Cuaca Ekstrem Masih Berlanjut di Indonesia
BMKG mengimbau, selama seminggu ke depan masyarakat Indonesia harus mewaspadai cuaca ekstrem.
Masyarakat perlu mewaspadai potensi cuaca ekstrem di sejumlah wilayah Indonesia saat ini. Cuaca ekstrem mampu menyebabkan kejadian katastropik yang berpotensi mengancam keselamatan hidup manusia dan menimbulkan kerugian besar.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat ada 336 kejadian bencana yang terjadi di Indonesia hingga pertengahan Maret ini. Sebanyak 68 persen bencana yang terjadi merupakan bencana banjir dan tanah longsor. Kejadian ini memaksa lebih dari 100.000 orang mengungsi dari tempat tinggalnya.
Bencana tersebut tersebar merata di hampir seluruh wilayah Indonesia, tetapi konsentrasi kejadian bencana cuaca ekstrem tertinggi berada di kawasan Pulau Jawa dan Sumatera. Tak sedikit masyarakat yang mengalami kerugian sangat besar, bahkan kehilangan anggota keluarganya.
Salah satu kejadian memilukan adalah banjir besar yang melanda 12 kabupaten dan kota di Sumatera Barat sejak 7 Maret 2024 lalu. Tidak hanya banjir, tetapi juga tanah longsor yang terjadi di sejumlah titik lokasi. Kerusakan melanda lebih dari 3.400 rumah di seluruh wilayah terdampak dengan estimasi kerugian finansial mencapai Rp 226 miliar.
Selain harta dan benda, bencana banjir dan tanah longsor di Sumatera Barat itu juga menelan korban jiwa. Hingga 12 Maret 2024, total kematian mencapai 27 jiwa. Sebanyak lima orang masih dinyatakan hilang dan dalam tahap pencarian. Luasnya wilayah terdampak turut menyebabkan hampir 80.000 orang mengungsi dari tempat tinggalnya.
Cuaca ekstrem yang berujung bencana banjir juga terjadi di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, pada 1 Maret 2024 kemarin. Curah hujan ekstrem menyebabkan air sungai meluap dan diperburuk dengan jebolnya tanggul sungai sehingga air meluap deras ke permukiman warga. Banjir lainnya juga melanda Kota Kendari, Sulawesi Tenggara, pada 4 Maret 2024 lalu dan berdampak pada 11 kelurahan di 6 kecamatan di wilayah itu.
Wilayah berikutnya yang juga terdampak banjir adalah Kalimantan Barat, khususnya Kabupaten Melawi. Daerah ini sejak Minggu (3/3/2024) terpantau sudah terendam banjir dan selama seminggu belum juga surut. Warga mengeluhkan kurangnya bantuan dan mulai terserang berbagai jenis penyakit. Ketinggian genangan air mencapai 2 meter sehingga melumpuhkan aktivitas warga.
Baca juga: Cuaca Ekstrem, Warga yang Tinggal di Tiga Kawasan Ini Harus Waspada!
Terbaru, kejadian cuaca ekstrem muncul di kawasan Kota Semarang, Jawa Tengah, pada Rabu, 13 April 2024. Perkotaan Semarang dilanda banjir setelah cuaca ekstrem yang ditandai hujan dengan intensitas tinggi, petir, dan angin kencang. Wilayah lain di sekitarnya yang terdampak dari cuaca ekstrem itu adalah Kabupaten Kendal, Kabupaten Semarang, Kota Salatiga, Kabupaten Demak, dan Kabupaten Grobogan.
Fenomena cuaca ekstrem sejak awal Maret 2024 yang tersebar di sejumlah wilayah Indonesia itu telah diprediksi BMKG. Ada tiga pemicu utama meningkatnya curah hujan di Indonesia, yaitu aktivitas Madden Julian Oscillation (MJO) serta gelombang Kelvin dan Rossby Equatorial; aktivitas Cross Equatorial Northerly Surge (CENS); dan pembentukan pusat tekanan rendah di Samudra Hindia Barat Daya.
Risiko bencana
Potensi cuaca ekstrem diperkirakan terus berlanjut hingga beberapa pekan ke depan. Pantauan BMKG pada 14 Maret 2024 menunjukkan ada tiga bibit siklon tropis yang dekat dengan Indonesia, yaitu bibit siklon tropis 91S, 94S, dan 93P. Ketiganya berada di sekitar Samudra Hindia di selatan Jawa, Laut Timor, dan Laut Australia.
Bibit siklon tropis 91S memiliki kecepatan angin maksimum 56-65 kilometer per jam dengan tekanan udara di pusat mencapai 994 hektopascal (hPa). Siklon tersebut bergerak ke arah tenggara dengan kategori siklon sedang hingga tinggi. Bibit siklon tropis 94S memiliki kecepatan angin lebih rendah, yaitu 28-37 kilometer per jam dengan pergerakan ke arah timur-tenggara.
