Menatap Tahun Pemilu Penuh Optimisme
Publik berharap suasana politik terus kondusif. Pemilu diharapkan dapat berlangsung lancar, jujur, adil, dan damai.
Tahun 2023 telah dilalui dengan penuh rasa syukur. Optimisme hadir menyambut tahun 2024 di tengah tantangan yang tidak mudah. Namun, publik meyakini kehidupan mereka akan lebih baik dan berharap pemerintah berupaya lebih serius memperbaiki kesejahteraan masyarakat di tahun pemilu ini.
Sembilan dari 10 responden meyakini kehidupan masy arakat, terutama dari sisi ekonomi dan keuangan, akan lebih baik pada 2024. Hal itu terekam dari hasil jajak pendapat Litbang Kompas di awal pergantian tahun.
Baca Berita Seputar Pemilu 2024
Perekonomian nasional yang sedang lesu berimbas pada kondisi ekonomi dan keuangan masyarakat. Hal itu tecermin dari pertumbuhan ekonomi yang turun di bawah 5 persen pada triwulan ketiga tahun lalu dan tingkat suku bunga yang tinggi yang memengaruhi dunia usaha.
Masyarakat dihadapkan pada harga-harga kebutuhan hidup yang tinggi. Misalnya, harga beras medium di awal tahun 2022 masih sekitar Rp 10.000 per kilogram di tingkat konsumen, pada Oktober 2023 sudah naik menjadi Rp 13.000 per kg. Harga ini di atas harga eceran tertinggi yang ditetapkan pemerintah, yakni Rp 10.900 per kg. Kenaikan harga salah satu kebutuhan pokok ini tentu menggerus pendapatan masyarakat, terutama penduduk miskin. Lonjakan harga pangan tidak saja terjadi pada beras, tetapi juga sejumlah komoditas lain, seperti cabai merah dan rawit, bawang merah, serta gula pasir.
Survei periodik Kompas per Desember 2023 menunjukkan kepuasan publik terhadap kinerja pemerintah bidang ekonomi turun 0,7 persen menjadi 60,8 persen. Khusus terhadap kinerja pemerintah mengendalikan harga-harga barang dan jasa, kepuasan publik di angka 53 persen. Namun, kepuasan terendah ditujukan publik pada upaya pemerintah mengatasi masalah pengangguran (44,5 persen). Lapangan kerja yang tidak cukup tersedia memperburuk kondisi kesejahteraan masyarakat.
Tingkat inflasi selama 2023 yang dilaporkan Badan Pusat Statistik di awal tahun tercatat 2,61 persen, di batas bawah target 2-4 persen. Namun, inflasi rendah itu karena efek basis harga yang telanjur tinggi pada tahun sebelumnya. Pada tahun 2022, inflasi tahunan sebesar 5,51 persen.
Sebanyak 28,3 persen responden jajak pendapat menyatakan kondisi ekonomi dan keuangan keluarga mereka sepanjang tahun 2023 lebih buruk dibandingkan tahun 2022. Namun, ada 34,9 persen responden yang menyatakan lebih baik dibandingkan tahun lalu. Sementara 36,3 persen responden menyatakan sama saja.
Publik mensyukuri hal-hal yang sudah dilalui pada tahun 2023. Dua hal terbesar yang disyukuri terkait kesehatan yang baik (52,3 persen) dan kondisi pencapaian keluarga, termasuk anak (22,1 persen). Kondisi ekonomi dan keuangan juga disyukuri 9,9 persen responden.
Keyakinan publik
Menghadapi tahun 2024, mayoritas responden (93,1 persen) yakin kondisi ekonomi dan keuangan keluarga mereka akan lebih baik. Hal ini setidaknya dilandasi dua hal. Pertama, harapan akan kondisi ekonomi akan membaik serta hal-hal baik yang akan terjadi dan berpengaruh pada kehidupan mereka. Kedua, adanya perencanaan dan upaya yang disusun untuk memperbaiki kondisi agar menjadi lebih baik.
Dilihat berdasarkan status ekonomi dan sosial, keyakinan yang tinggi dalam menghadapi tantangan setahun ke depan dimiliki responden dari kelompok menengah hingga atas dengan persentase 92-98 persen. Sementara kalangan bawah memiliki tingkat keyakinan 85,5 persen. Hal ini berkorelasi dengan kondisi riil yang dihadapi masyarakat kelas bawah, yang sebagian besar hidupnya bergantung pada jaring pengaman sosial yang diberikan pemerintah.
Pengendalian harga-harga barang kebutuhan hidup menjadi harapan terbesar publik kepada pemerintah (29,4 persen). Begitu juga terhadap upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat (25,1 persen), termasuk upaya mengatasi masalah pengangguran. Publik masih berharap program bantuan sosial (bansos) dilanjutkan pada 2024 untuk membantu kalangan lemah.
Bansos tidak hanya masif di masa pemilu. Namun, penyaluran bansos saja tidak cukup dan tidak akan memperbaiki kesejahteraan masyarakat jika harga-harga terus naik dan penghasilan yang didapat tidak memadai. Perhatian pemerintah tentu diharapkan tak hanya fokus pada masyarakat kelas bawah, tetapi juga pada masyarakat menengah yang rentan jatuh ke jurang kemiskinan akibat kenaikan harga-harga.
Baca juga: Wapres: Meneruskan Bansos Berarti Melestarikan Kemiskinan
Tahun politik
Tahun 2024 menjadi tahun politik bagi Indonesia karena akan terjadi pergantian kepemimpinan. Penyelenggaraan pemilu turut berkontribusi menumbuhkan harapan dan keyakinan publik bahwa kondisi ke depan akan lebih baik. Kurang dari satu setengah bulan dari hari pencoblosan, publik berharap suasana politik di masa kampanye terus kondusif. Pemilu diharapkan dapat berlangsung dengan lancar, jujur, adil, dan damai. Hal itu diutarakan sekitar 10 persen responden. Pemerintah harus bekerja serius menjamin keamanan selama pemilu.
Harapan ini jadi penting karena pemilu yang damai akan menentukan stabilitas politik, yang berpengaruh pada ekonomi dan bisnis. Stabilitas politik harus dijaga karena tantangan perekonomian tidak saja berasal dari faktor dalam negeri, tetapi juga faktor global yang penuh ketidakpastian.
Kondisi geopolitik global masih belum stabil. Pasar keuangan global masih akan bergejolak. Sementara dampak perubahan iklim belum sepenuhnya teratasi sehingga masih akan memengaruhi produksi pangan, ketersediaan pasokan, dan distribusinya. Ini juga akan menaikkan harga-harga.
Perekonomian yang terganggu oleh masalah stabilitas politik menjadi ancaman bagi dunia usaha yang bisa berujung pada peningkatan jumlah pengangguran. Kesejahteraan akan semakin menurun. Hal-hal inilah yang harus diantisipasi pemerintah.