Hendra Susanto mengenalkan kelezatan kopi arabika Semendo ke seluruh Indonesia dan dunia. Tak hanya itu, dia juga menyejahterakan petani kopi Semendo.
Oleh
DENTY PIAWAI NASTITIE & RHAMA PURNA JATI
·5 menit baca
Semendo, yang terletak di daerah pegunungan Bukit Barisan, Sumatera Selatan, merupakan salah satu daerah penghasil kopi arabika terlezat di dunia. Namun, produksi kopi kurang dikenal publik. Melihat potensi yang luar biasa, Hendra Susanto (39) mengangkat pamor kopi arabika Semendo dan berusaha meningkatkan kesejahteraan petani kopi di sana.
Ditemui di kedai kopi miliknya, Beskabean, di Jalan Ratna, Kelurahan 29 Ilir, Kecamatan Ilir Barat 2, Palembang, Sumsel, Rabu (26/8/2020), Hendra menceritakan sepak terjangnya memperkenalkan kopi arabika Semendo kepada masyarakat. ”Pertama kali, orang-orang mengatakan, ’Asam, ndak enak’. Kini, berjualan kopi mudah sekali, semua suka,” ujarnya.
Di bangunan mungil berlantai tiga itu, Hendra berjualan dan berinteraksi dengan penikmat kopi. Ia menggunakan lantai satu untuk menyimpan mesin giling dan peralatan seduh. Sementara lantai dua ”disulap” menjadi seperti laboratorium kopi, tempat Hendra melatih calon wirausaha berjualan kopi. Lantai paling atas berupa rooftop menjadi tempat berkumpul anak muda untuk menikmati kopi sambil memandang ikon Kota Palembang, Jembatan Ampera.
Hendra membuka pintu kepada siapa pun yang datang untuk menikmati dan mempelajari kopi. Banyak orang datang untuk mempelajari bagaimana memilih dan mengolah biji kopi, mulai dari buah merah hingga menjadi minuman di atas meja. Ia membagikan pengetahuan dan pengalamannya dari bertahun-tahun bergelut dalam bisnis kopi Semendo.
Kopi Semendo ditanam pada ketinggian 1.400 meter di atas permukaan laut. Dengan grade di atas 80 persen, kopi arabika Semendo termasuk kopi dengan mutu tinggi.
Sebelumnya, daerah yang terletak sekitar 300 kilometer dari Palembang, atau biasa ditempuh dalam perjalanan selama 9-10 jam, ini dikenal sebagai penghasil kopi robusta. Proses pengolahan yang rumit dengan harga jual rendah membuat banyak petani enggan menanam kopi arabika. Penjualan yang tidak pasti juga memaksa beberapa petani beralih dari menanam biji kopi menjadi bertanam sayuran.
Akan tetapi, Hendra justru melihat potensi ekonomi kopi arabika Semendo yang luar biasa. Ia mendampingi petani beralih dari menanam biji kopi robusta menjadi arabika serta mengajak investor masuk untuk mendukung usaha petani. Hendra membantu tidak hanya di hulu, tetapi juga hilir dengan memasarkan kopi ke sejumlah daerah di Indonesia dan dunia.
Kini ada sekitar 10 hektar lahan di Semendo yang ditanami kopi jenis arabika. Dari produksi kopi sekitar 5 ton per masa panen, kini produksi kopi arabika bisa mencapai 10-15 ton. Setiap bulan, Hendra menjual 1,2 ton kopi arabika ke daerah-daerah di Indonesia. Ia menjadi penyuplai biji kopi untuk kedai kopi yang tersebar di banyak kota.
