logo Kompas.id
SastraAnak Bajang Mengayun Bulan...
Iklan

Anak Bajang Mengayun Bulan (Bagian 142)

Sumantri tidak lagi melihat Rahwana sebagai raksasa seram yang akan membunuhnya, tapi sebagai maut yang mengajaknya pulang ke Jatisrana. Ia merasa maut itu adalah suara lemah yang memanggilnya di senja bunga-bunga.

Oleh
Sindhunata
· 5 menit baca
-
Susilo Budi

-

Sumantri terkejut dan dalam sekejap ia diliputi rasa takut. Sekarang ia benar-benar berhadapan dengan maut. Ia melihat, wajah maut itu sungguh mengerikan. Matanya melotot keluar, merah, menyala dengan sorot-sorot amarah. Rambutnya mengurai panjang, menghelai dengan lidi-lidi tajam. Giginya meruncing laksana batu-batu karang di lautan. Taringnya menjulur serupa sebilah pedang panjang. Tangannya yang banyak bergerak-gerak siap menerkam. Sumantri sungguh berhadapan dengan wajah yang seram dan menakutkan. Berhadapan dengan maut yang demikian seram, tak mungkin ia menghindar. Ke mana pun ia lari, maut itu pasti bisa menangkap dan menerkamnya. Tapi ia segera sadar, jika maut sudah menjemput, tak ada gunanya lagi ia menghindar. Ia tinggal menyerahkan diri saja, terserah ke mana maut hendak membawanya. Ia tahu, maut pasti menghantarkan dia untuk mati. Namun tidakkah tadi ia sudah sadar diri, ia tak membedakan lagi antara hidup dan mati. Siapa tahu, dengan mati, maut hanya hendak membawa dia pergi untuk dilahirkan kembali?

Ikuti Cerita Bersambung di Rubrik Sastra:

Editor:
MOHAMMAD HILMI FAIQ
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000