Amal Alghozali Berdayakan Petani
Amal Alghozali, lelaki kelahiran Madiun, Jawa Timur, sejak kecil bercita-cita menjadi tokoh politik. Memuluskan harapannya, selepas SMA ia melanjutkan kuliah di Universitas Muhammadiyah Jakarta, Jurusan Ilmu Politik. Namun nasib berkata lain. Ia tak pernah menjadi politikus tetapi malah menjadi petani.
Selepas dari kuliah, Amal justru bekerja sebagai wartawan surat kabar, kemudian presenter televisi. Kariernya terus meningkat. Tak sedikit asin-manis dunia politik ia geluti. Namun nasib berkata lain, Amal harus menerima nasib pahit, kalah atas cita-citanya menjadi politikus.
Amal pun banting setir masuk ke dunia baru sebagai petani. Tahun 2001, ia memulai menjadi produsen pupuk cair. Ia menjadi Direktur di PT SMS Indoputra hingga sekarang.
Amal kini tak hanya jadi petani, tetapi juga motivator para petani urban. Ia memulai dari tanaman kota yang mudah panen dan banyak dikonsumsi. Ia sibuk membuat kelas budidaya tanaman organik.
Para petani urban kota di berbagai wilayah ini tak hanya dididik dalam budidaya tanaman hortikultura. Mereka juga diajarkan manajemen pertanian dan pangan dari hulu hingga hilir di lokasi pertanian organik di kawasan Cimanggis, Bogor, Jawa Barat.
Namun ia juga mengingatkan kepada peserta budidaya agar jangan hanya membayangkan soal keuntungan, tetapi juga harus siap dengan risiko kemungkinan gagal panen karena cuaca atau hama. Ia yakin, sektor pertanian menjanjikan kemapanan dan kemakmuran, sepanjang mau telaten dan siap terlibat langsung di ladang.
Jika gagasan ini bisa menjadi ide besar masyarakat, saya yakin kita tak perlu impor. Kita bisa merdeka soal pangan
Tidak bisa menjadi petani titipan alias sekadar menanam modal. Butuh semangat, kerja keras, dan mengerti betul untuk apa ia masuk ke sektor tersebut. "Jika gagasan ini bisa menjadi ide besar masyarakat, saya yakin kita tak perlu impor. Kita bisa merdeka soal pangan. Kita bisa tekan inflasi cabai, bawang merah, putih, mapun produk sayuran lainnya. Ini kemakmuran baru jika rakyat sadar akan peluang itu," tegas Amal.
Bangun komunitas
Memuluskan upayanya, Amal giat membangun komunitas petani urban dari berbagai profesi. Secara rutin ia memberikan pelatihan praktik teknik budidaya dan manajemen bisnis. Mereka belajar dan dilatih budidaya hortikultara, jenis komoditas pertanian cepat panen, seperti cabai, terong, kangkung, serta budidaya ikan air tawar seperti lele, nila, dan patin.
Setelah hampir 18 tahun fokus bekerja di bidang pertanian dan setiap hari berinteraksi dengan semua stake holder bidang pertanian, Amal mendirikan Maksiplus Utama Indonesia bersama dua orang sahabatnya, Salies Aprilianto dan Tegoeh Sudarmanto. Keduanya adalah sarjana elektro dari Institut Teknologi Surabaya (ITS) dan Universitas Brawijaya. Salies dan Tegoeh anak petani dari Bojonegoro, Jawa Timur.
Maksiplus merupakan perusahaan sociopreneurship yang fokus pada bidang pertanian, peternakan, perikanan dan bidang pangan. Program ini gerakan untuk menolong Indonesia bersama petani lepas dari ketergantungan pangan impor.
"Saya fokus dan memilih sektor ini, karena bidang pertanian dan pangan inilah yang masih bisa melibatkan jutaan rakyat Indonesia. Rakyat kecil punya kesempatan bisa memiliki bisnis di bidang pertanian, perikanan dan pangan, meskipun dengan skala kecil," kaya Amal.
