Komeng Sang Pelawak, Berstrategi Jitu Menaklukkan Panggung Politik Nasional
Pelawak Komeng viral di berbagai kanal media sosial karena berhasil merebut jatah kursi ke Senayan.
Di tengah keriuhan Pemilu 2024, pelawak Komeng merebut lampu sorot pembicaraan politik nasional. Namanya viral diperbincangkan di berbagai kanal media sosial karena berhasil merebut jatah kursi ke Senayan.
Lebih dari sepekan masyarakat Indonesia telah mengekspresikan hak politiknya di bilik suara pada 14 Februari 2024 lalu. Perhatian masyarakat lantas segera terpusat pada hasil pemilihan presiden dan wakil presiden untuk lima tahun ke depan. Namun, di tengah keriuhan pembicaraan terkait hasil pemilu tersebut, komedian Komeng mendobrak atensi publik dengan keberhasilannya di medan pemilu legislatif Dewan Perwakilan Daerah.
Baca Berita Seputar Pemilu 2024
Pelawak dan seniman dengan nama asli Alfiansyah Bustami Komeng itu hampir dipastikan akan melenggang ke Senayan sebagai anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD). Meski merupakan pemain baru di kancah politik nasional, ia sukses merebut suara terbanyak di daerah pemilihan (dapil) Jawa Barat. Menurut hasil perhitungan resmi Komisi Pemilihan Umum (KPU) pada 17 Februari 2024 pukul 19.30, Komeng meraih 1.556.735 atau 12,4 persen dari total suara masuk. Perhitungan ini diperoleh dari 52,31 persen total TPS di dapil bersangkutan.
Kepastian Komeng mengamankan jatah kursi DPD itu nyata terlihat ketika mengamati perolehan suara 53 kontestan lain. Ia berhasil memperoleh suara dua kali lipat lebih banyak daripada pesaing terdekatnya, yakni Aanya Rina Casmayanti, yang menghimpun 686.160 suara. Ia tampak semakin jauh meninggalkan pesaing berikutnya, Jihan Fahira, dengan selisih hampir 1 juta suara.
Keberhasilannya yang begitu mencolok tersebut tak ayal menjadi perbincangan hangat warganet di jagat maya. Hal ini terungkap melalui pemantauan media digital dan sosial menggunakan aplikasi Talkwalker selama enam hari (13-18 Februari 2024) dengan query ”Komeng”. Hasilnya, terdapat sedikitnya 335.520 unggahan terkait Komeng. Semua unggahan tersebut menarik 3.752.261 interaksi dari warganet dalam rupa likes, repost, dan komentar.
Baca juga: Prabowo, Pemilu 2024, dan Sorotan Dunia
Dilihat dari pergerakan waktu, percakapan terkait Komeng baru benar-benar muncul pada saat pemungutan suara dimulai, yakni 14 Februari 2024 pukul 09.00-10.00. Puncak kehebohan warganet membicarakan Komeng kemudian terjadi pada malam harinya, yakni pukul 19.00-20.00. Animo ini dipicu mulai meluasnya kabar mengenai foto unik Komeng di kertas suara. Selain itu, mulai dirilisnya real count dari KPU yang menunjukkan keunggulan perolehan suara Komeng juga turut menggenjot tingginya percakapan terkait Komeng di titik ini.
Kagum
Mencermati isi percakapan, rata-rata konten terkait Komeng berisi kekaguman warganet terhadap perolehan suaranya yang besar. Salah satu konten terpopuler mengenai ini adalah unggahan dari akun @medioclub di platform X. Ia menyebutkan bahwa Komeng layak disebut ”man of the match Pemilu 2024” karena mampu meraih suara terbesar meski maju tanpa dukungan partai dan tidak melakukan kampanye secara masif. Unggahan tersebut menjadi konten terpopuler ke-4 dengan 104.900 interaksi dan telah dilihat 4,4 juta kali.
