Teka-teki Serangan di Moskwa
Spekulasi berkembang pascateror di Moskwa. Dugaan tertuju pada kelompok NIIS cabang Khorasan, tapi AS turut dicurigai.
Hingga Sabtu pagi waktu setempat, jumlah korban tewas dilaporkan mencapai 115 orang dan 145 orang luka-luka akibat serangan teror di sebuah konser di dekat Moskwa, Rusia.
Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS) menyatakan, kelompoknya bertanggung jawab atas serangan berdarah tersebut. Namun, spekulasi terus berkembang mengingat situasi konflik Rusia-Ukraina yang tidak kunjung reda.
Berdasarkan pernyataan Komite Investigasi Rusia, pencarian korban masih berlanjut di antara puing-puing bangunan Crocus City Hall yang terbakar dan runtuh akibat dua ledakan besar.
Melalui kanal Telegram, layanan darurat Rusia mengunggah gambar dan video dari ruang konser yang menunjukkan bagian-bagian reruntuhan gedung yang hangus serta tim petugas pemadam kebakaran yang masih berupaya mencari korban lain.
Di berbagai platform media sosial, tersebar potret lima wajah terduga teroris yang disebut-sebut oleh warganet sebagai pelaku serangan teror tersebut.
Namun, kelima orang dalam potret itu merupakan anggota kelompok teroris yang sudah tewas dalam baku tembak awal Maret 2024, bukan pelaku serangan teror di Moskwa pada Jumat kemarin. Hingga Sabtu, Badan Keamanan Federal (FSB) Rusia, lembaga pengganti KGB pada era Soviet, belum merilis potret para terduga pelaku.
Dari lokasi kejadian, petugas keamanan Rusia menemukan barang bukti senjata yang diduga kuat digunakan para pelaku serangan. Di antaranya terdapat senapan serbu AK-12 beserta peluru dan magasinnya.
Senapan model tersebut merupakan buatan pabrik Rusia, Kontsérn Kaláshnikov, yang memproduksi hampir 95 persen senjata api di ”negara beruang merah” tersebut.
Sejauh penelusuran hingga saat ini, kelompok yang mengaku bertanggung jawab atas serangan teroris mematikan di Moskwa pada hari Jumat adalah afiliasi NIIS di Afghanistan cabang Khorasan (NIIS-K).
Kelompok ini terbentuk sejak 2015 dari anggota Taliban Pakistan yang tidak puas terhadap kondisi Taliban yang perlahan menjadi moderat. NIIS-K masih aktif tersebar di wilayah sekitar Iran dan Afghanistan.
Atas serangan teror ini, Presiden Rusia Vladimir V Putin, yang memenangi pemilihan presiden pada Minggu kemarin, belum mengeluarkan pernyataan hingga Sabtu siang waktu setempat.
Otoritas Rusia menyatakan bahwa Presiden Putin telah berdiskusi dengan rekannya, Presiden Belarus Aleksandr Lukashenko, pada Sabtu ini untuk berkomitmen bekerja sama memerangi aksi terorisme.
Wakil Perdana Menteri Rusia Tatyana Golikova menyatakan, Presiden Putin turut menyampaikan harapannya untuk kesembuhan para korban yang terluka dan berterima kasih kepada tenaga medis yang merawat mereka.
Baca juga: Serangan Berdarah atas Konser di Dekat Moskwa, Sedikitnya 60 Orang Tewas
Saling curiga
Setelah aksi terorisme tersebut, spekulasi terhadap aktor di baliknya makin meluas. Bahkan, tidak sedikit warganet di berbagai media sosial menyangkutpautkan peristiwa ini sebagai pemicu Perang Dunia III.
Alasannya jelas, ada teka-teki yang masih belum terjawab antara serangan teror tersebut dan peran Amerika Serikat, Ukraina, serta kelompok NIIS.
Menurut keterangan penyelidik Rusia kepada pers, petugas penegak hukum telah menahan setidaknya 11 orang, termasuk empat tersangka yang terlibat langsung dalam aksi teror. Mereka ditahan di wilayah Bryansk, barat daya Moskwa. Artinya, para petugas menemukan keempatnya tidak jauh dari perbatasan dengan Ukraina.
Oleh para pengamat, pernyataan ini menjadi semacam tudingan Rusia bahwa ada peran Ukraina di balik serangan teror. Apalagi, sebelumnya, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova juga mengeluarkan pernyataan di Telegram. Ia menulis, para pelaku teror berdarah di Rusia berencana bersembunyi di Ukraina.
Kecurigaan terhadap AS makin menguat. Pasalnya, Washington telah mengeluarkan peringatan secara terbuka kepada publik tentang kemungkinan terjadinya serangan di Moskwa pada 7 Maret 2024.
Juru Bicara Dewan Keamanan Nasional AS Adrienne Watson menyatakan, Presiden AS Joe Biden mematuhi kebijakan duty to warn, yakni memberi peringatan kepada negara atau kelompok lain apabila menerima informasi intelijen terkait rencana penculikan atau pembunuhan dalam jumlah besar.
