Puisi-puisi Mohammad Isa Gautama
Mohammad Isa Gautama, kelahiran 1976 di Padang. Mengajar di Universitas Negeri Padang. Menulis tiga buku kumpulan puisi dan terlibat dalam belasan antologi bersama. ”Emerging writer” pada UWRF (2017) dan BWCF (2018).
Pagi Basah Menjemput
pagi berembun menjaring kornea
kala percakapan setengah usai
angin memerah muda
tahun-tahun menggumpal
bebal di sanding kemeja
pagi yang kau menumpang di lekukan paling licinnya
terbata melukis lesung pipi pacar
menimbang rasa sayang di memar debar
tak terengkuh bagai layangan
pagi yang tak henti menggigilkan rindu
berlayar menggayut bahu perayu
masih kau susun ajakan bercengkerama
di meja kantin yang tiba-tiba memudar
setelah badai menghapus jejak senda
pagi yang merambat saat kau usir jadwal ajal
adalah hari kala kau melusuh di kisah banal
kau gugup merangkai kalimat selamat tinggal
pada kekasih terjagal
terpahat di udara gasal
pagi yang menukik curam di masa penuh maya
melintas memanah mega hitam kesiangan
adalah lukisan yang kau aduk warnanya
sampai puing hujan runtuh
menghunjam jurang yang dulu kau sangka
nirwana pembelenggu
duka lara
2022
Baca juga: Puisi-puisi Vito Prasetyo
Hujan Lelah Membakar
disebabkan sayang angin pada hujan, telah dilenakannya kemarau
pagi itu dengan wajah lindap, tersapu cuaca sore
lapis luka dikupas untuk hidangan malam
demi episode perkasihan yang diharapkan panjang
agar di stasiun berikutnya orang dapat merekam
betapa dingin api kala tidur dalam badai karam
disebabkan ingin dikenang sebagai ksatria penawar dahaga
dibukanya hati demi burung-burung pengembara
kadang ia lupa, perempuan bukan tercipta dari mahkota berwarna
ia pun bosan mengisahkan kekusutan benang yang terpilin di ruang hampa
ia hanya ingin di sisa perjalanan
ada kafe tempat bercinta dengan nanah tak berjelaga
agar di balik bukit penuh telaga jingga
masih ada bahan lukisan
untuk rasa kasmaran tak sempurna
disebabkan hujan tak henti membilas kantong mata
menjalar membakar halte pertemuan lama
tempat orang-orang pura-pura saling jatuh cinta dan setia
ia pikul sendiri kejadian demi kerusuhan yang harus selalu ada
karena di perhentian berikutnya hujan telah mulai malu
membakar segala duga prasangka
agar dalam selubung gerimis masih tersisa ranjang
tempat lelap isak dan cinta
yang kerap tak sempat terkirim
di pagi kusam tanpa doa
2022
Baca juga: Puisi-puisi Alexander Robert Nainggolan
Pada Sepatu Lusuh
pada sepatu yang ke mana-mana menyimak kerling mata
meneropong liang perjalanan penuh onak dan marka
berjanjilah untuk sigap menukar cuaca
di tikungan ranting pohonan yang kadang alpa
membekalimu dengan peta tak berskala
pada becek lumpur yang hinggap dan tersungkur
di rusuk sepatu penuh tato lelaki kasmaran
bernyanyilah di pinggang hari agar jarum menusuk
tak terlalu pahit mengobarkan empedu kepedihan
karena kabar kabur akan terkubur seirama luruh daun
di musim gugur suatu negeri pernah kau lamun
tempat jurang lembah mengistirahatkan ombak
dan secercah aroma dupa bertamu di pundak
kala kekasih lama masih setia
menghuni ruang sempit dada
pada sepatu yang tak pernah mengaku
pernah mencintai sepasang sandal kumal
balurkanlah sisa lipstik kekasih pada potret yang kau cuci
setiap pagi di akhir tahun
kala kau masih berencana membajak tanah
untuk semusim panen tak pernah singgah
2022
Baca juga: Puisi-puisi Ratna Ayu Budhiarti
Menunggu Kereta Malam
di jurang kelam, derit rel menajam
menunggu nyawa langsir di samudra lengang
berharap senyum menyeruak di gerigi jendela
bergegas menghambur engsel kaki menua
tapi yang lewat hanya angin
menampar kerisik dahan
kau bujuk harap selaksa mengantri sup panas
setelah musim dingin memanggang rindu rasan
jadi seserpih coretan dalam diari usang
malam tersesat membujur almanak
secarik karcis melayang di lorong anyir
merasuk kelok tergarang dalam hidup lusuh
kau bayangkan seseorang membujuk hati terpiuh
duduk menanti paras lelah tersesat di stasiun kenangan
lupa Malaikat mencatat lelikuan serapah
dengan lengan karbitan
jam memekik sealun melodi, pagi terburu menepi
seseorang merasa dirinya tetaplah pacar yang baik
menghuni sebaris kursi lindap sedari pagi
cemas sungging kelabu tertambat di balik syal
seseorang tergesa menulis puisi
genting asmara menghambur
seekor kucing masih mendengkur
kala kereta berlumur brownies hancur
dimamah lilin kekasih durjana
setia membakar api purba
di pelupuk percintaan berkelindan debar prasangka
2023
Baca juga: Puisi-puisi Handry TM
Danau Liar Matamu
percayalah, kuselami tak henti
arus tersibuk kecipak matamu
di pusatnya danau semerbak bersemi
menghantam dukaku
akuilah, kau songsong dahaga setengah mati
kala kulayarkan diri di danau tak berpenghuni
mampus berbuih racun abadi
menempel di bibir sempit pasi
lalu matahari terbit
di ufuk danau matamu
melumuri bumi bertabur kisah
mencampakkan riwayat lalu
lalu aku berjalan dengan kaki yang tak akan lama
membujuk merpati mengirim cahaya
di perahu berlayar buih pupilmu
diserbu permata bermanik dan gerombolan angsa
percayalah, kutanak seluruh puisi
biar mendidih di palung terdalam mata kita
airnya maha bening
mengalir di dinding riwayatku
tak henti meriap
setiap kau dilahirkan dulu
2023