Mampukah Wisata Indonesia Bersaing seperti Thailand?
Pemerintah perlu membenahi pariwisata dalam negeri agar kian menarik animo wisatawan domestik dan mancanegara.
Pemerintah harus kompetitif mengembangkan pariwisata nasional agar mampu bersaing dengan negara-negara lainnya. Sejumlah negara di kawasan ASEAN terus berbenah sehingga Indonesia pun harus turut berbebah agar kunjungan wisatawannya terus meningkat.
Di antara semua anggota ASEAN, Thailand menjadi salah satu negara dengan jumlah kunjungan wisatawan terbanyak dari waktu ke waktu. Dari semua wisatawan yang berkunjung ke ASEAN, lebih dari seperempatnya datang dari ”Negeri Gajah Putih”.
Terbaru, merujuk data Kementerian Pariwisata dan Olahraga Thailand, sebanyak 28,2 juta wisatawan asing mengunjungi Thailand. Angka itu melonjak drastis, lebih dari dua kali lipat dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang hanya 11,2 juta orang.
Wisata di Thailand terus menggeliat setelah terpuruk saat pandemi dengan jumlah kunjungan yang turun drastis hingga tinggal ratusan ribu wisatawan. Untuk saat ini, rekor tertinggi kunjungan wisatawan di Thailand tertinggi terjadi pada 2019, dengan jumlah kedatangan turis asing sebanyak 39,8 juta orang.
Di tingkat ASEAN, prestasi Thailand dalam hal kunjungan wisatawan mulai tampak pada 2013. Saat itu, negara yang juga terkenal dengan ”Sleeping Buddha” itu mampu mengungguli Malaysia, sang juara bertahan, setidaknya sejak tahun 2000. Setelah mencatatkan jumlah wisatawan asing terbanyak pada tahun 2012 dengan 25 juta kunjungan, negeri jiran itu kalah saing dari Thailand yang mendatangkan turis hingga 26,5 juta orang.
Tak hanya di tingkat ASEAN, Mastercard Global Destination Index 2013 Report menunjukkan, Bangkok, ibukota Thailand, menempati posisi pertama di dunia sebagai kota yang banyak dikunjungi turis untuk bermalam. Pertama kalinya kota di Asia berada di peringkat teratas mengungguli London dan Paris yang menjadi kota impian jutaan orang.
Baca juga: Thailand Buka Jalur Hijau Wisatawan Manca dari 63 Negara
Sejak saat itu, wisata Thailand terus berkembang. Tahun 2017 dan 2018 Bangkok kembali menduduki peringkat yang sama. Thailand juga tercatat sebagai negara dengan lonjakan wisatawan yang drastis di dunia. Tahun 2014-2018 Thailand masuk dalam daftar Top Fives Fastest Growth Destination.
Secara global, Thailand menduduki peringkat kedelapan dalam hal kedatangan wisatawan mancanegara. Di kawasan ASEAN, posisinya terus memimpin dengan jumlah kunjungan turis asingnya yang hampir menembus angka 40 juta wisatawan dalam setahun. Sebagian besar turis mancanegara yang datang ke Thailand adalah turis dari China.
Daya pikat
Pemerintah Thailand menyadari bahwa pariwisata menjadi salah satu kekuatan ekonomi negaranya. Merujuk publikasi S&P Global Market Intelligence, sektor pariwisata menyumbang sekitar 11,5 persen pada PDB Thailand di tahun 2019. Bahkan, Bank Dunia menyebutkan, pariwisata menjadi salah satu mesin utama untuk menggerakkan kembali ekonomi Thailand pascapandemi. Tingginya kontribusi itu membuat Pemerintah Thailand memberikan porsi perhatian yang cukup besar untuk pariwisata.
Pemerintah Thailand mengakomodasi semua jenis kunjungan, baik pariwisata rombongan maupun personal. Pemerintah setempat mengelola pasar tradisional bagi wisatawan kelas menengah ke bawah, seperti Pasar Pratunam. Bagi pencinta fashion, pasar ini menjadi destinasi wajib untuk dikunjungi. Selain produknya yang melimpah, harganya pun cukup miring dan bisa ditawar.
Thailand juga mengelola wisata kelas eksklusif bagi pengunjung kelas atas. Pengunjung tanpa limit biaya dapat mengunjungi Siam Paragon atau Icon Siam, pusat perbelanjaan modern di Bangkok. Kelompok ini juga dapat mengunjungi Koh Samui, Phuket, dan Chiang Mai yang menawarkan keindahan alam.
Experience tourism pun disediakan untuk wisatawan yang ingin menggali lebih dalam Thailand. Wisatawan dapat menginap di desa tertentu untuk mempelajari budaya dan segala aktivitasnya. Hal itu dapat meningkatkan waktu kunjungan lebih lama sehingga perputaran uang dari wisatawan pun lebih besar.
Di tengah kemajuan teknologi dan digitalisasi, Pemerintah Thailand tak membiarkan kesempatan itu terbuang sia-sia. Tahun lalu, Agensi Promosi Ekonomi Digital (DEPA) Thailand dan Direktorat Jenderal Pariwisata Thailand (TAT) meluncurkan proyek Pariwisata Digital. Platform ThailandCONNEX dikembangkan dengan tujuan meningkatkan kesadaran badan-badan usaha pariwisata untuk menggunakan platform digital secara lebih luas.