Informasi yang tersebar di kanal media sosial tersebut ditanggapi Zakharova dengan kecurigaan. Menurut dia, AS seharusnya segera meneruskan informasi tersebut kepada Moskwa.
Lagi pula, cukup mengherankan jika AS mengetahui adanya potensi serangan tersebut lebih dulu. Zakharova juga mempertanyakan komentar Juru Bicara Gedung Putih John Kirby yang menyatakan bahwa tidak ada indikasi keterlibatan Ukraina atas serangan itu.
Di samping ketegangan yang terjadi antara AS dan Rusia, pihak Ukraina pun merasa tudingan Rusia sudah keterlaluan. Kementerian Luar Negeri Ukraina mengatakan bahwa Kyiv dengan tegas menyangkal keterlibatan apa pun atas serangan teror di Moskwa. Lebih lanjut, Ukraina justru mencurigai Rusia yang pada masa lalu menggunakan kekerasan di dalam negeri sebagai titik poros dalam perangnya.
Pernyataan tersebut merujuk pada peristiwa ledakan di gedung apartemen di Rusia pada tahun 1999 yang memicu perang kedua pasca-Soviet di Chechnya.
Seturut penyelidikan, ledakan itu dilakukan oleh seorang pembelot dinas keamanan Rusia yang justru kemudian menyalahkan Ukraina untuk menggalang dukungan publik terhadap aksi militer baru di Chechnya.
Badan intelijen militer Ukraina dan Penasihat Presiden Ukraina Mykhailo Podolyak juga merujuk pada pengeboman apartemen sebagai contoh Rusia menyalahkan Ukraina atas serangan konser tersebut.
Saling tuding dan kecurigaan ini akan terus memanas karena dugaan kuat yang mengarah pada NIIS-K sebagai aktor nyatanya masih menyisakan sejumlah pertanyaan. Sebab, pengakuan terhadap serangan teror di Moskwa tidak disampaikan oleh NIIS-K, melainkan oleh saluran komunikasi pusat NIIS.
Baca juga: Teror Bom Hantui Rusia
Spekulasi motif
Para pengamat terorisme turut mempertanyakan motif serangan teror NIIS-K karena kelompok ini tengah fokus melakukan kampanye lokal hingga saat ini. Mereka telah melancarkan ratusan serangan terhadap sasaran sipil dan pasukan keamanan (termasuk tentara Barat) di Afghanistan.
Dua serangan pada 2020 lalu menargetkan bangsal bersalin di Kabul dan Universitas Kabul beserta masjid dan etnis atau agama minoritas di Afghanistan.
Lebih lanjut, NIIS-K melakukan ekspansi serangan (di negara lain) hingga mencapai sasaran di Tajikistan dan Pakistan, negara tetangga Afghanistan, dan sebuah hotel di Afghanistan dengan incaran warga negara asing.
Namun, pada awal Maret, ada informasi yang menyatakan bahwa NIIS-K dapat menyerang kepentingan AS dan negara-negara Barat ”hanya dalam waktu enam bulan dan tanpa peringatan apa pun”.
Lantas, apa kepentingan NIIS-K dalam serangan ke Moskwa? Para pengamat menarik kesimpulan bahwa aksi terorisme ini merupakan tahap pengalihan fokus mereka dari target lokal ke internasional.
Alasannya pun dapat bervariasi antara kelompok teroris yang satu dan yang lainnya, misalnya agenda pribadi pemimpin kelompok, upaya menarik anggota baru, hingga ”pesanan” dari sponsor yang mendanai sumber daya kelompok.
Spekulasi lain, serangan di Moskwa oleh NIIS-K dilakukan atas perintah langsung dari para pimpinan pusat NIIS. Hal ini dimungkinkan karena masih ada ikatan kuat antara para pemimpin NIIS terdahulu dan para tokoh senior NIIS-K. Lagi pula, para pemimpin NIIS terdahulu menyadaridukungan Rusia terhadap rezim Bashar al-Assad di Suriah.
Dugaan yang terakhir ini diperkuat dengan peristiwa aksi bom bunuh diri di Kedutaan Besar Rusia di Kabul, Afghanistan, pada September 2022 lalu. Aksi ini menegaskan pertentangan kelompok NIIS terhadap Presiden Putin dalam kurun beberapa tahun terakhir.
Meski demikian, media massa di Rusia belum menyebut apa pun mengenai keterlibatan NIIS terhadap aksi teror di Moskwa. Klaim keterlibatan NIIS-K baru dikeluarkan oleh pihak AS.
Namun, penelusuran pelaku masih terus diupayakan oleh media massa Rusia dengan menayangkan rekaman interogasi terhadap setidaknya dua tersangka penyerang, termasuk satu tersangka yang berbicara dalam bahasa Tajik melalui penerjemah. (LITBANG KOMPAS)
Baca juga: Pilpres Hari Terakhir, Rusia Dihujani ”Drone” Ukraina, Putin Janji Balas Lebih Dahsyat