Di sisi lain, kebanyakan warganet juga ramai memperbincangkan keunikan pose foto Komeng di surat suara, yakni menampilkan ekspresi muka jenaka khas miliknya. Keunikan ini salah satunya disampaikan oleh akun @wirashalci di X yang menyebutkan bahwa foto Komeng di surat suara paling berbeda dari kandidat lain. Konten itu berhasil mendapat 73.900 interaksi dan menjadi terpopuler ke-10.
Selain mengundang decak kagum, kemenangan fenomenal Komeng sebagai seorang pelawak yang menaklukkan panggung politik sejatinya bukanlah hal baru. Sebelum Komeng, terdapat sejumlah komedian di belahan dunia lain yang telah berhasil meyakinkan masyarakat bahwa mereka tak hanya pandai menghibur, tapi juga mampu menjalankan tugas pemerintahan.
Baca juga: Kejutan Komeng di Bilik Suara dan Strategi ”Branding” ala Nike
Salah satu contoh yang paling dikenal luas oleh dunia adalah Volodymyr Zelenskyy. Pelawak dan aktor asal Ukraina ini berhasil memenangi pemilu presiden Ukraina pada tahun 2019. Kesuksesannya semakin mentereng ketika ia tidak hanya mengalahkan sang petahana, Petro Poroshenko, tapi juga mendulang kemenangan mutlak dengan raihan 73,23 persen suara.
Contoh lain pelawak yang mampu menorehkan prestasinya di kancah politik adalah Alan S Franken atau sering dikenal Al Franken. Ia sejatinya adalah seorang komedian, aktor, dan penulis naskah asal Amerika Serikat. Franken kemudian banting setir dengan mencalonkan diri sebagai senator Partai Demokrat asal Minnesota pada 2008 dan meraih kemenangan tipis melawan petahana dari Partai Republik saat itu, Norm Coleman. Ia pun kembali terpilih pada periode berikutnya dengan perolehan 53,2 persen suara.
Pendatang baru
Di Indonesia, langkah Komeng sebagai pelawak yang menginjakkan kaki ke panggung politik rupanya juga diikuti rekan-rekan sejawatnya. Setidaknya terdapat 12 komedian Indonesia selain Komeng yang berkontestasi dalam Pemilu Legislatif 2024. Selain Komeng, semuanya mencalonkan diri sebagai anggota DPR.
Sama seperti Komeng, hampir semua dari mereka adalah pendatang baru. Hanya Eko Hendro Purnomo alias Eko Patrio, pelawak dan pembawa acara televisi kawakan, yang sudah terlebih dahulu berkecimpung sebagai senator. Politisi Partai Amanat Nasional ini sudah sejak tahun 2009 berkontestasi di laga Pileg DPR dan selalu terpilih.
Komedian memang memiliki sejumlah keunggulan alami ketika berlaga dalam kontestasi politik. Sebuah riset dari Wanzer dkk (1996), peneliti dari Canisius College dan West Virginia University, menyatakan, orang yang lucu dan pandai melawak kerap dinilai lebih menarik oleh orang di sekitarnya. Alhasil, mereka yang pandai membuat kawannya tertawa kerap lebih populer di lingkaran pertemanan dan lebih mudah diterima di lingkungan sosial yang baru.
Kemudian, penelitian Jenny L Davis dkk (2018), tim periset dari Australian National University dan University of Kentucky, menyatakan bahwa lelucon dan humor merupakan sarana komunikasi politik yang sangat efektif untuk berinteraksi dengan masyarakat. Mereka turut menjelaskan bahwa politisi dapat menggunakan humor untuk membangun interaksi yang lebih partisipatif dan interaktif dengan konstituennya.
Menariknya, dari ketiga belas pelawak tersebut, hanya Komeng dan Eko Patrio yang mampu memastikan kemenangan mereka dalam mengamankan jatah kursi parlemen republik ini. Hal ini dapat dilihat melalui hasil penghitungan suara resmi dari KPU hingga 17 Februari 2024 pukul 19.30.
