Xabi Alonso dan Bayer Leverkusen di Ambang Juara Liga Jerman
Di tangan pelatih muda Xabi Alonso, Bayer 04 Leverkusen akan mencacatkan sejumlah rekor fenomenal musim ini.
Pamor Bundesliga alias Liga Jerman mungkin tak sekuat Liga Inggris, Liga Italia, maupun Spanyol. Akan tetapi, musim ini Bayer Leverkusen menjadi magnet yang menarik perhatian pecinta bola di seluruh dunia. Bersama pelatih anyar mereka, Xabi Alonso, Leverkusen bertengger di puncak klasemen sementara Bundesliga.
Pada pekan ke-28, poin Leverkusen sudah menyentuh 76. Angka tersebut berjarak 16 poin dari posisi klasemen kedua yang ditempati Bayern Munchen dengan poin 60. Dari sisa 6 pertandingan lagi, Leverkusen tampak sulit dikejar oleh Munchen mengingat tim asuhan Xabi Alonso ini belum pernah kalah musim ini.
Baca juga : Bayern Dilibas Dortmund, Thomas Tuchel: Selamat Leverkusen
Rekor
Dari 28 pertandingan, Leverkusen hanya empat kali seri. Sisanya, 24 pertandingan berakhir dengan kemenangan. Dengan kata lain, hingga pertandingan ke-28 Bundesliga, Leverkusen berhasil mencapai 90,4 persen kemungkinan mendapatkan poin sempurna musim ini.
Jika dibandingkan dengan pemuncak klasemen liga elite Eropa lainnya, Leverkusen mencatatkan performa paling tinggi. Liga Inggris, Liga Italia dan Liga Spanyol masing-masing telah bergulir hingga pekan ke-30.
Probabilitas Liverpol mendulang poin penuh sebesar 77,8 persen di Liga Inggris. Sementara Inter Milan memiliki catatan 87,8 persen probabilitas mendulang poin penuh di Serie A.
Berikutnya, Real Madrid memiliki catatan 83,3 persen mampu mendulang poin sempurna musim ini di La Liga. Artinya, dibandingkan dengan pemuncak lain, Bayen Leverkusen berhasil mengantongi probabilitas poin paling tinggi.
Apabila Leverkusen berhasil mempertahankan probabilitas untuk mendapatkan poin di angka 90,4 persen hingga akhir musim, maka Granit Xhaka dan kawan-kawan diprediksi akan menuntaskan musim ini dengan mengantongi 92 poin.
Jika Leverkusen berhasil mencapai poin tersebut, mereka akan mengalahkan rekor raihan poin tertinggi juara Bundesliga yang saat ini dipegang oleh Bayern Munchen. Pada musim 2011/2012, sebagai juara, Munchen mengantongi 91 poin di akhir akhir musim.
Yang menakjubkan, tim asuhan Xabi Alonso ini mencatakan 41 pertandingan tidak terkalahkan di seluruh kompetisi yang diikuti. Musim ini Die Werkself, julukan Leverkusen, tampil di tiga kompetisi profesional yakni Bundesliga, DFB Cup, dan Liga Eropa.
Dalam sepakbola modern abad ke-21, mengutip laman eufa.com, dalam semusim kompetisi, Dinamo Zagreb memiliki catatan terbaik dengan 45 pertandingan tanpa kalah di semua kompetisi musim 2014/2015. Catatan ini diikuti oleh Juventus dengan 43 pertandingan tanpa kalah di musim 2011/2012.
Sementara itu, Real Madrid mencatatakan 40 pertandingan tanpa kekalahan di seluruh kompetisi pada musim 2016/2017. Dengan demikian, minimal Bayer 04 telah melampaui catatan Real Madrid. Bahkan masih mungkin bisa bertambah melampaui catatan Zagreb sekalipun.
Baca juga : “Kiamat Kecil” Bayern Muenchen dan Ironi Kane
Dramatis
Keberhasilan Die Werkself mengemas rekor 41 pertandingan tanpa kalah sejauh ini di seluruh kompetisi tidak dilalui dengan mulus-mulus saja. Terdapat sejumlah pertandingan dramatis yang musti dilewati. Untuk menjaga rekor tersebut, bahkan Leverkusen beberapa kali harus berjibaku hingga menit akhir.
Dalam pertandingan babak 16 besar Liga Eropa misalnya, Leverkusen hampir saja kalah dari Qarabag pada leg kedua. Dalam pertandingan yang digelar di stadion Tofiq Bahramof tersebut, skor 2-1 untuk Qarabag bertahan hingga penghujung laga. Beruntunglah Patrick Schick membobol gawang Qarabag pada menit 90+2’ sehingga skor berakhir dengan kedudukan 2-2.
