Adi Sarwono Membuat Gerakan Literasi untuk Anak-anak di Bandar Lampung
Sebagai tenaga pemasaran, Adi Sarwono sering keliling ke daerah-daerah sekitar Lampung. Di situ, hatinya tergerak membantu anak-anak mendapat akses buku bacaan.
Perjalanan puluhan kilometer dilalui Adi Sarwono (31) dengan membawa banyak buku untuk anak-anak. Taman baca Busa Pustaka di Bandar Lampung yang didirikan Adi tidak sekadar memberi buku bacaan, tetapi juga fasilitas untuk belajar.
Akhir pekan biasa digunakan Adi untuk membantu anak-anak belajar. ”Dari tadi siang mendampingi anak-anak belajar, dari mulai siswa SD sampai SMA. Biasanya mereka tanya pelajaran Bahasa Inggris. Kalau ada yang enggak ngerti, mereka WA atau telepon,” kata Adi di sela perbincangan melalui Zoom, Minggu (6/12/2020).
Sejak pandemi, Adi mengajar anak-anak di depan sebuah rumah yang terletak di Kelurahan Kedawung, Kecamatan Kemiling, Bandar Lampung. Dia menamakan tempat itu Sekolah Rakyat Busa Pustaka. Kegiatan dimulai pukul 10.00, anak-anak berkumpul, kemudian mendengarkan Adi mengajar dengan cara story telling (bercerita). Menurut Adi, dengan cara itu, ilmu yang disampaikan akan lebih mudah dimengerti anak-anak.
Sebenarnya, kegiatan belajar mengajar yang dimulai pada Maret 2020 ini tak disengaja. Awalnya, Adi datang ke pelosok Lampung dengan membawa buku-buku. Anak-anak diajak membaca buku apa saja. ”Enggak taunya, anak-anak menyeletuk, ’Mang bisa ngajar enggak’. Bingung juga mau ngajar apa, cuma saya langsung mikir, ah nanti bisa tanya istri saya, kan dia guru. Langsung saya jawab, ’Oke, minggu depan mulai belajar ya’,” kata Adi yang akrab disapa Mang Adiono.
Pekan berikutnya, anak-anak benar datang dengan membawa buku pelajaran sekolahnya masing-masing. Seperti layaknya tenaga pemasaran yang bisa menyediakan segala hal, Adi menjawab satu per satu pertanyaan anak-anak. ”Kalau saya ditanya anak-anak, pasti saya jawab bisa. Kadang wajah saya sampai butek gitu karena menjawab pertanyaan. Kalau sudah gitu, saya pamit dulu ngopi, padahal mau liat Google,” kata Adi sambal tertawa.
Saat mengajar anak-anak, Adi tak mau memaksa mereka harus belajar serius. Apaila melihat anak-anak lelah, pria yang sering mengenakan kostum tokoh Super Mario Bross ini mengajak mereka dangdutan. Materi pelajaran disampaikan melalui cerita dan lagu. Misalnya, di salah satu video yang diunggah ke akun Instagram miliknya, dia menceritakan tentang uang dan kegunaannya. Dia mengawalinya dengan lagu ”Aku Cinta Rupiah”. Melalui akun @busapustaka di Instagram, Adi mengunggah video pelajaran dan kegiatan sekolah rakyat.
Tidak hanya mengajar, Adi juga mencari donasi untuk memenuhi kebutuhan sekolah. Saat tahun ajaran baru, anak-anak curhat mengenai biaya m”odul pelajaran sebesar Rp 200.000 per anak. Saya sampai seminggu susah tidur memikirkan gimana caranya membantu anak-anak karena sebagian orangtua mereka tidak mempunyai penghasilan sejak pandemi,” kata Adi.
Tak mau melihat anak-anak sedih, Adi segera bergerak mencari donasi. Dia mencari pinjaman kepada teman-temannya dan uang pribadinya sehingga bisa membantu membayar modul pelajaran dan biaya pulsa internet. Hingga kini anak-anak yang bergabung di Sekolah Rakyat Busa Pustaka sebanyak 36 anak.
Mengajar anak-anak memang tak pernah dibayangkan Adi. Sebelum pandemi, Adi menggelar buku-buku bacaan di Taman Gajah, Bandar Lampung, untuk menarik perhatian anak-anak. Dari pagi hingga siang hari, berbagai kegiatan digelar Busa Pustaka, seperti membaca bersama, story telling, mewarnai sampai kelas edukasi. Tak jarang, beberapa temannya dari berbagai profesi diundang ke tengah anak-anak untuk menceritakan bagaimana pekerjaan mereka.