Baca juga: Petinju Daud Yordan Pimpin Perolehan Suara Sementara Calon Anggota DPD Kalbar
Komeng sudah jelas terpilih sebagai anggota DPD karena menghimpun suara terbanyak di dapilnya. Sementara Eko Patrio menempati urutan pertama perolehan suara di antara kandidat sesama partai di dapil DKI Jakarta I. Di sisi lain, PAN menjadi partai dengan perolehan suara terbanyak ke-4 di dapil tersebut. Dengan jatah kursi dapil Jakarta I sebanyak enam kursi, maka kesempatan Eko Patrio kembali duduk sebagai anggota DPR pun terbuka lebar.
Sebaliknya, sebelas rekan sesama komedian lainnya kemungkinan besar tidak akan lolos ke Senayan. Empat di antaranya berasal dari partai dengan perolehan suara nasional yang masih belum memenuhi ambang batas parlemen sebesar 4 persen. Sementara tujuh lainnya gagal menempati urutan pertama perolehan suara di antara peserta sesama partai. Padahal, berdasarkan perhitungan menggunakan metode Sainte League, partai yang mengusung mereka kemungkinan hanya akan mendapatkan jatah satu kursi.
Hal tersebut menandakan bahwa tidak selamanya status sebagai selebritas atau pelawak dapat membantu seseorang memenangi kontestasi politik. Annisa R Betta dan Taberez A Neyazi, dalam publikasinya tahun 2022, menyatakan bahwa seorang selebritas perlu mengonversi legitimasi kulturalnya menjadi legitimasi politik supaya bisa berhasil dalam kancah politik.
Legitimasi politik
Mereka menjelaskan, legitimasi kultural seorang selebritas telah diperoleh melalui ketenaran dan posisi dalam industri hiburan dan budaya, seperti film, musik, dan acara televisi. Sementara itu, legitimasi politik adalah persepsi publik terhadap kemampuan seseorang untuk dapat memimpin dan membuat kebijakan. Seorang selebritas dapat memanfaatkan karisma, popularitas, ataupun kekuatan material untuk membangun legitimasi politik.
Keberhasilan Komeng dalam memenangi suara mayoritas masyarakat Jawa Barat dapat menandakan bahwa ia berhasil mengubah legitimasi kulturalnya menjadi legitimasi politik. Pencapaian ini diraih pertama-tama dengan mengapitalisasi secara maksimal ketenarannya di tengah masyarakat.
Baca juga: Caleg Artis Belum Dibarengi Kapabilitas Politik sebagai Legislator
Salah satu taktik yang paling jitu adalah dengan mencalonkan diri sebagai anggota DPD. Dengan demikian, ia dapat memasang fotonya di kertas suara. Hal ini tidak mungkin dilakukan rekan-rekan komedian lain yang mencalonkan diri sebagai anggota DPR karena mereka hanya dapat mencantumkan nama di kertas suara.
Komeng pun semakin meningkatkan peluangnya dipilih dengan memasang foto yang nyeleneh, sesuai dengan persona yang telah ia bangun selama berpuluh tahun. Alhasil, banyak orang mengatakan memilih Komeng karena foto yang begitu unik dan berbeda dari kandidat lain.
Meskipun tampak sederhana, strategi ini tak akan berhasil apabila Komeng tidak memiliki citra yang positif di tengah masyarakat. Sejak berkarier di industri hiburan Tanah Air dari medio 1990-an, Komeng dikenal tidak memiliki skandal dan kontroversi. Semua golongan masyarakat pun tampak menyukai gaya leluconnya yang tak hanya jenaka, tapi juga segar dan ”spontan”.
Alfiansyah Bustami Komeng telah memberi warna tersendiri dalam perhelatan Pemilu 2024. Meski dipuji oleh banyak pihak, pekerjaan besar menanti Komeng di Senayan nanti. Ia harus membuktikan bahwa dirinya memiliki legitimasi politik untuk dapat mengemban amanah sebagai wakil rakyat. Bagaimanapun, ia dipilih bukan untuk membuat orang tertawa, tapi untuk membawa perubahan bagi masyarakat republik ini ke arah yang lebih baik. (LITBANG KOMPAS)