Bekat usaha Hendra, perbaikan tidak hanya terjadi dalam hal produksi, tetapi juga kenaikan harga yang turut mendukung kesejahteraan petani. Pada 2016, harga kopi arabica Rp 22.000 per kilogram (kg), hanya selisih Rp 1.000 dari kopi robusta. Kini, harga kopi arabika yang dijual oleh petani meningkat menjadi Rp 70.000-Rp 80.000 per kg. Sementara harga kopi robusta sekitar Rp 40.000 per kg. ”Rumah petani yang dulunya bangunan biasa kini permanen,” ujarnya.
Mantan karyawan
Sebelum bergelut dengan dunia kopi, Hendra merupakan karyawan di sebuah perusahaan swasta di Palembang. Pesangon dari perusahaan dipakai untuk menjajal berbagai bisnis yang berkali-kali gagal. Dengan sisa uang Rp 880.000, ia mulai membuka bisnis jus sari kacang (Berka Sari Kacang), yang kini berubah menjadi nama kedai kopi miliknya.
Dari pergaulan dengan sesama pegiat UMKM, ia berkenalan dengan Mulustan, petani kopi asal Semendo, yang meminjamkan 6 kg kopi jenis robusta untuk Hendra berjualan. Dari sinilah, Hendra memulai perjalanan panjangnya memperkenalkan kopi Semendo kepada dunia.
Usaha Hendra memperkenalkan kopi Semendo sempat menemui jalan terjal. Rasa kopi yang pahit dan asam rupanya tidak familiar di lidah masyarakat. Berbagai siasat dilakukan, seperti menyeduh kopi dengan takaran medium dan menambahkan tetesan madu.
Perpaduan cita rasa kopi arabika Semendo yang berkarakter karamel, cokelat, dan gula merah terpadu sempurna dengan tetesan madu. Ia juga menjelaskan kepada konsumen bahwa kopi dipetik dan dijemur dengan proses yang benar. Kini, penikmat kopi sudah ketagihan dengan rasa kopi arabika Semendo sekalipun diseduh tanpa campuran pemanis.
”Menikmati kopi tanpa gula lebih sehat, badan terasa segar, kolesterol turun, dan berat badan stabil,” ujar Hendra. ”Memperkenalkan kopi ini tidak cukup hanya dengan merasakan kopinya, tetapi juga harus ada edukasi dari barista yang menyajikan kopi,” lanjutnya.
Ketika budaya ngopi sudah menjadi gaya hidup masyarakat modern dengan menjamurnya kedai kopi di Indonesia, banyak petani justru hidup terpuruk. Hal itu disebabkan tidak ada peningkatan pendapatan petani meskipun grade kopi baik. Oleh karena itu, Hendra berusaha jujur kepada petani. Ketika kopi menang kontes, harga jual kopi petani diperbaiki. ”Di situlah kepercayaan petani terbangun,” ucapnya.
Rumah petani yang dulunya bangunan biasa kini permanen.
Untuk meningkatkan derajat hidup petani, Hendra juga menggandeng Bank Indonesia; PT Bukit Asam Tbk; raksasa kedai kopi dunia, Starbucks; dan Rumah Kopi Sumsel untuk mendukung petani. Organisasi dan lembaga besar ini bersinergi membentuk wadah kerja sama dengan kelompok tani di Semendo, khususnya di Desa Plakat, Datar Lebar, Segamit, dan Muaro Kimai. Melalui kerja sama ini, investor memberikan jaminan pembelian produk kopi dari petani. Kepastian penjualan itu membuat petani bertahan karena yakin hasil produksinya akan dibeli oleh konsumen.
Tidak puas dengan kualitas yang ada sekarang, Hendra juga mendampingi para petani untuk menjual varietas baru, yaitu Andungsari, Lini-S, Sigarar Rutang, dan Komasti. Varietas baru akan mulai dipanen tahun depan. Melalui secangkir kopi yang harum dan nikmat, Hendra memperkenalkan Semendo kepada dunia.
Hendra Susanto
Lahir: Palembang, 14 Oktober 1981
Pendidikan: S-1 Teknik Kimia Universitas Muhammadiyah Palembang