Mengelola THR, Anak Muda Menabung dan Generasi Senior Berzakat
Kelompok usia senior mengalokasikan uang THR-nya untuk berzakat, sedangkan kelompok usia muda untuk ditabung.
Oleh
YOHANES ADVENT KRISDAMARJATI
·4 menit baca
Berbeda usia, berbeda pula dalam mengelola pemanfaatan Tunjangan Hari Raya. Kelompok usia yang tergolong senior cenderung mengalokasikan uang THR-nya untuk berzakat, sedangkan kelompok yang lebih muda diutamakan untuk ditabung.
Lembaga riset pasar YouGov pada Januari 2024 lalu melakukan survei untuk menjajaki perilaku masyarakat Indonesia berkenaan dengan pola pengelolaan dana THR berdasar kelompok usia. Tiga generasi yang menjadi respondennya adalah Generasi Z berusia minimal 18 tahun (kelahiran tahun 1997-2012), Generasi Milenial atau Generasi Y (kelahiran tahun 1981-1996) serta Generasi X (kelahiran tahun 1965-1980).
Melalui survei yang melibatkan 2.136 responden dari berbagai daerah di Indonesia itu terungkap adanya perbedaan prioritas dalam memanfaatkan dana THR. Ragam peruntukan THR yang disurvei antara lain untuk berzakat, berbelanja, biaya mudik, berlibur, diberikan kepada orang lain, membayar cicilan atau utang, ditabung, dan untuk dana investasi.
Hasilnya, mayoritas Gen Z sebanyak 65 persen memilih untuk mengalokasikan THR sebagai dana tabungan. Angka tersebut adalah yang tertinggi ketika disandingkan dengan preferensi menabung Gen Y yang berkisar 55 persen, serta Gen X yang sebesar 51 persen. Membandingkan di antara ketiga generasi ini, terlihat pilihan untuk menabung pada generasi yang lebih tua cenderung semakin menurun.
Hal tersebut mengindikasikan sejumlah hal. Salah satunya karena alokasi keperluan Gen Z belum sekompleks generasi pendahulunya sehingga tambahan dana ini cenderung dapat disimpan untuk kebutuhan yang akan datang. Berbeda dengan generasi yang lebih senior di mana memiliki tanggungan kebutuhan yang lebih besar.
Misalnya saja, pada alokasi dana untuk keperluan perjalanan Lebaran atau mudik ke kampung halaman. Generasi yang lebih tua cenderung mengganggarkan dana untuk mudik ini lebih banyak. Rinciannya, Gen Y sebesar 31 persen, Gen X 30 persen, dan Gen Z hanya sebesar 19 persen saja.
Peruntukan lainnya untuk memenuhi tanggung jawab yang lebih besar juga terlihat dari cicilan membayar utang. Di mana jumlah responden dari Gen Y dan Gen Z yang menganggarkan THR sebagai dana membayar kewajiban utang mencapai 33 persen. Berbeda cukup jauh dengan Gen Z yang hanya 20 persen saja.
Temuan hasil survei tersebut menggambarkan sejumlah hal yang cukup kontradiktif terkait fenomena pengelolaan keuangan. Khususnya, yang berhubungan dengan Gen Z dalam mengatur finansialnya. Generasi muda ini identik dengan fenomena soft saving, di mana golongan ini cenderung menabung secara santai dan seadanya. Dana yang mereka tabung umumnya bernilai relatif kecil karena diambil dari dana yang tersisa, bukan disisihkan secara khusus sejak awal.
Munculnya tren soft saving itu berkaitan erat dengan gaya hidup Gen Z yang cenderung mengedepankan pengalaman seperti menonton konser, berlibur, serta mencoba hal-hal baru yang memerlukan alokasi biaya. Selain itu, isu tentang kesehatan jiwa menjadi hal yang cukup sentral, sehingga ada kecenderungan Gen Z enggan terbebani untuk menabung maupun berinvetasi dari penghasilan yang diperolehnya. Sebisa mungkin pendapatan mereka dapat dinikmati demi membangun keseimbangan antara bekerja dan kebahagiaan hidup atau populer dikenal dengan istilah work life balance.
Kelompok senior
Dalam mengelola THR, orientasi Gen X berkebalikan dengan Gen Z. Terdapat 7 dari 10 responden dari Gen X yang berniat membelanjakan THR untuk berzakat atau berdonasi. Hal ini dapat dikaitkan dengan ketentuan zakat mal dan zakat fitrah yang tertuang pada Peraturan Menteri Agama nomor 52 tahun 2014 serta perubahannya pada peraturan nomor 31 tahun 2019. Secara garis besar, semakin besar nilai aset yang dimiliki, maka semakin besar juga kewajiban nilai zakatnya.
Responden dari kalangan Gen X cenderung memiliki aset lebih banyak dibanding Gen Z, sehingga ketentuan kewajiban untuk berzakat relatif lebih besar. Hal ini cukup wajar karena sebagai generasi pendahulu telah memperoleh peluang dalam mengumpulkan harta dan aset yang relatif lebih banyak dibanding dengan generasi yang lebih muda.
Selain itu, generasi yang relatif mapan dari segi usia ini juga memiliki sisi kedewasaan yang berkaitan dengan iman dan ketaatan dalam mengamalkan kewajiban keagamaan. Memang tidak ada pihak eksternal yang akan menghitung kewajiban zakat selayaknya kewajiban membayar pajak. Berzakat dilakukan atas dasar kesadaran diri, kejujuran dalam menghitungnya, serta kerelaan hati untuk berbagi. Kerapkali semakin bertambahnya usia, perkara transendental atau relasi antara manusia dengan Sang Pencipta cenderung semakin diperhatikan.
Sementara itu, pada kalangan responden dari Gen Y atau Millenial memiliki kecenderungan pola alokasi THR yang mirip dengan Gen X, terutama pada proporsi berzakatnya. Dari delapan pos belanja dana THR yang disurvei oleh YouGov, 64 persen responden Millenial mengaku akan menyisihkan sebagian untuk berzakat.
Selanjutnya, prioritas alokasi THR kedua dari kelompok ini adalah berbagai atau diberikan kepada orang lain. Sekitar 56 persen responden Gen X menyatakan hal demikian. Hanya saja, tidak ada penjelasan lebih terkait peruntukan THR yang diberikan pada orang lain ini. Namun, yang pasti alokasi dana yang ditujukan untuk pihak lain itu berbeda dengan pos untuk berzakat atau berdonasi. Konteks orang lain dalam hal ini bisa saja disisihkan untuk orang tua atau sanak keluarga supaya dibelanjakan untuk keperluan hari raya.
Sebagai ilustrasi misalnya memberikan uang THR kepada orang tua atau saudara supaya dibelanjakan hidangan saat Lebaran. Bisa juga untuk memperindah rumah seperti membeli perabot ruang tamu, atau mengecat dinding rumah supaya lebih pantas untuk menerima tamu saat hari raya.
Dari sejumlah alokasi pemanfaatan dana THR dari ketiga generasi itu menunjukkan adanya perbedaan antara generasi muda dengan generasi yang lebih senior. Ada kecenderungan bahwa Gen Z lebih mengalokasikan THR untuk menabung dan berbelanja, sedangkan Gen Y dan Gen X lebih mengutamakan pengeluaran pada pos-pos belanja yang bersifat sosial dan keagamaan. (LITBANG KOMPAS)