Tahun 2017, Adi mengawali taman bacaan dengan lima buku. Pekerjaan sebagai tenaga pemasaran mengharuskan dia berkeliling sampai ke pelosok daerah. Dia melihat anak-anak tidak memiliki akses untuk mendapat buku bacaan. Sambil bekerja naik sepeda motor, dia membawa beberapa buku untuk anak-anak. Setiap minggu buku-buku itu digilir. Sampai kemudian jumlah buku semakin banyak sehingga harus dibawa dengan mobil.
Dalam satu hari, Adi bisa menempuh perjalanan 200 kilometer pergi pulang untuk bekerja sekaligus menyebarkan semangat membaca dan belajar. Tak jarang, dia menemui anak-anak dengan masih mengenakan seragam kerja. Ada cerita menarik di balik nama Busa Pustaka. ”Waktu itu, saya sedang di pasar, lalu lihat seoarng ibu di pasar sedang mencuci piring dengan sabun colek. Busanya banyak sekali. Saya langsung kepikiran kasih nama Busa Pustaka yang saya artikan ilmu yang berlimpah,” katanya.
Kepedulian terhadap pendidikan anak-anak sudah dilakukan Adi sejak masih kuliah di Universitas Prof Dr Moestopo (Beragama). Saat itu, dia kuliah sambil bekerja di Terminal Lebak Bulus, tahun 2010. Hampir setiap hari, Adi melihat anak-anak yang berjuang di jalanan. Mereka tidak belajar, tetapi harus mencari uang.
Waktu itu, saya sedang di pasar, lalu lihat seoarng ibu di pasar sedang mencuci piring dengan sabun colek. Busanya banyak sekali. Saya langsung kepikiran kasih nama Busa Pustaka yang saya artikan ilmu yang berlimpah.
Tak lama kemudian, dia mengajak anak-anak belajar di taman kota, dekat Terminal Lebak Bulus. ”Kalau dikasih cerita anak-anak, mereka enggak tertarik. Lalu, saya ceritakan tentang Tan Malaka, wah langsung rame tuh diskusinya,” ujar Adi.
Dengan kegigihannya, Adi berhasil membuat kehidupan anak-anak itu lebih baik. Sebanyak 20 anak bisa mendapat ijazah Paket C secara gratis. Mereka juga bisa menjadi pedagang asongan dengan bantuan Adi.
Setelah lulus kuliah, Adi merasa kecewa karena tes calon pegawai negeri sipil (CPNS) di Perpustakaan Nasional gagal. Saat pulang ke Lampung, dia langsung menemui gurunya, KH Mas Ahmad Badruzzaman, di Pondok Pesantren Al Nizar, Bandar Lampung.
Baca juga: Supriyadi Hasanin, Baju Baru untuk Lagu Melayu
”Saat itu, saya nangis karena gagal mengabdi buat negara. Lalu, saya ke rumah Abah, curhat sambal menangis. Malah Abah bilang, ’Kamu kenapa nangis, kan kamu sekarang sudah mengabdi negara dengan perpustakaan kamu’. Wah, mendengar itu, saya semangat lagi, langsung pergi, bawa buku-buku dan berangkat ke kampung-kampung,” kata Adi.
Kini, Adi baru menyelesaikan pembangunan Lamban Literasi Busa Pustaka di sebelah rumahnya, di Rajabasa, Bandar Lampung. Harapannya, tempat itu bisa menjadi perpustakaan umum bagi masyarakat. Dia juga ingin melebarkan jangkauan ke banyak kampung untuk mengajar anak-anak.
Adi Sarwono
Lahir: Prabumulih, 21 September 1989
Istri: Dita Mutiara Aruni
Anak: 1
Pendidikan:
- SDN 04 Betung, Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan
- SMP Negeri 28 Bandar Lampung
- SMA Al-Kautsar Bandar Lampung
- Jurusan Hubungan Internasional Universitas Prof Dr Moestopo (Beragama) Jakarta (2008)
Karier:
- Sales staff Wings Food Indonesia (2016-sekarang)
- Pendiri Busa Pustaka (2017-sekarang)