Membaca Arah Pilihan Pemilih Luar Jawa di Pemilu 2024
Pasangan capres dan cawapres serta partai koalisinya mampu menghimpun kemenangan dari pemilih luar Jawa.
Hasil rekapitulasi KPU hingga 19 Februari 2024 pukul 19.00 WIB menunjukkan, lebih dari setengah pemilih di luar Jawa mengalirkan dukungannya kepada pasangan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka. Sementara untuk partai politik, perolehan suara sejumlah partai politik papan atas masih berjalan ketat.
Keunggulan perolehan suara sementara yang diraih pasangan Prabowo-Gibran tampak meyakinkan dari pemilih di luar Jawa. Dari kluster ini, paslon nomor urut 2 ini berhasil menghimpun 60,4 persen dari total sementara 37.781.044 surat suara.
Baca Berita Seputar Pemilu 2024
Kondisi ini terpaut cukup jauh dibandingkan perolehan sementara paslon 1, Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar dengan 27,6 persen suara dan paslon 3, Ganjar Pranowo-Mahfud MD dengan 12,0 persen suara.
Hasil tersebut sebenarnya tidak jauh berbeda dengan hasil hitung cepat atau quick count Pemilu 2024 yang dilakukan Litbang Kompas dengan data masuk 99,85 persen.
Perhitungan cepat secara nasional (Jawa dan Luar Jawa) menunjukkan pasangan Prabowo-Gibran sudah berada di angka 58,5 persen. Sedangkan pasangan Anies-Muhaimin di urutan kedua dengan 25,25 persen suara dan pasangan Ganjar-Mahfud mengumpulkan 16,3 persen suara.
Keunggulan pasangan Prabowo-Gibran bagi pemilih luar Jawa berlaku bagi semua kelompok usia. Temuan ini turut terekam dalam hasil survei pascapencoblosan atau exit poll yang dilakukan Litbang Kompas saat pemungutan suara pemilu yang digelar pada Rabu (14/2/2024).
Dari kelompok usia generasi Z hingga generasi baby boomers kompak menyumbangkan suara terbesar bagi pasangan Prabowo-Gibran.
Mengonfirmasi temuan pada survei Kompas periode Desember 2023 lalu, pemilih dari generasi Z terlihat sebagai yang paling banyak menyumbangkan suara bagi Prabowo-Gibran, yakni sebesar 67,6 persen. Pola antara pemilih di Jawa dan luar Jawa dari kelompok usia ini cenderung sama. Makin muda usia pemilihnya, makin besar pula memberikan dukungan kepada Prabowo-Gibran.
Dari segi alasan memilih presiden, hasil exit poll menemukan bahwa para pemilih luar Jawa menginginkan pemimpin yang berani atau tegas (21,8 persen), merakyat (19 persen), dan programnya masuk akal (9,6 persen) dan sebagainya.
Motif para pemilih luar Jawa ini dapat dipahami dengan melihat konteks keamanan, sosial-ekonomi, serta pembangunan infrastruktur yang masih memerlukan pemerataan dari pemerintah pusat. Potensi konflik sosial dan ancaman keamanan dari pihak asing lebih rentan dirasakan masyarakat di luar Jawa, terutama mereka yang berada di daerah perbatasan.
Para pemilih luar Jawa tentu ingin pemerintah melanjutkan pembangunan infrastruktur yang selama ini dilaksanakan oleh pemerintahan Presiden Joko Widodo. Jargon ”keberlanjutan” yang diusung pasangan Prabowo-Gibran tampak menjadi program yang masuk akal bagi masyarakat luar Jawa.
Analisis tersebut turut didukung dengan temuan bahwa lebih dari setengah pemilih Jokowi-Ma’ruf di luar Jawa, pada Pilpres 2019 lalu, kini menjatuhkan pilihannya pada Prabowo-Gibran (57,2 persen).
Sebagai pembanding, sebanyak 33,4 persen pemilih Prabowo-Sandiaga di luar Jawa pada Pilpres 2019 lalu mengalihkan dukungannya kepada Anies-Muhaimin.
Namun, tetap saja, hasil itu kurang memberikan dampak signifikan karena mereka yang tidak/belum memilih pada Pilpres 2019, sebanyak 67,2 persen, memilih Prabowo-Gibran. Sementara Ganjar-Mahfud menjadi pasangan yang memperoleh suara paling sedikit karena kurang berhasil merebut hati pemilih Jokowi ataupun Prabowo pada Pilpres sebelumnya.
Baca juga: Mengapa Prabowo Menang, tetapi Gerindra Kalah?
Partai bersaing ketat
Perolehan sementara dari hasil rekapitulasi KPU memperlihatkan persaingan ketat bagi partai-partai papan atas. Di luar Jawa, posisi lima teratas secara berurutan dihuni oleh Partai Golongan Karya (Golkar) sebanyak 16,1 persen suara, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) sebanyak 14,2 persen suara, dan Partai Gerindra sebanyak 13,7 persen suara.