Bibit siklon tropis 93P memiliki karakteristik serupa dengan 94S, yaitu kecepatan angin cenderung rendah dengan arah pergerakan menuju tenggara. Ketiga bibit siklon tersebut akan berubah menjadi siklon tropis dan berdampak lebih besar bagi sisi selatan pulau Jawa. Masyarakat perlu mewaspadai risiko bencana hidrometeorologis, seperti banjir rob, banjir, angina kencang, hingga gelombang tinggi di pesisir.
BMKG juga memperingatkan bahwa siklon tropis akan menyebabkan peningkatan tinggi gelombang di beberapa wilayah perairan Indonesia. Kondisi tersebut diikuti fenomena super-new moon atau fase bulan baru yang bersamaan dengan perigee (jarak terdekat Bulan ke Bumi) sehingga meningkatkan tinggi pasang air laut dan berpotensi mengakibatkan terjadinya banjir rob.
Baca juga: Cuaca Masih Ekstrem, Banjir Mengancam Sejumlah Daerah di Indonesia
Curah hujan di sejumlah tempat akan mengalami peningkatan, apalagi saat ini ada tiga bibit siklon tropis. Sebelumnya, catatan BMKG periode 8-14 Maret 2024 menunjukkan ada sejumlah wilayah di Indonesia yang mengalami hujan lebat hingga ekstrem. Hujan dengan kategori sangat lebat terjadi di Nabire, Papua Barat (101,4 mm per hari) dan Maros, Sulawesi Selatan (102,9 mm per hari). Sementara itu, hujan ekstrem terjadi di Kupang, NTT (156,8 mm per hari) dan Semarang (238 mm per hari).
Fenomena intensitas curah hujan lebat hingga ekstrem juga berpotensi terjadi pada 15-18 Maret mendatang. Masyarakat perlu mewaspadai sejumlah lokasi yang rawan bencana akibat cuaca ekstrem. Lokasi yang rawan bencana meliputi daerah aliran sungai dan perbukitan. Daerah yang dekat dengan aliran sungai sangat berisiko terjadi banjir dengan skala besar, sedangkan daerah perbukitan rawan longsor.
Salah satu cara untuk mendeteksi kerawanan kejadian bencana banjir dan tanah longsor adalah memperhatikan intensitas curah hujan selama satu jam terakhir. Apabila hujan lebat terjadi terus-menerus selama satu jam, risiko bencana akan meningkat. Masyarakat dapat menilai intensitas hujan melalui jarak pandang. Apabila jarak pandang kurang dari 100 meter saat hujan mengguyur, masyarakat perlu mewaspadai potensi ancaman bencana banjir dan tanah longsor.
Langkah evakuasi tercepatnya adalah mencari tempat yang aman. Titik evakuasi bencana banjir adalah lokasi yang memiliki elevasi jauh lebih tinggi dari sekitarnya. Sementara itu, titik evakuasi bencana tanah longsor adalah yang jauh dari perbukitan dan obyek tinggi, seperti pohon, tiang listrik, dan papan baliho. Kewaspadaan masyarakat menjadi salah satu penentu seberapa parah dampak yang ditimbulkan dari bencana itu.
Dampak bencana
Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat risiko bencana sangat tinggi. Implikasinya, dampak yang ditimbulkan juga terbilang besar. Berdasarkan analisis risiko bencana oleh BNPB, jumlah penduduk yang berisiko terpapar bencana banjir mencapai 113,8 juta jiwa, sedangkan potensi kerugian ekonomi dan infrastruktur sekitar Rp 1,1 miliar. Wilayah pulau Jawa memiliki risiko terbesar dibandingkan wilayah lainnya di Indonesia.
Untuk bencana tanah longsor terfokus pada kawasan perbukitan. Estimasi jumlah penduduk yang rentan terpapar bencana ini mencapai 25,3 juta jiwa. Total kerugian secara ekonomi dan infrastruktur berkisar Rp 696 juta. Kerusakan lain yang kemungkinan terjadi adalah rusaknya lahan yang diproyeksikan mencapai 7,7 juta hektar.
Baca juga: Cuaca Ekstrem Bukan Satu-satunya ”Biang Kerok” di Balik Banjir Semarang
Ancaman bencana berikutnya adalah cuaca ekstrem yang memicu munculnya angin puting beliung. BNPB mengestimasi jumlah penduduk yang terpapar mencapai 255,4 juta jiwa. Total kerugian infrastruktur dan ekonomi yang terdampak mencapai jumlah yang fantastis, yaitu Rp 2,7 miliar.
Estimasi risiko bencana banjir, tanah longsor, dan angin puting beliung tersebut bisa saja bertambah. Hal itu tergantung skala atau intensitas bencana yang terjadi.
Tingginya risiko bencana menuntut kewaspadaan masyarakat yang tinggi. BMKG mengimbau selama seminggu ke depan masyarakat Indonesia harus tetap mewaspadai cuaca ekstrem. Selain masyarakat, pemerintah daerah juga harus siaga dan menyiapkan rencana-rencana penanggulangan bencana demi menekan dampak yang ditimbulkan. (LITBANG KOMPAS)