Astrid Paramita dan Herman Andryanto, Salurkan Makanan bagi Sesama
Makanan berlebih pada acara pernikahan atau hajatan lain, misalnya rapat kantor, pada akhirnya terbuang. Pasangan Astrid Paramita dan Herman Andryanto lalu menggagas FoodCycle Indonesia untuk menyalurkan makanan itu.
Oleh
ELSA EMIRIA LEBA
·4 menit baca
Astrid Paramita (33) dan Herman Andryanto (39) gelisah melihat ironi yang terjadi di Jakarta. Isu kelaparan masih menghantui, sementara ada banyak makanan terbuang percuma. Berkat sebuah video tentang gerakan membagikan makanan pesta di India, pasangan suami istri ini menggagas FoodCycle Indonesia pada 2017.
Sebagai yayasan nirlaba, visi FoodCycle Indonesia adalah mencapai Indonesia tanpa kelaparan dan tanpa limbah makanan. Ini berarti FoodCycle Indonesia bertugas menjadi jembatan penyalur kelebihan makanan yang masih layak kepada masyarakat kurang beruntung.
FoodCycle Indonesia memiliki beberapa program utama, antara lain ”A Blessing to Share” yang membagikan makanan siap saji dari pernikahan atau hajatan lainnya, ”BreadRescue” yang membagikan roti dari toko roti, dan ”LunchSharing” yang membagikan makan siang dari kantor. Makanan siap saji ini biasanya langsung didistribusikan kepada orang yang membutuhkan. Menunya bermacam-macam, mulai dari nasi dan lauk, udang mayones, hingga steak.
Selanjutnya, terdapat program ”FoodCycle Hub” yang membagikan makanan kemasan dari perusahaan makanan. Makanan kemasan ini biasanya ditampung di bank makanan di Gading Serpong lebih dulu. Makanan-makanan ini biasanya berupa susu, biskuit, dan mi instan, yang kemudian didata, dipilih, dan disalurkan sesuai dengan kebutuhan.
”FoodCycle itu sifatnya kebanyakan koordinasi dan kolaborasi. Tim kami sebenarnya tidak terjun langsung ke lapangan untuk membagi-bagi makanan ke lapangan,” kata Astrid melalui panggilan video dari Gading Serpong, Tangerang, Selasa (15/10/2020).
Astrid memastikan, makanan yang diberikan kepada para penerima manfaat bukan produk yang cacat ataupun rusak. Makanan siap saji dari pesta pernikahan atau makan siang kantor langsung disalurkan kepada organisasi garis depan (front line organizations/FLO), sedangkan makanan kemasan dari pabrik baru akan kedaluwarsa dalam waktu 2-3 bulan.
Saat ini, penerima manfaat FoodCycle Indonesia tercatat lebih dari 15.000 orang di wilayah Jabodetabek. Makanan secara teratur disalurkan ke lebih dari 60 FLO terdaftar dan komunitas masyarakat, antara lain panti asuhan, panti jompo, komunitas pengungsi, organisasi lintas agama, serta rumah singgah anak jalanan. ”Kami menyasar masyarakat yang nonproduktif terlebih dulu,” ujar Astrid.
Sebagai bentuk kontrol, mereka mengunjungi FLO dua kali setahun. Selama masa pandemi Covid-19, mereka meminta FLO mempertanggungjawabkan penyaluran makanan ini dengan memotret makanan ketika dibagikan dan dikonsumsi binaan mereka.
Apabila dijumlahkan, Astrid dan Herman sudah menyalurkan lebih dari 200 ton makanan sejak awal. Dari jumlah itu, sekitar 110 ton merupakan kebutuhan pokok yang diperoleh dari donasi dana dan 60 ton merupakan makanan donasi dari pebisnis atau restoran. Sisanya adalah makanan dari pernikahan, roti, dan makan siang kantor.
FoodCycle sebenarnya memiliki dua misi lainnya, yaitu memproses ulang makanan yang masih layak dan mendaur ulang sisa makanan sebagai kompos. Namun, Astrid mengakui, keterbatasan sumber daya membuat mereka lebih fokus untuk mendistribusikan makanan.
Mencari donatur
Program utama FoodCycle adalah menyalurkan makan. Namun, Astrid dan Herman mengemban tugas yang lebih dari itu. Mereka harus mencari donatur yang mau mendukung misi mereka dalam jangka panjang. Tak jarang, mereka harus mempresentasikan kegiatan mereka di hadapan para perwakilan perusahaan.
”Kami seperti orang jualan, tetapi bukan jualan barang. Kami tawarkan service untuk mengambil dan membagikan kelebihan makanan daripada membuangnya. Dari sekian banyak, biasanya hanya beberapa yang tertarik,” kata Astrid.
Penyaluran kelebihan makanan sebenarnya dapat menjadi program yang bermanfaat bagi perusahaan dari segi bisnis dan citra. Dalam beberapa kesempatan, perusahaan juga menyertakan kegiatan kolaborasi bersama FoodCycle sebagai bagian dari tanggung jawab perusahaan.
Hingga saat ini, sekitar 25 mitra telah bekerja sama dengan FoodCycle Indonesia, seperti Bridestory, Cargill Indonesia, Holland Bakery, Kanemory, Nutrifood, Nestle, Panin Asset Management, Upfield Indonesia, dan Zomato. Selain itu, FoodCycle Indonesia juga menjalin kerja sama dengan beberapa perusahaan bidang distribusi logistik, misalnya Grab.
FoodCycle tidak bergantung pada donasi semata, tetapi juga melakukan berbagai program penggalangan dana. Pada masa lalu yayasan ini sempat menjalankan program ”MannaCake” untuk memiliki penghasilan sendiri dengan cara menjual kue dari bahan makanan yang masih layak. Sekarang, FoodCycle fokus menggalang dana lewat platform kitabisa.com.
”Berbagi itu jangan tunggu sampai kita punya berlebih. Menurut saya, besok pagi sudah bisa membuka mata lagi itu sudah menjadi anugerah yang terbesar bagi kita, maka kita harus bisa berbagi apa pun yang lebih dari itu,” tutur Herman.
Pada masa pandemi, FoodCycle beradaptasi sebagai penyalur bahan pangan dan makanan bagi tenaga medis dan masyarakat kurang mampu. Astrid dan Herman juga membuat sebuah program baru, yakni Semangat Pagi Indonesia (SPI), di mana ini merupakan kegiatan memberi makan sarapan bergizi kepada 17.274 anak. SPI, menurut rencan, akan menjadi program reguler pada tahun depan.
Astrid dan Herman sebenarnya memiliki bisnis dan keluarga untuk diurus. Namun, mereka berdua sepakat untuk tetap berkarya lewat FoodCycle. ”Ketika mendapatkan feedback dari Oma dan adik-adik di panti, itu fulfillment. Pada akhirnya, kita hidup bukan untuk diri sendiri,” ujar Astrid.
Astrid Paramita
Usia: 33 tahun
Pendidikan: S-1 Food Technology-RMIT University, Australia
Pekerjaan: Wiraswasta
Herman Andryanto
Usia: 39 tahun
Pendidikan: S-1 Computer System-RMIT University, Australia