10. Balon
Semua murid tertegun. Kelas yang sepi terisi suara Sandra. Ibu Guru Tati yang sedang duduk di meja mengangkat kepalanya. Ia berdiri.
”Siapa yang nyanyi?”
Sandra terhenti nyanyinya. Tersadar. Menutupi mulut dengan tangannya.
Ibu Guru Tati melangkah maju.
”Sandra, kamu mau menyanyi atau menulis?”
”Menulis, Bu Guru.”
Ibu Guru Tati sudah berada di depannya.
”Kalau begitu diam. Kalau tidak, kamu menulis di luar nanti.”
Sandra pun tertegun.
”Ya, Bu.”
Kelas kembali sunyi. Tinggal suara sepatu Ibu Guru Tati, melangkah menyusuri kelas.
Sandra belum menulis apa-apa.
”Sssttt!”
Sandra menoleh. Seorang murid menjulurkan lidah. Sandra membalasnya. Murid lain melempar bola kertas. Sandra menghindar. Kena murid lain, yang kemudian balas melempar. Berlangsung lempar-melempar tanpa suara.
Ibu Guru Tati tiba-tiba berbalik menghadap kelas.
Semuanya langsung pura-pura serius.
Ibu Guru Tati melangkah lagi, dan adegan saling menjulurkan lidah itu berulang di belakang punggungnya, sampai seluruh kelas menjulurkan lidah.
Sandra tertawa. Ibu Guru Tati menoleh. Sandra kepergok. Wajahnya yang riang mendadak ketakutan.
”Kenapa tertawa, Sandra? Ada yang lucu?”
Baca juga: Marti & Sandra (Bagian 7)
***
”Kenapa tertawa, Sandra? Ada yang lucu?”
Marti berkacak pinggang, sehabis dari bepergian.
Wajah Sandra ketakutan.
”Apa yang lucu? Darimana kamu dapat balon itu?”
Sandra memperlihatkan balonnya. Tampak jelas itu berasal dari kondom. Ia mengangkat balon itu dengan wajah takut dan menimbulkan iba. Balon itu bukan hanya satu. Rumah itu nyaris penuh dengan balon kondom, ada yang melayang-layang.
Marti mendekati Sandra.
”Darimana semua ini?”
Sandra menoleh ke suatu sudut. Seseorang merentangkan tangan selebar-lebarnya.
”Marti! Aku datang!”
Marti kaget dan senang. Ia menjerit histeris.
”Aaaahhh! Rongguuurrr!”
Marti berlari menubruk Ronggur. Mereka berpelukan dengan ketat. Mereka berciuman dengan hangat, sambil terus bicara di sela-selanya.
”Mwwwhh. Mwwhh. Mwwhh. Ke mana saja kamu selama ini? Sudah bertahun-tahun aku menunggu.”
”Mwwwhh. Mwwhh. Mwwhh. Aku kan sudah bilang, aku pergi jauh.”
”Sejauh apa? Untuk apa?”
”Sejauh cakrawala. Tak penting untuk apa.”
Ronggur mengangkat tubuh Marti. Dalam gendongan Ronggur, kaki Marti menendang pintu. Blam!
Sandra masih bengong sambil memegang balon kondom itu.
Ronggur mengangkat tubuh Marti. Dalam gendongan Ronggur, kaki Marti menendang pintu.
***
Ibu Guru Tati mendekat. Kedua tangannya saling memegang di belakang. Ia membungkuk di depan Sandra.
”Kamu tertawa sendiri. Apa yang lucu Sandra?”
Sandra menjawab dengan wajah tak bersalah.
”Kondom.”
Ibu Guru Tati terhenyak. Murid-murid lain bengong.