Ia fokus ke wilayah hortikultura karena tidak mungkin semua rakyat diajak masuk ke bisnis kehutanan, tambang atau usaha lainnya. Bidang itu sudah habis diambil investor besar, baik asing, BUMN, maupun swasta. Supaya petani kuat dibangun jejaring petani urban dari berbagai kota di Indonesia. Intinya mereka harus bersatu dengan prinsip: learn do teach. Pelajari dengan saksama, kerjakan dengan sungguh-sungguh sampai ahli, kemudian tularkan kepada yang lain.
Untuk mendukung prinsip itu, Amal bersama timnya menyediakan fasilitas berbagai kelas dan lokasi praktik lapangan di berbagai kota. Di kota-kota tersebut, selain budidaya hortikultura juga terdapat berbagai pelatihan seperti peternakan bebek, ayam, dan ikan.
Menurut Amal, meskipun bidang pertanian dan pangan melibatkan jutaan rakyat kecil, bisa saja mereka akan tersisih jika mereka tidak dilatih. Masalahnya mengurus petani kecil bukan hal mudah. Sebab mereka pada unumnya berpendidikan rendah, kemampuan menembus akses pasar maupun modal sangat terbatas.
Mereka harus berjaringan dan harus mau berkumpul secara berkala untuk belajar
"Pilihannya agar menjadi kuat dan tak dikendalikan tengkulak mereka harus berkelompok dan pasar. Mereka harus berjaringan dan harus mau berkumpul secara berkala untuk belajar. Bukan hanya belajar teknik budidaya atau produksi yang efisien dan hasil panen optimal, tetapi juga harus belajar berorganisasi, belajar manajemen dan belajar pemasaran," katanya.
Dua tahun berjalan, mereka kini tak hanya dari kelompok petani hortikultura tetapi juga petani tambak dan peternak. Dengan berjaringan ini mereka mampu memangkas rantai distribusi hasil panen. Dengan berjaringan, peternak ikan patin, lele, bandeng anggota binaannya sudah bisa mengekspor.
Bahkan khusus jenis patin, anggotanya mendapatkan kontrak ekspor ikan patin sebanyak 800 ton per bulan ke pasar India dan Timur Tengah. Dengan berjaringan ini pula para petani anggota membentuk MaxiFarm, yakni sekolah pertanian lapangan.
Saat ini ia sudah merampungkan desain dan studi kelayakan untuk lahirnya outlet atau toko yang menjual hasil-hasil pertanian segar dari kebun anggota. Outlet ini berfungsi memangkas rantai distribusi hasil panen dari petani ke meja makan konsumen. Rantai distribusi ini bisa mencapai 6-7 titik, sehingga harga produk menjadi mahal. Sementara pendapatan petani tidak naik secara signifikan.
Dengan keberadaan outlet tersebut, petani dapat langsung menjual hasil budidaya mereka. Selama ini petani selalu kalah di pasar karena mereka bekerja sendiri.
Amal Alghozali
Lahir : Madiun, 14 Juli 1966
Pendidikan : Jurusan Ilmu Politik, Fisip Univ Muhammadiyah Jakarta
Isteri: Dr H Ida Sofiati Indriani
Anak: Fachrul Iman Alghozali, Akbar Alghosali, dan Fitra Malida Alghozali.
Pekerjaan:
- Reporter Koran Kedaulatan Rakyat Yogyakarta 1989-1992.
- Reporter dan presenter Televisi Pendidikan Indonesia, 1992-1996
- Pemimpin Redaksi Pemimpin Umum Majalah SUFI, 1999-2004.
- Direktur pabrik biofertilizer PT SMS Indoputra (Produsen pupuk biologi 2001-sekarang)
- Komisaris Utama PT Smart Telco
- Komisaris Utama PT Maksiplus Utama Indonesia (Socio entrepreneurship bidang pertanian dan pangan)
Organisasi:
- Ikatan alumni Pesantren Jamsaren Solo
- Ketua Dewan Pengawas Pondok Pesantren Sabilil Muttaqien se Indonesia.
- Bendahara Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (2010-2016)
- Ketua Umum Persaudaraan Masyarakat Tani Indonesia (Permata), 2007-2010