Liverpool mengambil momentum menutup tahun 2023 sebagai penguasa paruh musim di panggung Liga Inggris.
Oleh
VINCENTIUS GITIYARKO
·4 menit baca
Memutar lagu lama dapat menjadi bagian dari bernostalgia untuk mencecap kenangan, terutama yang manis. Akan tetapi, lagu lama Arsenal di panggung Premier League saat paruh musim bisa mendatangkan rasa getir bagi pendukungnya. Bagaimana tidak, berada di puncak klasemen pada awal musim, Arsenal mulai melempem dan turun takhta memasuki paruh musim kedua.
Apa yang terjadi pada klub London Utara musim ini seakan mengulang cerita musim lalu. Bahkan, pada awal tahun 2023, muncul sejumlah meme yang menggambarkan Arsenal bagai gajah di atas pohon. Tidak ada yang tahu bagaimana seekor gajah bisa sampai di atas pohon, namun yang pasti, ia akan jatuh juga.
Musim ini, keberuntungan memang tidak berpihak kepada Arsenal menjelang akhir 2023. Dalam lima pertandingan di pengujung tahun, ”The Gunners” hanya mampu sekali menang dan sekali imbang. Tiga pertandingan lainnya berakhir dengan kekalahan Arsenal dari Aston Villa, West Ham, dan Fulham.
Kekalahan terakhir dari Fulham cukup menyesakkan. Unggul terlebih dahulu lewat gol Bukayo Saka pada menit ke-5, Arsenal berbalik ketinggalan dua gol pada akhir laga. Padahal, Fulham yang berada di papan tengah klasemen tidak pernah meraup kemenangan dalam tiga laga sebelum bertanding melawan Arsenal.
Dengan kata lain, Arsenal hanya mampu meraup empat poin dari maksimal 15 poin. Catatan ini sekaligus membuat Arsenal menjadi tim empat besar berpenampilan terburuk di laga pengujung tahun memasuki paruh musim kedua.
Tim asuhan Mikel Arteta ini pun harus rela tak hanya turun dari puncak klasemen, tetapi juga terlempar ke urutan keempat di bawah Liverpool, Aston Villa, dan Manchester City.
Bahkan, dibandingkan dengan Tottenham Hotspur, West Ham, ataupun Brighton Albion yang berada di belakangnya, penampilan Arsenal lebih buruk pada akhir tahun. Ketiga tim di bawah Arsenal itu hanya menelan satu kekalahan dari lima pertandingan terakhirnya.
Di saat Arsenal terseok, Liverpool menutup paruh musim dengan kisah baru. ”The Reds” mengawali tahun 2024 dengan bertengger di puncak klasemen Liga Inggris. Dari lima pertandingan terakhirnya, Liverpool tak pernah kalah dengan catatan tiga kemenangan dan dua hasil seri. Hasil imbang ini pun tampak dapat diterima oleh suporter sebab diperoleh ketika menjamu Manchester United dan Arsenal.
Penampilan paling impresif pada lima laga terakhirnya ditunjukkan Liverpool ketika menundukkan Newcastle, tim yang digadang-gadang akan menjadi kuda hitam musim ini, dengan skor 4-2. Mohamed Salah tampil sebagai motor Liverpool dengan mencetak dua gol, dan dua gol lain dicetak Curtis Jones dan Cody Gakpo.
Di atas kertas, Liverpool memang menjadi tim paling kuat sejauh ini. Dari 20 pertandingan yang telah dilakoni, Liverpool memenangkan 13 laga dan hanya sekali kalah.
Sisanya, enam pertandingan, berakhir seri. Satu-satunya kekalahan dialami Liverpool saat melawan Hotspur pada akhir September 2023. Artinya, secara tren pertandingan terkini, Liverpool merupakan tim yang sulit dikalahkan.
Dilihat dari catatan perolehan poin hingga pertandingan ke-20, Liverpool menjadi tim dengan probabilitas mendulang poin tertinggi, yakni 75 persen. Dari sisi catatan mencetak gol, sejauh ini Liverpool sudah menyarangkan 43 gol ke gawang lawan. Artinya, rasio gol Liverpool adalah 2,15 gol per pertandingan.
Rasio gol Liverpool ini setara dengan posisi kedua klasemen, yakni Aston Villa, dengan catatan kemenangan yang juga sama. Akan tetapi, Villa kalah dari probabilitas mendulang poin dengan angka 70 persen. Dengan catatan ini, konsistensi tim asuhan Unai Emery bisa menjadi kunci untuk penantang kuat Liverpool dalam persaingan juara.
Pesaing kuat lainnya adalah Manchester City. Secara rasio gol, ”The Citizens” lebih unggul dibandingkan Liverpool. Tim asuhan Pep Guardiola ini mampu mencetak 45 gol dari 19 laga yang sudah dijalani. Artinya, City memiliki rasio 2,37 gol per pertandingan dengan probabilitas mendulang poin maksimal 70,2 persen.
Penantang berikutnya adalah Arsenal dengan probabilitas poin maksimal 66,7 persen dan kemampuan mencetak 1,85 gol per pertandingan. Catatan Arsenal ini tipis berada di atas Hotspur di posisi kelima dengan rasio 2,1 gol per pertandingan dan probabilitas mendulang poin 65 persen.
Pertandingan Liga Inggris akan berakhir pada pekan ke-38. Artinya, poin maksimal yang bisa diraih sebuah tim dalam satu musim adalah 114 poin. Berbekal hitungan statistik probabilitas perolehan poin hingga paruh musim ini, Liverpool menjadi kandidat teratas sebagai juara dengan 21,6 persen.
Meskipun demikian, persentase Liverpool hanya unggul tipis di atas Villa dan City yang saat ini masih memiliki probabilitas juara 20,2 persen. Selain itu, masih ada Arsenal dan Hotspur di posisi keempat dan kelima yang memiliki probabilitas juara 18,7 persen.
Berikutnya, mendasarkan hitungan dengan tren selama paruh musim, jika Liverpool menjadi juara, poinnya akan berkisar 83-88 pada akhir musim. Berikutnya Villa dan City, berbekal tren yang sama, akan mengakhiri musim dengan skor 77 hingga 83.
Artinya, di atas kertas, baik City maupun Villa sangat mungkin membalikkan keadaan dengan keluar sebagai juara pada akhir musim.
Sementara dua tim London, yakni Arsenal dan Hotspur, di atas kertas tampak hanya akan mungkin finis terbaik di posisi kedua dengan poin 79 untuk ”The Gunners” dan 77 untuk ”The Spurs”, kecuali ada gebrakan baru yang dilakukan.
Jika Liverpool yang keluar sebagai juara, maka kisah baru akan tertulis bagi tim yang terakhir menjuarai Liga Inggris terakhir musim 2019/2021 ini. Cerita ini sekaligus akan memutus dominasi Manchester City yang sudah tiga kali berturut-turut hingga musim lalu berhasil menjuarai Premier League.
Akan tetapi, mungkin saja terlalu dini berbicara soal juara di paruh musim. Kejutan-kejutan tentunya masih akan banyak terjadi di paruh kedua musim yang akan berjalan.
Keseruan penonton dalam menyaksikan pertandingan sepak bola malah akan meledak dalam kejutan-kejutan yang melampaui hitungan di atas kertas. (LITBANG KOMPAS)