Coldplay hingga Taylor Swift Melambungkan Singapura sebagai Pusat Hiburan Dunia
Konser Taylor Swift ”The Eras Tour” semakin meneguhkan Singapura sebagai pusat hiburan internasional di Asia Pasifik.
Oleh
DEBORA LAKSMI INDRASWARI
·5 menit baca
Setelah sukses menyelenggarakan konser Coldplay, kini Singapura kembali mengguncang panggung seni internasionalnya dengan menghadirkan penampilan Taylor Swift. Konser yang diselenggarakan selama enam hari ini semakin meneguhkan Singapura sebagai pusat hiburan dan seni internasional di Asia Pasifik.
Tur konser penyanyi internasional Taylor Swift yang dimulai digelar pada 2 Maret 2024 di Singapura tidak hanya menyita perhatian ”Swifties”, tetapi juga khalayak luas. Selain menjadi agenda tur konser terpanjang penyanyi asal Amerika Serikat itu, konser ini juga memecahkan sejumlah rekor. Di antaranya, menyedot animo penonton terbanyak dari sejumlah negara selama enam hari pertunjukan serta menghasilkan pendapatan konser tertinggi di dunia.
Tingginya antusiasme penonton tampak dari cepatnya tiket habis terjual. Tiket tur konser bertemakan ”The Eras Tour” ini ludes terjual dalam 8 jam sejak penjualan tiket dibuka pada Juli 2023. Tiket tambahan yang dijual pada Januari 2024 juga habis dibeli calon penonton dalam kurun waktu 5 jam saja. Pada hari pembelian tiket di buka, setidaknya 1,5 juta calon penonton mengantre di situs penjualan tiket.
Jumlah antrean tersebut melebihi kapasitas lokasi konser di Stadion Nasional Singapura yang diperkirakan mampu menampung sekitar 300.000 penonton. Tingginya animo pengunjung ini berasal dari sejumlah negara. Apalagi, konser pelantun lagu ”Shake It Off” ini hanya satu-satunya yang diselenggarakan di Asia Tenggara. Dengan demikian, konser ini akan menarik banyak penonton dari sejumlah negara di kawasan di Asia Tenggara.
Momentum penyelenggaraan tur konser The Eras Tour yang dimulai sejak Desember 2023 tidak disia-siakan Singapura. Pemerintah Singapura memang sedang gencar-gencarnya menggaungkan pariwisata dan industri kreatifnya yang salah satunya menonjolkan acara konser internasional. Bahkan, berdasarkan keterangan dari Perdana Menteri Thailand Srettha Thavisin, Pemerintah Singapura menawarkan 3 juta dollar AS kepada tim Taylor Swift untuk setiap pertunjukan yang mereka adakan di Singapura. Tawaran itu menyertakan perjanjian bahwa Taylor Swift tidak akan tampil di negara-negara Asia Tenggara lainnya selama ”The Eras Tour”.
Geliat ekonomi konser internasional
Singapura tampak terus berupaya menyelenggarakan panggung konser internasional yang bisa dibilang berskala besar se-Asia. Awal tahun ini, band besar asal Inggris, Coldplay, sukses menyelenggarakan tur konser di Singapura. Konser bertemakan ”Music of the Spheres World Tour” ini juga diselenggarakan selama enam hari di tempat yang sama, yaitu Stadion Nasional Singapura. Selama konser itu setidaknya lebih dari 200.000 tiket terjual.
Usaha Singapura untuk memanfaatkan kesempatan tersebut tergolong luar biasa. Awalnya, konser Coldplay direncanakan hanya berlangsung empat hari. Namun, karena minat dan antusiasme tinggi dari fans Coldplay, jumlah hari konser ditambah menjadi enam hari. Padahal, di negara-negara Asia Tenggara lainnya, seperti Indonesia dan Malaysia, Coldplay hanya menyelenggarakan konser satu hari.
Pertunjukan konser internasional berikutnya kemungkinan juga akan diselenggarakan dalam beberapa hari. Pada April mendatang, penyanyi asal Amerika Serikat, Bruno Mars, juga akan menyelenggarakan konser selama tiga hari, 3-6 April 2024, di Stadion Nasional Singapura. Hingga saat ini, tiket konser sudah laku terjual sekitar 150.000.