Disusul kemudian Partai Nasional Demokrat (Nasdem) sebanyak 12 persen suara dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) sebanyak 8,8 persen suara. Total rekapitulasi sementara dihimpun sebesar 25.809.069 surat suara atau 57,2 persen.
Jika dilihat dari gugus pulau (Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku-Papua, dan Bali-Nusa), sejumlah parpol mampu mengerahkan basis dukungan pemilih hingga bilik suara.
Partai Golkar sejauh ini unggul di Sumatera (17,4 persen) dan Maluku-Papua (16,2 persen). PDI-P sementara unggul di Kalimantan (17,3 persen) dan Bali-Nusa (20,8 persen). Di Sulawesi, Partai Nasdem unggul sementara di angka 17,0 persen. Sementara Partai Gerindra tampak tidak unggul di mana pun, tetapi mampu menghimpun di atas 10 persen suara di semua gugus pulau.
Secara keseluruhan dari hasil rekapitulasi sementara KPU, Partai Gerindra, PDI-P, dan Partai Golkar bersaing ketat di semua gugus pulau. Selisih hitungan di antara ketiganya hanya berkisar 1-4 persen.
Di samping hasil rekapitulasi suara KPU yang masih berjalan dinamis, peralihan dukungan partai bagi pemilih luar Jawa patut diperhatikan. Temuan ini terlihat dari hasil survei pascapencoblosan atau exit poll yang dilakukan Litbang Kompas. Peralihan pilihan parpol ditelusuri dari perbandingan pengakuan responden terhadap pilihan partai DPR-RI pada Pemilu 2019 dan Pemilu 2024.
Tiga parpol teratas yang relatif memiliki pemilih loyal dari Pemilu 2019 lalu dari luar Jawa, yakni PDI-P (64,7 persen) dan Partai Golkar (42,6 persen).
Meskipun PDI-P terlihat memiliki basis pendukung yang loyal, pada pemilu kali ini para pemilihnya cukup banyak yang beralih memilih partai lain. Partai Gerindra mendapat keuntungan dari 22,9 persen pemilih PDI-P yang berpindah.
Baca juga: Suara Terbuang Terpapas Ambang Batas Parlemen
Preferensi politik
Bagi pemilih luar Jawa, pilihan parpol tidak selalu sejalan dengan arah koalisi parpol atau pasangan capres dan cawapres yang diusung, berlaku pula sebaliknya.
Misalnya, dari hasil exit poll Litbang Kompas, sebanyak 41,3 persen pemilih PDI-P mengaku mencoblos pasangan Prabowo-Gibran. Begitu juga 35 persen pemilih Partai Gelora yang mengaku memilih pasangan Anies-Muhaimin di bilik suara.
Bagaimanapun, persaingan politik di luar Jawa tentu menjadi faktor penting selain memikirkan basis dukungan dari pemilih Jawa. Berdasarkan daftar pemilih tetap (DPT) dari KPU, terdapat sekitar 92 juta pemilih atau 45,1 persen pemilih dari luar Jawa. Apalagi, dukungan elektoral di luar Jawa cenderung relatif statis dibandingkan pemilih Jawa yang dinamis serta cair.
Dengan kondisi demikian, strategi sebelum pemilu berlangsung selalu mengarah pada dua hal, yakni mempertahankan capaian elektoral di Pulau Jawa dan merebut basis dukungan seluas-luasnya di luar Jawa. Safari politik di luar Jawa yang dilakukan selama masa kampanye oleh tiap paslon dan parpol kini tinggal menunggu hasil.
Meski demikian, kontestasi politik tidak dapat dipisahkan begitu saja dari pemahaman dan kajian mendalam terkait permasalahan yang dialami masyarakat di luar Jawa.
Sebagai contoh, tidak sedikit masyarakat luar Jawa yang memandang pembangunan Ibu Kota Nusantara sebagai solusi pemerataan pembangunan ekonomi dan sosial. Kemajuan masyarakat di Pulau Jawa khususnya perkotaan yang sehari-hari dilihat melalui media sosial, ingin pula dirasakan oleh masyarakat luar Jawa.
Perlu diakui, selama 78 tahun Indonesia merdeka, kemajuan sosial-ekonomi masih terpusat di Pulau Jawa. Terbukanya lapangan pekerjaan yang makin banyak, akses transportasi yang memudahkan mobilitas, dan pembangunan infrastruktur seperti jalan tol yang berimbas pada majunya perekonomian.
Kondisi ini menjadi hal-hal yang selalu diharapkan masyarakat luar Jawa. Harapannya, hasil pemilu kali ini mampu membawa pemerataan bagi seluruh wilayah di Indonesia selama lima tahun ke depan. (LITBANG KOMPAS)
Baca juga: Pilihan Telah Solid Jauh Sebelum Pencoblosan