logo Kompas.id
RisetDebat Cawapres Menggemakan...
Iklan

Debat Cawapres Menggemakan Pertobatan Ekologis untuk Melestarikan Alam

Indonesia butuh pemimpin yang mampu menyeimbangkan kemajuan ekonomi dan kelestarian ekologis sebagai dasar pembangunan.

Oleh
YOESEP BUDIANTO
· 5 menit baca
Litbang <i>Kompas</i> kembali melakukan jajak pendapat saat debat bertema pembangunan berkelanjutan dan lingkungan hidup, sumber daya alam dan energi, pangan, agraria, masyarakat adat, dan desa. Ketiga cawapres mendapatkan penilaian performa yang baik dengan skor rata-rata di kisaran angka 7.
KOMPAS

Litbang Kompas kembali melakukan jajak pendapat saat debat bertema pembangunan berkelanjutan dan lingkungan hidup, sumber daya alam dan energi, pangan, agraria, masyarakat adat, dan desa. Ketiga cawapres mendapatkan penilaian performa yang baik dengan skor rata-rata di kisaran angka 7.

Indonesia membutuhkan sosok pemimpin yang mampu menyeimbangkan kemajuan ekonomi dan kelestarian ekologis sebagai dasar pembangunan berkelanjutan. Pada debat keempat Pilpres 2024, pertobatan ekologis digemakan sebagai salah satu solusi.

Debat calon wakil presiden (cawapres) yang berlangsung pada Minggu, 21 Januari 2024, memunculkan sebuah istilah menarik, yaitu pertobatan ekologis. Cawapres nomor urut 1, Muhaimin Iskandar, melontarkan istilah tersebut pada segmen kelima saat memberikan tanggapan terhadap jawaban cawapres nomor urut 3, Mahfud MD. Pesan yang disampaikan Muhaimin Iskandar adalah untuk memberikan gambaran jelas bahwa kondisi Bumi sedang memburuk dan butuh komitmen kuat yang menghadapinya.

Baca Berita Seputar Pemilu 2024
Pahami informasi seputar pemilu 2024 dari berbagai sajian berita seperti video, opini, Survei Litbang Kompas, dan konten lainnya.
Kunjungi Halaman Pemilu

”Panas global masuk bagian yang mengakibatkan petani kita gagal panen dan gagal tanam. Saya hanya mengajak Pak Prabowo, Pak Gibran, Pak Mahfud, Pak Ganjar, saya, Mas Anis, dan siapa pun untuk kita sama-sama tobat ekologis. Memperbaiki ke depan menjadi lebih baik lagi. Tobat ekologis penting untuk masa depan kita,” ujar Muhaimin.

Ungkapan itu memiliki makna yang mendalam karena menyertakan istilah tobat ekologis. Pertobatan yang ditempatkan dalam kerangka menghadapi krisis ekologi diberi nama pertobatan ekologis (ecological conversion).

Paulus Silalahi dalam buku Ekologi Integral (2023) menjelaskan krisis ekologi memanggil setiap orang kepada pertobatan. Pertobatan di sini berarti rekonsiliasi dengan dunia dan mengakui bahwa tindakan manusia telah banyak merugikan ciptaan Tuhan.

Pertobatan ekologis akan mendorong untuk mempersembahkan diri demi membarui dunia. Pertobatan ini membutuhkan gabungan kekuatan dan usaha, serta mencakup pertobatan komunal.

Istilah pertobatan ekologis bukan kali ini saja terdengar. Pada 1978, Paus Yohanes Paulus II mengeluarkan ensiklik pertamanya yang berjudul ”Redemptor Hominis”. Saat itu, Paus memberi peringatan bahwa manusia tampaknya hanya melihat lingkungan sebagai komoditas.

Dalam ensiklik tersebut, Paus Yohanes Paulus II memberi peringatan bahwa manusia tampaknya sering tidak melihat makna lain dalam lingkungan alam daripada apa yang berguna untuk segera dipakai dan dikonsumsi. Selanjutnya, Paus Yohanes Paulus II menyerukan pertobatan ekologis global.