Tak kalah menegangkan, pertandingan terbaru melawan Hoffenheim pada pekan ke-27 selayaknya membuat jantungan pendukung Werkself. Memasuki menit ke-80, skor 1-0 berpihak untuk Hoffenheim setelah Maximilian Beier mencetak gol di menit 33’.
Seakan keajaiban tiba-tiba terjadi setelah Robert Andrich mencetak gol bagi Leverkusen pada menit ke-88. Tak hanya menghindar dari kekalahan, Leverkusen bahkan berbalik menang (comeback) dengan gol Patrik Shick pada menit 90+1’.
Dalam tiga kompetisi yang masih diikuti oleh tim asuhan Xabi Alonso ini musim ada potensi untuk menyabet semua juara alias merengkuh treble winner. Di Bundesliga, satu kemenangan lagi atau sekitar 3 poin lagi di tangan akan mengunci gelar juara mereka.
Gelar juara Bundesliga musim ini akan menjadi istimewa. Pasalnya, gelar ini nantinya akan menjadi gelar pertama Leverkusen sepanjang sejarah. Catatan terbaik Levekusen dalam kurun 10 tahun terakhir adalah berada di peringkat ketiga pada musim 2015/2016 dan 2021/2022.
Selain itu, Leverkusen akan menatap laga final DFB Pokal melawan Kaiserlautern pada 26 Mei 2024 nanti. Gelar ini akan menjadi gelar DFB Cup kedua mereka setelah terakhir mengangkatnya musim 1992/1993.
Selanjutnya, meski dengan jalan yang masih terjal, Bayer Leverkusen berpotensi menyabet juara Liga Eropa. Saat ini Leverkusen berada di fase perempat final dengan West Ham yang sudah menanti sebagai lawan.
Tiga piala yang berpotensi dibawa pulang oleh Leverkusen musim ini akan menambah koleksi piala mereka yang sejauh ini baru terisi dua, yakni juara DFB Cup 1992/1993 dan juara UEFA Cup 1987/1988.
Baca juga : Dominasi Bayern Muenchen di Ujung Tanduk
Faktor Alonso dan etos kerja pemain
Meskipun berpotensi sebagai pelatih terbaik musim ini, Xabi Alonso datang ke Bayer Leverkusen tidak sebagai pelatih yang matang. Bahkan, dapat dikatakan sebagai pelatih muda pemula.
Karier kepelatihan profesionalnya dimulai bulan Agustus 2018 ketika menangani tim Real Madrid junior. Berikutnya, Alonso menjadi pelatih kepala Real Sociedad B dari Juli 2019 hingga Juni 2022. Barulah pada 5 Oktober 2022, Xabi Alonso mulai didapuk sebagai pelatih Bayer Leverkusen.
Di Leverkusen Alonso dapat dikatakan tidak mendapatkan pemain mewah. Namun, pada musim 2023/2024 sejumlah pemain moncer sebagai kunci. Nama-nama tersebut di antaranya Victor Boniface yang sejauh ini mencetak 10 gol dan 8 umpan gol. Selain itu, ada gelandang kanan Jeremie Frimpong yang menyumbang 8 gol dan 8 umpan gol.
Di sisi belakang, ada bek kiri Alex Grimaldo yang tampil impresif dalam bertahan. Ada pula Jonas Hofman yang sebelumnya bermain untuk Monchengladbach. Hofman yang kini berusia 31 tahun tampak menemukan karier terbaiknya bersama Leverkusen.
Tak ketinggalan, layak disebut Jonathan Tah sebagai jenderal di barisan belakang serta Granit Xhaka yang menjadi pengatur bola sejak di lapangan tengah.
Meratanya kontribusi tiap pemain di tiap lini menunjukkan bahwa faktor Alonso dipadukan dengan etos kerja tinggi pemain menjadi kunci utama Leverkusen belum terkalahkan musim ini. Keberhasilan juara Bundesliga nantinya juga akan membuktikan bahwa kualitas individu pemain serta modal yang lebih tinggi tak menjamin juara.
Leverkusen akan mencatatkan sejarah bagi dirinya sendiri musim ini sekaligus menghentikan catatan sejarah Bayer Munchen. FC Hollywod, yang baru saja mendatangkan Harry Kane, telah 11 kali berturut-turut merajai Bundesliga sejak musim 2011/2012. Sejarah tersebut sangat mungkin dihentikan oleh calon juara baru Bundesliga, Leverkusen. (LITBANG KOMPAS).
Baca juga : Komitmen Xabi Alonso dan Jaminan Trofi Bayer Leverkusen