Urgensi Menambah Daya Angkut Transportasi Umum di Masa Mudik Lebaran
Kapasitas angkut transportasi umum yang tersedia untuk mudik tahun ini belum mampu menampung tingginya animo masyarakat.
Pemerintah memprediksi mayoritas pemudik memilih angkutan umum sebagai moda transportasi utama dalam melakukan perjalanan Lebaran tahun ini. Hanya saja, kapasitas angkut transportasi umum yang tersedia saat ini masih belum mampu menampung tingginya animo masyarakat itu.
Menjelang hari raya Idul Fitri 1445 Hijriah, pemerintah sudah menyiapkan segala macam keperluan untuk mendukung kelancaran pergerakan masyarakat Indonesia terbesar, yakni mudik Lebaran. Tradisi pulang ke kampung halaman ini mendorong jutaan warga Indonesia untuk bepergian dalam satu jendela waktu yang sama.
Mudik Lebaran 2024 bisa jadi akan mengambil tempat istimewa dalam sejarah ”permudikan” Indonesia. Menurut survei Badan Kebijakan Transportasi Kementerian Perhubungan (BKT Kemenhub), diperkirakan 71,7 persen atau 193,6 juta masyarakat Indonesia akan pergi mudik pada Lebaran 2024. Jumlah ini merupakan yang tertinggi sepanjang masa republik ini berdiri (Kompas.id, 18/3/2024).
Masifnya estimasi pergerakan masyarakat tersebut menjadi suatu kabar yang menggembirakan. Minat masyarakat yang begitu besar untuk bepergian dapat berdampak pada tingginya perputaran uang ke banyak daerah. Pada Lebaran 2023, pemerintah memprediksi perputaran ekonomi pada masa libur Lebaran mencapai Rp 240,1 triliun. Adapun pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan II-2023, yang beririsan dengan momen Lebaran, mencapai 5,17 persen (yoy) atau lebih tinggi 0,14 persen dari triwulan sebelumnya.
Jadi, pada momen Lebaran tahun ini pun tingginya perputaran uang kemungkinan akan kembali terulang seperti tahun-tahun sebelumnya. Bahkan, ada kemungkinan nominal uang yang berputar akan lebih besar lagi seiring dengan perjalanan masyarakat yang semakin tinggi.
Namun, ibarat pedang bermata dua, aliran pergerakan ratusan juta orang dalam kurun waktu yang sempit tentu memerlukan upaya organisasional yang matang dan sistematis dari pemerintah. Pasalnya, mudik bisa berubah menjadi bencana ketika ribuan orang terjebak dalam kemacetan panjang atau berdesak-desakan di dalam terminal atau stasiun.
Baca juga: Lebaran 2024 Diperkirakan Mobilisasi 194 Juta Orang
Salah satu yang masih teringat jelas adalah tragedi Brexit atau Brebes Exit, yakni kemacetan parah di sekitar Gerbang Tol Brebes Timur pada Lebaran 2016. Kemacetan tersebut begitu parah hingga memakan korban jiwa sejumlah pemudik akibat kelelahan dan penyakit (Kompas, 9/7/2016). Selain itu, mudik Lebaran 1996 turut menjadi pengingat bahwa kelalaian pemerintah menyiapkan jumlah armada angkutan umum yang memadai dapat menyebabkan puluhan ribu pemudik terantar di pelabuhan, terminal, dan stasiun kereta api (Kompas, 19/2/1996).
Kemungkinan besar peristiwa tersebut tidak akan terulang lagi pada Lebaran saat ini seiring dengan semakin baiknya dukungan sarana dan prasarana infrastruktur transportasi. Meskipun demikian, potensi membeludaknya jumlah pemudik pada tahun ini harus tetap diantisipasi sebaik mungkin, terutama di bidang transportasi publik. Hal ini disebabkan masyarakat tampak mulai beralih mengutamakan kendaraan umum daripada kendaraan pribadi sebagai sarana mudik.
Pergeseran preferensi moda transportasi itu terlihat dari perbandingan hasil survei potensi mudik BKT Kemenhub antara tahun 2023 dan 2024. Pada 2023, sebesar 50,24 persen atau separuh lebih sedikit masyarakat masih memilih kendaraan pribadi untuk mudik. Sebaliknya, pada 2024, sebanyak 59,6 persen atau mayoritas masyarakat akan menggunakan transportasi umum dalam bermudik. Peralihan dari kendaraan pribadi ke angkutan umum ini menjadi tanda bahwa masyarakat semakin memercayai layanan transportasi umum yang ada di Indonesia.