Pertobatan ekologis kemudian digemakan lebih kuat oleh Paus Fransiskus melalui ensiklik yang berjudul ”Laudato Si’” (2015). Dalam dokumen yang diakses melalui laman dokumentasi Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), Paus Fransiskus menilai kerusakan ekologis telah melanda setiap sudut Bumi. Tercatat dalam salah satu poin, refleksi teologis dan filosofis tentang situasi umat manusia dan dunia terdengar seperti pesan yang diulang dan abstrak karena sarat akan hal-hal yang belum pernah terjadi dalam sejarah umat manusia.

”Jadi, sebelum mempertimbangkan bagaimana iman membawa dorongan dan tuntutan baru berkaitan dengan dunia kita bersama, saya usulkan berhenti sebentar untuk mempertimbangkan apa yang sedang terjadi dengan rumah kita bersama,” tulis Paus Fransiskus di dalam ensiklik ”Laudato Si’”.

Baca juga: Analisis Debat Cawapres: Kelestarian Lingkungan Jadi Isu Penting

https://cdn-assetd.kompas.id/-7nf5KtYSo6yci2ZqVduxnAmR5Q=/1024x3822/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2024%2F01%2F24%2Fc088a3fd-c235-4293-9ece-4ac4bf49244e_png.png

Gambaran tentang kondisi Bumi yang saat ini memburuk adalah sebuah realitas. Berdasarkan puluhan riset dari beberapa negara yang berjudul ”Safe and Just Earth System Boundaries (2023)”, tujuh dari delapan parameter daya dukung ekosistem Bumi telah terlampaui ambang batasnya. Hal itu berimbas pada membesarnya risiko kegagalan sistem ekologi dunia yang menjadi tumpuan kehidupan umat manusia di seluruh dunia.

Tujuh parameter daya dukung Bumi yang telah melampaui ambang batasnya adalah unsur iklim global, sistem biosfer, dan keanekaragaman hayati; intervensi ekologi terhadap manusia; kualitas air permukaan; keberlanjutan air tanah; serta dua daur biogeokimia global, yaitu siklus nitrogen dan siklus fosfor. Hanya satu yang masih dalam kondisi aman, yaitu polusi udara. Kadar polutan di berbagai lokasi masih sangat beragam sehingga wilayah-wilayah yang bersih mampu menoleransi wilayah dengan tingkat polusi parah.

Parameter daya dukung Bumi yang mayoritas sudah melampai ambang batas itu menimbulkan sejumlah dampak buruk, salah satunya memicu bencana alam. Analisis data kejadian dan kerugian bencana hidrometeorologi oleh Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) sepanjang tahun 1970-2021 menunjukkan kondisi yang memilukan.

Iklan

Urgensi

Beragam bencana bersifat katastrofe yang kian meluas di seantero dunia semakin meneguhkan tentang makna penting menjaga kelestarian alam. Pertobatan ekologis menjadi jalan tengah bagi manusia untuk melakukan perubahan yang berorientasi pada keimanan sekaligus keberlanjutan lingkungan di dunia. Kesadaran ini sangat penting seiring dengan semakin banyaknya keruntuhan ekologi yang berimbas pada munculnya beragam bencana alam.

Sepanjang tahun 2023, setidaknya ada 10 bencana sangat mematikan di dunia. Pertama, kebakaran hutan yang menewaskan sedikitnya 100 orang di Hawaii, AS, pada Agustus 2023. Kekeringan parah dan embusan angin di kepulauan Hawaii menyulut kebakaran selama tiga hari berturut-turut. Kerugian mencapai 5,52 miliar dollar AS (sekitar Rp 86,7 triliun).

Kedua, hujan ekstrem dan banjir bandang di Rwanda yang menewaskan 129 orang dan merusak lebih dari 5.000 rumah.

Ketiga, banjir bandang dan angin kencang akibat topan Mocha di Myanmar yang memakan korban sedikitnya 145 jiwa. Kejadian tersebut muncul pada Mei 2023 dan tercatat sebagai salah satu badai terburuk di kawasan Asia Tenggara.

Keempat, gempa bermagnitudo 5,6 yang terjadi di Nepal pada November 2023 akibat pertemuan lempeng tektonik India dan Asia. Kejadian ini merenggut nyawa 157 orang.