Tiga konser yang diadakan beberapa hari itu telah menarik ratusan ribu penonton dari sejumlah negara. Padahal, masih banyak lagi konser bertaraf internasional lainnya yang akan diselenggarakan di Singapura tahun ini. Hal ini tentu saja membuat Singapura mendapatkan banyak keuntungan.
Salah satunya adalah benefit keuntungan ekonomi. Konser Taylor Swift diperkirakan memberikan pendapatan 300 juta dollar AS-500 juta dollar AS jika 70 persen penontonnya berasal dari negara lain. Jumlah ini senilai dengan Rp 4,7 triliun-Rp 7,9 triliun. Jika diakumulasikan dengan pendapatan dari konser Coldplay, dua agenda konser besar itu berkontribusi 0,25 persen pada pertumbuhan GDP Singapura di kuartal I-2024.
Selain dari penjualan tiket konser, pendapatan tersebut juga berasal dari belanja akomodasi, transportasi, dan konsumsi dari para penonton, terutama yang berasal dari luar Singapura. Menurut General Manajer Trip.com Edmun Ong, pemesanan tiket penerbangan, hotel, dan transportasi melalui situs tersebut meningkat 275 persen selama konser Taylor Swift dibandingkan periode biasa. Jika dirinci, terdiri dari peningkatan pemesanan tiket pesawat sebesar 186 persen, akomodasi 460 persen, dan atraksi sebesar 2.400 persen.
Pusat industri kreatif Asia
Keuntungan ekonomi bukanlah semata-mata target utama dari pemerintah Singapura ketika merencanakan penyelenggaraan konser bertaraf internasional. Melalui agenda itu, Pemerintah Singapura ingin menciptakan citra baru bagi salah satu negara maju di Asia ini. Sebab, selama ini Singapura dikenal dengan pusat bisnis dan perdagangan di Asia. Padahal, mereka juga memiliki potensi besar untuk industri kreatif, termasuk penyelenggaraan acara-acara internasional.
Secara spesifik, agenda itu sudah tertuang sejak lama dalam berbagai kebijakan Pemerintah Singapura. Bahkan, visi untuk menjadikan ”Negeri Singa” ini sebagai pusat acara dan hiburan di Asia sudah ada dalam visi departemen pariwisata Singapura 2015. Acara konser internasional besar-besaran itu memang menjadi strategi Singapura untuk meningkatkan pengembangan ekonominya dengan menarik perhatian dunia. Dengan cara ini, dunia akan semakin mengenal Singapura sebagai pusat budaya internasional, tidak hanya sebagai pusat bisnis dan perdagangan.
Dalam praktiknya, visi itu diterapkan dalam berbagai kebijakan di beragam sektor. Perusahaan hiburan IMC Group Asia yang menangani konser-konser internasional menyebutkan bahwa Singapura memang menjadi tempat yang ideal untuk acara-acara musik internasional karena ekosistem pariwisata dan industri kreatif yang sudah terbangun baik. Singapura memiliki fasilitas transportasi, akomodasi, serta kuliner yang lengkap dan teratur. Kemudahan perizinan untuk visa dan izin kerja bagi tim seniman juga menjadi pertimbangan kuat bagi para artis untuk menggelar konser di Singapura.
Meskipun strategi mendatangkan artis papan atas internasional selama berhari-hari itu mendapatkan protes dari pemerintah negara lain di Asia Tenggara, upaya Pemerintah Singapura itu patut menjadi inspirasi dalam mengembangkan pariwisata dan industri kreatif. Sejumlah konser besar yang dihadirkan di sana memberikan bukti bahwa potensi pariwisata dan industri kreatif yang dikemas apik, mudah diakses, dan dikolaborasikan dengan atraksi lain dapat memberikan dampak yang luar biasa di berbagai sektor. Bukan mustahil bahwa dalam beberapa waktu ke depan, panggung konser internasional akan menjadi ajang persaingan pariwisata antarnegara di Asia Tenggara.