Puisi-puisi Warih Wisatsana
Warih Wisatsana, menetap di Bali. Kumpulan pertamanya berjudul ”Ikan Terbang Tak Berkawan” (Penerbit Buku Kompas 2003). Ia meraih Taraju Award, Borobudur Award, dan Bung Hatta Award.
Baju Kaki Lima
Sedini pagi riangmu
baju baju menunggu
tubuh terkasih merindu
Datang, datanglah
temukan warna-warni peruntunganmu
hijau, ungu, atau kelabu
bahkan merah dadu
Terhampar selapang pandang, begitu cemerlang
di sini di tengah lalu lalang orang
yang berduyun berdesakan
Seakan paham ditakdirkan untuk siapa
baju demi baju berdiam diri
sabar menunggu dalam timbunan waktu
kadang berminggu atau berbulan
bahkan mungkin bertahun
Ribuan kilometer berlayar lintas benua dan lautan
berpisah dari badan ke badan
berpindah dari tangan ke tangan seturut suratan
tiba akhirnya di sini bersama kisah lama tersembunyi
Blus beludru menggoda mata, siapa duga pemiliknya
ibu jelita yang terbujuk rayu lelaki muda
begitu saja meninggalkan balitanya
Seolah sungguh luapan kasih ini
karunia sorgawi tak terperi
Siapa pula mengira bahwa topi pudar kelabu
sempat dulu dikenakan bintang sohor itu
sepilihan adegan hukuman mati di Praha
kisah nyata mata-mata perang dunia kedua
diselamatkan ibu musuhnya yang terbawa iba
Atau dasi kupu-kupu lucu
Jas biru pengantar makanan
samaran sempurna pembunuh bayaran
mengetuk pintu dini hari
si malang pun luput menyadari
Namun bila kau ragu, cemas terhanyut naas pemilik dulu
pilih saja scarf sutra hijau berhias bunga sakura
cicak mungil berkedip jenaka
Siapa tahu itu turut mengekalkan
sekecup lembut kenangan tak terlupa
Setidaknya mengingatkan sukacita masa kanak
kau jadi ibu dan ia jadi bapak
berpeluk boneka di pangkuan
bersembunyi seharian
di pondok kecil mainan
penghujung kebun belakang
Demikian baju-baju menunggu, menunggu siapa saja
dengan bujukan peruntungan juga segala mungkin kesialan
berlembar dolar terlupa di selipan saku
atau percik darah di gaun tak terhapus ingatan bertahun
Di sini di tengah lalu lalang orang
baju demi baju tabah menunggu
tubuh terkasih yang merindu
Datang, ya, datanglah
2020
Baca juga: Puisi-puisi Inggit Putria Marga
Sangkan Paran
-Hariadi Saptono-
Setiap kali menuju gunung tinggi
terbayang selalu riangmu mendaki
tapak demi tapak mencapai puncak
Suatu ketika kau berulang berkata
ayo ke tanah tua Papua atau Sumba
siapa tahu senyap gelap tersingkap
demikian pula mula segala terbuka
Demikian kau temui sepanjang jalan
pohonan rindang atau padang lapang
hari ke hari dirundung sebab dan jawab
mengapa begitu berliku ngarai diri ini
Berulang kali mengalami
tak kunjung memahami
sungguhkah selubung jubah indah
tak sepenuh seluruh berlimpah kasih
maka kepada leluhur yang mendahului
sapa doamu membumbung hening
Memohon perkenan dan restu
kiranya memahami diamnya batu
muasal asal segenap yang kekal
2023
Baca juga: Puisi-puisi Sutardji Calzoum Bachri
Puisi Bahagia
Tulislah sebuah puisi yang bahagia
siapa saja ketika membacanya
seketika sukacita tak terlupa
Seorang ibu terharu
ucapan ulang tahun dari si bungsu
tiba saat senja dari seberang benua
dibaca dengan linang mata berkaca
doa syukur panjang umur senantiasa
Atau tingkah kucing mungil yang lucu
setiap petang menunggu kedatanganmu
matanya berkedip iba mengharap sapa
mencuri perhatian menggigit tali sepatu
Bening pandangnya mengingatkan kita
pada rona pipi bayi menyapa dunia
ketika tangis pertamanya bergema
siapa saja yang mendengarnya
tersenyum bahagia penuh doa
bahkan malaikat maut pun
tak kuasa menahan suka
Tulislah dua bocah girang berlarian di bawah hujan
mengejar topi yang melayang diterbangkan angin
derai tawa mengiringi terjun ke sungai bersama
Kisahkan pula foto keluarga terselip pada album lama
ayah masih muda ibu sungguh jelita berbagi kerling mata
kakek mengenakan topi serdadu terlihat lugu dan haru
Juga selalu pita rambut dan baju bibi tak serasi
tapi tatap mata dan senyumnya tulus sekali
Lalu seumpama kertas putih ini angkasa
bayangkan anak-anak muda negeri ini
adalah kawanan burung bebas merdeka
biarkan terbang sukacita lintas bangsa
Tulislah tepi jagat raya yang entah di mana
tapi jangan abaikan semut-semut jenaka
siang malam tekun membangun sarangnya