Defisit kapasitas angkut
Hanya saja, animo masyarakat yang begitu tinggi untuk menggunakan transportasi umum dalam mudik Lebaran 2024 sepertinya akan menemui sejumlah tantangan berat, terutama dalam hal kapasitas angkut. Indikasinya terlihat dari perbandingan antara potensi permintaan dari hasil survei BKT Kemenhub dan realisasi kapasitas angkut penumpang berdasarkan data Sistem Informasi Angkutan dan Sarana Transportasi Indonesia (SIASAT) dari Kemenhub pada periode Lebaran 2023.
Kapasitas angkut lima moda transportasi umum (kereta api, bus, pesawat, kapal penyeberangan, dan kapal laut) pada Lebaran tahun lalu secara rata-rata hanya mencapai 62,5 persen dari potensi penumpang yang diperkirakan oleh survei BKT Kemenhub. Selisih terbesar ada di moda transportasi bus, yang hanya mampu mengangkut 15,7 persen dari 22,7 juta potensi penumpang. Satu-satunya moda yang bisa memenuhi ekspektasi jumlah pemudik adalah kapal laut, yakni mencapai 2,2 juta penumpang atau 30,9 persen lebih banyak dari prediksi.
Gambaran mengenai kendala kapasitas angkut itu paling jelas terlihat dari data terkait moda kereta api. Pada Lebaran 2023, PT KAI berhasil mengangkut 3.049.109 penumpang kereta api jarak jauh dari rentang H-8 sampai H+9 Idul Fitri. Artinya, terjadi kenaikan rata-rata jumlah penumpang harian sebesar 27,1 persen dari 126.250 orang pada 2022 menjadi 160.479 penumpang pada 2023.
Baca juga: Rekayasa Lalu Lintas Lebaran, 5-16 April 2024
Kenaikan tersebut menarik dicermati karena jumlah keberangkatan kereta per hari tidak bertambah signifikan. Pada 2023 secara rata-rata terdapat 2.399 keberangkatan kereta per hari di 425 stasiun yang dipantau. Pada Lebaran tahun ini jumlahnya bertambah 36 keberangkatan per hari dari tahun sebelumnya.
Peningkatan itu menandakan PT KAI terus berupaya seoptimal mungkin mengerahkan sumber daya yang dimiliki untuk menambah layanan perjalanan KA. Apalagi, tingkat okupansi atau keterisian penumpang kereta sudah sangat baik, yakni mencapai 99,5 persen dari 3.065.404 kursi kereta api jarak jauh yang tersedia selama masa libur Lebaran 2023.
Namun, apabila menilik hasil survei BKT Kemenhub 2023, diperkirakan ada sekitar 14,47 juta masyarakat Indonesia yang memilih kereta api sebagai sarana transportasi mudik mereka. Alhasil, meski dengan semua peningkatan layanan yang sudah dilakukan PT KAI, masih terdapat kurang lebih 11,42 juta potensi penumpang yang belum dapat dilayani oleh moda transportasi KA Indonesia pada masa mudik Lebaran 2023.
Dampak defisit kapasitas angkut
Kembali pada mudik Lebaran 2024, diperkirakan terdapat 39,32 juta penumpang yang akan menggunakan moda KA antarkota. Jumlah ini adalah yang tertinggi di antara lima moda angkutan umum. Namun, melalui pemaparan dalam jumpa pers Persiapan Angkutan Lebaran 2024 yang diselenggarakan Kemenhub pada 17 Maret 2024, PT KAI hanya mampu menyediakan kapasitas angkut sebanyak 3,31 juta kursi. Dengan demikian, akan terdapat sekitar 36,01 juta penumpang yang harus dilayani menggunakan moda transportasi lainnya.
Hanya saja, bus umum, sebagai transportasi massal yang paling dapat menjadi substitusi layanan KA jarak jauh antarkota, juga menghadapi kesulitan yang sama. Direktorat Jenderal Perhubungan Darat memaparkan akan menyiagakan 30.361 unit bus di 113 terminal untuk angkutan jalan Lebaran 2024. Bukannya bertambah, jumlah ini malah menyusut 47,4 persen dibandingkan dengan tahun lalu yang mencapai 57.693 unit bus.
Dengan jumlah unit sebanyak itu, pada masa mudik Lebaran tahun 2023 angkutan bus mampu mengangkut 3.570.070 penumpang atau 62 penumpang setiap bus. Apabila menggunakan perhitungan yang sama, daya angkut penumpang bus pada mudik Lebaran tahun ini akan berkurang menjadi 1.878.753 penumpang saja.
