintis taman hutan mikro sejak kawasan tempat tinggalnya di Desa Serbajadi, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan, Lampung, semakin gersang. Sejak lima tahun terakhir, tanah di desanya memang banyak dilirik oleh pengembang perumahan.
Daerah itu dinilai strategis karena letaknya berbatasan dengan Kota Bandar Lampung. Harga jual tanah pun melonjak, dari semula hanya Rp 500.000 per meter persegi menjadi Rp 1,5 juta-Rp 2 juta per meter persegi.
Dalam waktu singkat, sejumlah warga tergiur menjual lahan untuk dijadikan tanah kavling dan perumahan siap huni. Lahan-lahan yang semula ditanami berbagai jenis pohon kini sudah berubah menjadi bangunan rumah.
Untuk itulah, Hazman bertekad mempertahankan lahan seluas 170 meter persegi milik keluarganya. ”Tanah ini juga pernah ditawar oleh salah satu pengembang yang tertarik membeli. Tapi, kami menolak,” kata Hazman saat ditemui Minggu (31/1/2021).
Sejak kecil, Hazman memang tertarik menanam berbagai jenis bibit pohon di lahan itu. Dia juga hobi menjelajah hutan dan mendaki gunung. Kecintaan pada alam itu membuat Hazman berkuliah pada Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Terbuka.
Pendataan
Sejak 2018, dia mulai serius mendata berbagai jenis flora dan fauna yang sudah ada di ”Taman Hutan Micro”. Dari pendataan, setidaknya terdapat 14 jenis pohon keras, 11 jenis tanaman perdu, dan 8 jenis tumbuhan merambat yang tumbuh di sana.
Berbagai jenis pohon yang ada antara lain pohon jati putih (Gmelina arborea), akasia daun kecil (Acacia auriculiformis), akasia daun besar (Acacia mangium), kelor (Moringa oleifera), jati (Tectona grandis), dan bayur (Pterospermum diversifolium).
Sementara itu, tanaman perdu yang ada, antara lain, srigunggu (Clerodendron serratum), cente (Lantana camara), orok-orok (Crotalaria pallida), dan pecut kuda (Stachytarpheta jamaicensis). Adapun tumbuhan yang merambat antara lain rambusa (Passiflora foetida) dan Gembolo (Dioscorea bulbifera).
Untuk fauna, setidaknya ada 11 jenis burung yang sering hinggap, antara lain burung jalak hitam (Acridotheres javanicus), bubut besar (Centropus cinensis), ciblek (Prinia familiaris), dan pelatuk (Dendrocopos molucensis). Selain itu, ada 11 jenis satwa lain yang sering terlihat, misalnya biawak (Varanus salvator), tupai tanah (Tupaia Tana), dan bajing kelapa (Callosciurus notatus).
Tak hanya menyimpan data itu di komputer, Hazman juga menempelkan nama latin pada batang tanaman. Tujuannya sebagai sarana edukasi bagi orang-orang di sekitarnya.
Awalnya, para tetangga menganggapnya aneh karena Hazman seharian menghabiskan waktu untuk belajar atau sekadar bersantai di gubuk di bawah pohon. Namun, sejumlah pemuda seusianya kemudian tertarik berkunjung ke gubuk yang berada di taman hutan mikro tersebut.
Dari sekadar berkumpul sambil minum kopi, obrolan para pemuda itu berlanjut membahas tentang keanekaragaman hayati dan konservasi. Teman-temannya mengaku sedang datang ke sana karena udaranya sejuk dan suasananya tenang seperti berada di tengah hutan.
Saat itulah, Hazman secara tidak langsung menunjukkan pentingnya hutan bagi kehidupan manusia pada teman-temannya. ”Dengan beraktivitas di bawah pohon, saya ingin menunjukkan bahwa sebenarnya manusia yang membutuhkan hutan,” katanya.
Sejak dua tahun terakhir, Hazman juga aktif mengajak anak-anak di sekitar rumahnya untuk belajar tentang keanekaragaman hayati. Sebelum pandemi Covid-19, dia acapkali menawarkan pada sejumlah guru taman kanan-kanak untuk membawa siswanya berkunjung ke taman hutan mikro.
Hazman mengajarkan anak-anak itu tentang keanekaragaman hayati. Selain mengenal berbagai bentuk daun, anak-anak itu juga dapat melihat langsung berbagai jenis pohon dan mengenal nama latin tanaman itu dari papan nama yang sudah dipasang Hazman.
Lebih dari itu, anak-anak bisa menikmati sejuknya beraktivitas di bawah pohon. Cara itu diharapkan dapat menumbuhkan kecintaan anak-anak usia dini untuk merawat dan menjaga hutan.
Sayangnya, aktivitas belajar bersama anak-anak itu harus dihentikan sementara selama pandemi Covid-19. Meski demikian, Hazman bertekad akan terus mengajak lebih banyak anak-anak untuk belajar tentang pentingnya hutan.
Tak hanya kampanye tentang pentingnya pohon bagi kehidupan manusia, dia juga sering kali berbagi informasi tentang ancaman perburuan satwa. Pasalnya, masih banyak masyarakat yang masih awam soal larangan perburuan dan perdagangan satwa liar. Dengan berbagi informasi itu, Hazman berharap, tidak ada orang-orang di sekitarnya yang menjadi pelaku perburuan dan perdagangan satwa liar.
Selain bergerak di lingkungan sekitar desanya, Hazman juga terlibat dalam gerakan pemuda peduli konservasi, antara lain gerakan Global Yputh Biodeversity Network tahun 2020. Dia juga aktif sebagai sukarelawan lindungi hutan dan warriors di gerakan Biodiversity Warriors oleh Yayasan Kehati.
Lewat taman hutan mikro yang diarintis, Hazman berupaya mendekatkan ”hutan” ke lingkungan tempat tinggalnya. Dia ingin menyampaikan, walaupun hidup jauh dari kawasan hutan, manusia tidak boleh kehilangan pohon.
Hazman Fillin Yusron Atsani
Lahir: 10 Oktober 1998
Pendidikan:
- SD Tri Sukses Natar (2005-2011)
- SMP Tri Sukses Natar (2011-2014)
- SMA Tri Sukses Natar (2014-2017)
- Mahasiswa S-1 Biologi Fakultas MIPA Universitas Terbuka (2017-sekarang)
Organisasi:
- Terlibat pada gerakan Global Youth Biodiversity Network (GYBN-Chapter Indonesia) 2020
- Pemuda terpilih pada program Youth Leader Climate Crisis Camp 2020 (YLCCC) yang diprogram oleh Climate Reality Project Indonesia dan Pangan Bijak Nusantara
- Kader Konservasi Pemuda ”Wildlife Warrior” oleh Tropical Forest Conservation Action (TFCA-Sumatera) Bagian Sumatera Tengah Selatan
- Anggota Lembaga Perhimpunan Pelestarian Burung Liar Indonesia
- Anggota Relawan Lindungi Hutan, Lampung
- Warriors pada Biodiversity Warrior-Yayasan Kehati