Baca juga:

Sukarelawan penyelamat dan warga setempat menyeberangi jalan yang banjir di Bago, sekitar 80 kilometer timur laut Yangon, Myanmar, Selasa, 10 Oktober 2023.
AP PHOTO/THEIN ZAW

Sukarelawan penyelamat dan warga setempat menyeberangi jalan yang banjir di Bago, sekitar 80 kilometer timur laut Yangon, Myanmar, Selasa, 10 Oktober 2023.

Kelima, banjir bandang di Kongo yang menewaskan lebih dari 438 jiwa. Awal Mei 2023 menjadi waktu yang memilukan bagi penduduk Kongo karena setelah banjir bandang melanda kawasan permukiman warga, segera disusul bencana tanah longsor di sejumlah tempat.

Keenam, badai Freddy di Malawi yang memakan korban jiwa hingga 679 orang serta memaksa ratusan ribu penduduk mengungsi dan meninggalkan tempat tinggalnya hingga beberapa minggu.

Ketujuh, gempa bermagnitudo 6,3 di Afghanistan pada Oktober 2023 yang menewaskan sedikitnya 1.480 orang dan melukai ribuan orang lainnya. Bencana ini kian memperburuk kondisi kerawanan pangan Afghanistan yang terjadi beberapa bulan sebelumnya.

Kedelapan, gempa besar di Maroko dengan kekuatan M 6,8 yang menelan korban jiwa hingga 2.946 jiwa dan melukai 5.674 orang.

Dua bencana terakhir adalah badai Daniel di Libya yang terjadi pada Oktober 2023 dan gempa M 7,8 di Turki serta Suriah. Badai Daniel menewaskan 4.352 orang dan menyebabkan 8.000 orang dinyatakan hilang. Sementara itu, gempa di Turki dan Suriah tercatat paling banyak menyebabkan kematian, yaitu 55.000 jiwa.

Kejadian bencana berskala besar dan kian mematikan menunjukkan bahwa keseimbangan Bumi sedang goyah. Dibutuhkan komitmen kuat dari segenap umat manusia untuk melakukan perubahan. Setidaknya ada empat langkah dasar untuk memulai pertobatan ekologis, yaitu kesadaran diri, berhenti dari kebiasaan yang merusak lingkungan, fokus pada tujuan untuk mengelola lingkungan dengan baik, serta melakukan gerakan komunitas untuk melakukan pertobatan ekologis.

Istilah pertobatan ekologis yang dilontarkan Muhaimin Iskandar menjadi pengingat bagi semua pihak. Kondisi secara global telah menunjukkan pemburukan ekologis, demikian pula di Indonesia. Banyak persoalan lingkungan yang perlu segera ditangani para pemimpin, baik di level nasional maupun daerah. Sosok pemimpin yang berorientasi pada pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan sangat dibutuhkan negeri ini.

Kontestasi politik untuk memilih presiden dan wakil presiden makin mendekati puncaknya, yaitu pemilihan langsung pada 14 Februari 2024. Tiap-tiap pasangan capres dan cawapres memiliki visi misi yang berorientasi pada pembangunan berkelanjutan dan lingkungan hidup.

Pasangan Anies-Muhaimin memiliki tiga misi lingkungan, yaitu kedaulatan pangan dan air, keadilan ekologi, dan pembangunan berkeadilan. Pasangan Prabowo-Gibran menekankan komitmennya terhadap hilirisasi untuk komoditas pertambangan dan pertanian. Salah satu program khususnya adalah ekonomi dan energi hijau untuk tercapainya keberlanjutan di segala lini.

Pasangan Ganjar-Mahfud MD menjelaskan misi lingkungannya ke dalam dua poin utama. Pertama, mempercepat pembangunan ekonomi, salah satunya melalui kedaulatan pangan. Kedua, mewujudkan lingkungan berkelanjutan melalui ekonomi hijau dan biru. Implementasinya dilakukan melalui pengurangan emisi karbon, environmental social and governance, transisi energi, dan ekosistem bahari.

Visi misi mereka terkait lingkungan tersebut sesungguhnya saling menguatkan dan melengkapi. Jadi, siapa pun yang terpilih nanti dapat mengambil esensi dari gagasan para kandidat. (LITBANG KOMPAS)

Editor:
BUDIAWAN SIDIK ARIFIANTO
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000