Alhasil, dengan pertimbangan jumlah potensi pemudik yang menggunakan bus adalah sebanyak 37,51 juta orang, maka bisa diprediksi akan terjadi defisit kapasitas angkut sebesar 35,63 juta penumpang. Jadi, total kekurangan daya angkut dari moda KA dan bus umum saja 71,64 juta orang.
Baca juga: Mengantisipasi Puncak Arus Mudik Lebaran 2024
Kekurangan daya tampung itu dapat berdampak pada beberapa hal. Mengingat hukum dasar ekonomi mengenai penawaran dan permintaan, maka salah satu yang langsung terasa adalah melambungnya harga tiket transportasi umum di masa mudik Lebaran.
Berdasarkan pantauan di sejumlah aplikasi agen perjalanan seperti Traveloka dan Tiket.com, harga tiket bus Jakarta-Solo pada 6 April 2024 atau puncak masa mudik berkisar Rp 475.000-Rp 1.000.000. Padahal, tiket di hari biasa (21 Maret 2024) hanya berkisar Rp 190.000-Rp 370.000. Ini berarti terjadi kenaikan hingga 1,7 kali lipat dari hari biasanya.
Selain itu, jika semua potensi penumpang yang tak tertampung tersebut diasumsikan beralih menggunakan kendaraan pribadi, maka akan terdapat 149,82 juta orang yang akan memenuhi jalanan dengan kendaraan pribadi. Andai perhitungan ini benar, maka kemungkinan akan terjadi kepadatan arus lalu lintas kendaraan di sejumlah ruas jalan. Bahkan, tidak menutup kemungkinan akan terjadi kemacetan di sejumlah simpul jalan di berbagai kota di Indonesia.
Kekecewaan masyarakat
Defisit kapasitas angkut tersebut sebenarnya menunjukkan satu sisi terang, yakni pemerintah telah berhasil mengajak masyarakat umum untuk menggunakan transportasi umum secara masif. Program-program terkait hal ini seperti mudik gratis dan diskon harga tiket dapat dikatakan telah mencapai tujuannya.
Namun, perlu diwaspadai, animo masyarakat yang tidak diiringi kemampuan pemerintah dalam menyediakan kapasitas angkut yang memadai dapat membangkitkan rasa kecewa. Minat masyarakat menggunakan angkutan umum pun dapat terkikis dan bisa jadi kembali mengutamakan kendaraan pribadi dalam bermudik di masa mendatang.
Menyiasati hal itu, opsi terbaik pemerintah sejatinya adalah berinvestasi pada penambahan armada transportasi publik. Dengan bertambahnya jumlah unit, maka secara otomatis menambah jumlah kursi bagi penumpang. Namun, mengingat waktu mudik Lebaran yang tinggal menghitung hari, cara ini sepertinya dapat diambil sebagai strategi jangka panjang.
Baca juga: Pergerakan Lebaran 2024 Tertuju ke Sumber Migrasi
Sebagai solusi strategi jangka pendek, pemerintah dan penyedia layanan angkutan umum didorong bersinergi untuk mengoptimalkan seluruh sumber daya yang dimiliki. Penggunaan aplikasi satu pintu MitraDarat dari Kemenhub adalah salah satu inovasi yang perlu diapresiasi. Dengan aplikasi tersebut, masyarakat dapat mengakses informasi seputar jaringan bus, jadwal keberangkatan, mudik gratis, dan sebagainya.
Hal tersebut tentu saja harus disertai dengan pengawasan kelaikan kendaraan serta pengamanan di simpul-simpul transportasi demi menjamin keselamatan penumpang. Penertiban calo-calo yang biasanya memenuhi terminal atau pelabuhan juga harus dilakukan supaya memberikan rasa aman dan nyaman bagi penumpang.
Dengan demikian, sembari terus mengoptimalkan layanan bagi para pemudik yang menggunakan transportasi umum pada musim Lebaran ini, pemerintah juga harus terus mencari solusi guna meningkatakan daya angkut transportasi umum di masa selanjutnya. Pemerintah dapat berinvestasi melalui BUMN-BUMN terkait dan juga menggandeng para pemodal untuk terus berinvestasi pada pengembangan transportasi umum di Indonesia. Harapannya, animo masyarakat untuk beralih ke moda transportasi massal kian tinggi dan pada saat Lebaran mendatang daya angkut transportasi umum dapat semakin ditingkatkan. (LITBANG KOMPAS)