Golkar Menggeser Dominasi Gerindra di Jabar
Golkar berpotensi menggeser dominasi Gerindra dalam Pemilu 2024 di Jawa Barat.
Dalam sejarah pemilu di Jawa Barat, tidak ada satu pun partai politik yang bisa menjadi pemenang dalam dua pemilu secara berturut-turut. Hal itu kembali dibuktikan dalam Pemilu 2024. Jawa Barat menjadi medan perebutan suara masyarakat yang tidak loyal.
Hasil sementara penghitungan suara oleh Komisi Pemilihan Umum, Partai Golkar dalam Pemilu 2024 di Jawa Barat berhasil menggeser dominasi Partai Gerindra yang menjadi pemenang pemilu lima tahun lalu.
Baca Berita Seputar Pemilu 2024
Perolehan suara Golkar per 27 Februari 2024 merupakan yang tertinggi di Jabar, yakni mencapai 16,61 persen. Partai Gerindra menyusul di urutan kedua dengan perolehan 15,55 persen suara. Sementara Partai Keadilan Sejahtera menempati urutan ketiga dengan perolehan 11,96 persen suara.
Komposisi ini berubah jika dibandingkan Pemilu 2019. Tiga pemenang saat itu secara berturut-turut adalah Partai Gerindra dengan 17,6 persen suara, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) dengan 14,3 persen suara, dan Partai Golkar dengan 13,2 persen persen.
Hasil sementara ini mengonfirmasi dinamisnya perebutan suara di tanah Sunda. Penguasaan wilayah Jabar oleh partai politik pada pemilu sejak tahun 1999 hingga 2024 ini berlangsung sangat dinamis. Partai pemenang pemilu di Jabar selalu berganti.
Pada Pemilu 1999, Jabar dikuasai oleh PDI-P dengan perolehan 32,2 persen suara. Di Pemilu 2004, giliran Partai Golkar yang memenangi Jabar dengan 27,9 persen suara. Pada Pemilu 2009, Partai Demokrat mengambil alih Jabar dengan 22,3 persen suara. Lalu di Pemilu 2014, Jabar kembali dikuasai oleh PDI-P (19,6 persen suara). Selanjutnya, pada Pemilu 2019, Jabar jatuh ke tangan Partai Gerindra (17,6 persen suara).
Dengan demikian, PDI-P tercatat menguasai Jabar dengan dua kali kemenangan, yakni tahun 1999 dan 2014. Adapun Golkar menjadi partai kedua yang juga berhasil memenangi Jabar sebanyak dua kali, yakni pada pemilu tahun 2004 dan dan 2024. Butuh waktu yang cukup lama bagi suatu partai untuk bisa mengulang kemenangan di Jabar.
Baca juga: Merebut Hati Pemilih yang Tidak Loyal
Kekuatan figur publik
Karakter masyarakat Jabar yang heterogen, dinamis, adaptif, dan pragmatis melatarbelakangi pilihan politik yang berubah-ubah ini. Sikap pragmatisme yang selalu ada dalam masyarakat menggambarkan bahwa dukungan akan diberikan kepada partai politik atau calon tertentu ketika kepentingan mereka (masyarakat) terakomodasi atau ada sesuatu yang bermanfaat yang dapat mereka peroleh secara langsung.
Selain itu, faktor pemilih yang tidak loyal turut memengaruhi pilihan yang mudah berubah. Kurangnya loyalitas terhadap partai dapat dilihat dari rendahnya kedekatan atau ikatan pemilih dengan partai tertentu.
Ketokohan atau figur yang sedang populer juga faktor yang dapat menjaring suara lebih besar. Hal ini disadari betul karena masyarakat cenderung mengikuti tren figur yang sedang menonjol.
Apalagi di tengah pergaulan media sosial yang semakin intens di kalangan masyarakat, terutama para milenial dan generasi Z yang merupakan pemilih pemula. Media sosial menjadi sarana untuk memperluas sosialisasi dan menjadi ceruk menambah pengikut. Peluang meningkatnya elektabilitas pun menjadi lebih besar.