Dengan teknologi itu, wisatawan dapat mengakses lebih banyak pilihan yang disediakan operator pariwisata. Preferensi wisatawan mancanegara dapat ditelusuri secara real time untuk menyusun kunjungan dan layanan yang lebih baik dan relevan bagi para turis.
Baca juga: Thailand, Negeri Gajah Putih yang Tak Pernah Letih
Upaya-upaya tersebut juga didukung oleh kebijakan Pemerintah Thailand yang tergolong berani dengan menerapkan kunjungan bebas visa bagi sejumlah negara. Pemerintah Thailand mengizinkan pengunjung dari 64 negara masuk ke Thailand tanpa visa. Beberapa negara itu antara lain Jerman, Jepang, Spanyol, Turki, Indonesia, dan negara ASEAN lainnya.
Terbaru, Pemerintah Thailand memberlakukan kebijakan yang sama bagi pengunjung dari China. Pemerintah Thailand menargetkan delapan juta wisatawan China berkunjung ke Thailand tahun ini. Wisatawan dari negara-negara tersebut bebas berkunjung ke Thailand selama 30 hari. Harapannya, langkah ini dapat menarik minat wisatawan dari China lebih besar lagi.
Kebijakan tersebut cukup dilematis dan sering dikaitkan dengan tingginya angka perdagangan manusia di Thailand. Meskipun demikian, pemerintah setempat terus beradaptasi dengan kondisi yang ada dengan membenahi segala celah kelemahan. Salah satunya dengan memperbarui kebijakan dengan mengimbau wisatawan bebas visa untuk menunjukkan kemampuan finansial demi menjamin hidupnya selama berada di Thailand.
Mirip Indonesia
Beragam cara yang dilakukan Pemerintah Thailand menunjukkan keseriusan negara tersebut mengelola pariwisata. Indonesia mestinya dapat meniru dan memodifikasi langkah-langkah yang dilakukan Thailand. Pasalnya, kekayaan wisata Indonesia juga tak kalah menarik dengan Thailand. Kontur wilayah yang terbagi menjadi ribuan pulau membuat kekayaan alam dan budaya Indonesia lebih beragam.
Layaknya Kota Chiang Mai yang ada di Thailand, Indonesia juga memiliki Malioboro yang ada di Yogyakarta. Indonesia juga memiliki ribuan tempat untuk berkontemplasi layaknya Phuket dan Koh Samui yang ada di Negeri Gajah Putih. Wisata budaya dan agama pun tersebar di setiap wilayah yang ada di Tanah Air. Jika Thailand memiliki Wat Pho, kuil Buddha paling megah, Indonesia juga terkenal dengan Candi Borobudur yang merupakan candi Buddha terbesar di dunia.
Namun, jumlah kunjungan wisatawan ke Indonesia masih kalah dari Thailand. Tahun 2023 hanya 9,8 juta wisatawan asing yang masuk ke Tanah Air. Kendati naik dua kali lipat dari tahun sebelumnya, jumlah tersebut jauh di bawah capaian sebelum pandemi yang menembus angka 16,1 juta orang. Dibandingkan dengan Thailand, jumlahnya jauh tertinggal, yakni hanya sekitar sepertiganya di tahun yang sama.
Baca juga: Wisata Berkelanjutan Jadi Prioritas pada 2024
Pemerintah Indonesia perlu memberikan atensi lebih untuk dunia pariwisata nasional. Apalagi, kontribusi sektor pariwisata bagi perekonomian nasional cukup menjanjikan. Setidaknya sekitar empat persen ekonomi nasional berasal dari wisata. Oleh sebab itu, perlu upaya yang serius agar sektor wisata itu menjadi lebih bernilai tinggi lagi. Apabila sektor wisata ini dapat bertumbuh, hal itu akan turut mendorong kemajuan sektor lain secara lebih masif.
Kerja sama bilateral antarnegara juga mestinya dapat dioptimalkan Indonesia untuk mengembangkan dunia wisata, seperti yang diterapkan Thailand. Salah satu yang sudah berjalan adalah QRIS Cross Border yang mengakomodasi pembayaran menggunakan mata uang negara asal para wisatawan. Kerja sama dengan sejumlah negara ASEAN yang sudah berjalan selama ini perlu terus ditingkatkan.
Dalam konteks wisata lokal, menjelang libur Lebaran tahun ini, lokasi-lokasi wisata lokal perlu mempersiapkan dengan matang. Dalam momen libur hari raya Idul Fitri, dapat dipastikan lokasi wisata di daerah akan menjadi tujuan pelancong sambil mudik ke kampung halaman mengunjungi sanak saudara di daerah asal.
Momen tersebut mestinya menjadi sarana untuk pengenalan dan memberikan pengalaman terbaik bagi para pengunjung. Pengalaman yang baik yang dirasakan saat berkunjung akan memicu datangnya kembali wisatawan lebih banyak lagi. Namun, jika layanan yang disuguhkan terkesan ala kadarnya, kemungkinan besar wisatawan enggan kembali datang dan bahkan lebih memilih untuk pergi ke luar negeri.
Apalagi, negara lain terus bertransformasi dalam memberikan tawaran yang lebih menarik dalam mengundang wisatawan asing. Jangan sampai Indonesia terus menjadi pasar, bahkan untuk dunia pariwisata.
Indonesia harus mampu berkompetisi dengan negara lain dalam mengundang turis masuk ke dalam negeri. Potensi kekayaan alam dan budaya yang berlimpah harus dioptimalkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan juga kemajuan ekonomi bangsa. (LITBANG KOMPAS)