Strategi memanfaatkan popularitas seorang figur publik untuk meningkatkan elektabilitas banyak diterapkan partai politik, termasuk Partai Golkar dan Partai Gerindra. Figur publik itu bisa berasal dari tokoh masyarakat setempat, bisa pula dari kalangan artis atau selebritas.
Salah satu strategi Golkar menaikkan elektabilitasnya adalah dengan merekrut mantan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil sebagai kader partai. Ridwan Kamil bergabung menjadi kader Partai Golkar sejak awal Januari 2023.
Kamil didapuk menjadi Wakil Ketua Umum Bidang Penggalangan Pemilih DPP Golkar. Tugasnya adalah menggalang suara pemilih, khususnya generasi muda.
Lingkup tugas Kamil tidak hanya di tingkat nasional, tetapi secara spesifik, ia juga diharapkan dapat menaikkan perolehan suara Partai Golkar di Jabar. Target ini bukan tanpa alasan. Setelah menjadi pemenang pemilu di Jabar tahun 2004, perolehan suara Partai Golkar di Jabar pada pemilu-pemilu sesudahnya cenderung menurun.
Ujian yang dihadapi Kamil untuk mendongkrak elektabilitas Partai Golkar tidak mudah. Namun, tugas itu tampaknya cukup berhasil ditunaikan. Dalam pemilu kali ini, perolehan suara Golkar di Jabar meningkat dari 13 persen (2019) menjadi 16-17 persen tahun ini.
Strategi Kamil merebut suara masyarakat Jabar tidak melalui dirinya semata sebagai kader Golkar. Raihan suara Golkar juga didapat dari jalur istrinya, Atalia Praratya, yang maju sebagai calon anggota legislatif (caleg) dari daerah pemilihan Jawa Barat 1.
Data rekapitulasi KPU per 27 Februari 2024 menyebutkan, popularitas Atalia cukup sukses menjaring suara dengan perolehan 86.570 suara. Perolehan ini mengalahkan raihan politisi senior Golkar, Nurul Arifin, yang juga maju di dapil yang sama (23.582 suara).
Elektabilitas Golkar yang meningkat di Jabar juga disumbang oleh peran dan popularitas dari figur publik lain yang maju sebagai caleg di tingkat pusat (DPR). Sebarannya cukup merata di semua dapil di Jabar. Selain dari kalangan selebritas atau artis, mereka juga datang dari kalangan internal partai yang sudah lama berkecimpung di dunia politik.
Di dapil Jabar 2, misalnya, ada politisi senior Golkar, Ace Hasan Syadzily. Di dapil Jabar 5 ada Rafindra Airlangga, yang merupakan anak dari Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto. Di dapil Jabar 6 ada Ranny Fahd Arafiq, yang merupakan istri dari Fahd Arafiq (anak pedangdut A Rafiq).
Selain itu, di dapil Jabar 7 ada Puteri Komarudin, anak dari Ade Komarudin yang merupakan politisi senior Golkar. Di dapil 8 ada Dave Akbarshah Fikarno Laksono, anak dari mantan Ketua Umum Golkar Agung Laksono. Masih di dapil yang sama juga ada politisi senior Golkar, Yuddy Chrisnandi.
Sementara di dapil Jabar 9 ada Galih Dimuntur Kartasasmita, anak dari Ginandjar Kartasasmita (mantan menteri era Soeharto dan juga seorang legislator). Lalu di dapil Jabar 11 ada politisi lokal Ade Ginanjar, yang sebelumnya menjabat sebagai Wakil Ketua DPRD Jaabar.
Dari sejumlah nama ini, terlihat kemenangan Golkar di Jabar merupakan hasil dari kekuatan mesin partai yang bergerak memenangkan publik figur yang sudah mendapat tempat di hati masyarakat. (LITBANG KOMPAS)
Baca juga: Persaingan Parpol dan Caleg di Dapil Jabar I