logo Kompas.id
RisetSurvei Litbang ”Kompas”: Satu ...
Iklan

Survei Litbang ”Kompas”: Satu Keluarga, Satu Pilihan Capres

Pilihan terhadap calon presiden cenderung sama di dalam keluarga. Pemilih muda cenderung beda pilihan dengan keluarganya.

Oleh
YOHAN WAHYU
· 4 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/yE47WttIFziLx3DaJofvc_gcPiY=/1024x576/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F10%2F09%2F5eeeb8ef-ced6-4967-9817-e1a7200d078e_jpg.jpg

Temuan ini tertangkap dari hasil survei Litbang Kompas periode Desember 2023 ini. Hampir separuh responden survei menyatakan bahwa pilihan calon presiden di pemilu nanti sama di keluarga mereka. Artinya, hanya ada satu pilihan pasangan calon presiden dan wakil presiden yang sama di dalam satu keluarga.

Sebanyak 45,8 persen responden di survei ini mengaku tidak ada perbedaan pilihan capres dan cawapres di keluarga mereka. Mereka cenderung kompak memilih pasangan capres dan cawapres yang sama. Hal ini berbeda dengan kelompok responden lainnya.

Baca Berita Seputar Pemilu 2024
Baca Berita Seputar Pemilu 2024
Pahami informasi seputar pemilu 2024 dari berbagai sajian berita seperti video, opini, Survei Litbang Kompas, dan konten lainnya.
Kunjungi Halaman Pemilu

Sebanyak 16,6 persen mengaku ada perbedaan pilihan di keluarga mereka atau tidak hanya ada satu pasangan capres dan cawapres yang dipilih mereka.

Menariknya sebagian responden yang lain, yakni kurang lebih 13,7 persen di antaranya menyatakan di keluarga mereka, cenderung lebih demokratis alias tingkat perbedaannya tinggi untuk urusan memilih capres dan cawapres.

Artinya, jika pada pemilihan presiden 2024 ada tiga pasangan calon, ketiganya dipastikan mendapatkan dukungan dari anggota keluarga di kelompok ini.

Dinamika pilihan politik di dalam keluarga ini menarik dicermati. Bagaimanapun, relasi keluarga dan pilihan politik sebenarnya diletakkan pada bagaimana fungsi sosialisasi politik yang ada di dalam unit terkecil dari masyarakat tersebut. Keluarga adalah mikrosistem sosial yang menjadi media atau perantara sosialisasi politik.

Dalam sebuah artikelnya, ”The Role of Child Perception and Motivation in Political Socialization”, Ojeda dan Hatemi (2015) menyebutkan bahwa sosialisasi politik dalam keluarga menempatkan orangtua sebagai agen utama penanaman nilai-nilai politik kepada anggota keluarga, terutama kepada anak.

https://cdn-assetd.kompas.id/eMaLPeu79egy-3SKNb4Fif5eCII=/1024x935/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F12%2F15%2F9be62301-15f5-4e67-9e19-3f2dae752134_png.png

Meskipun demikian, di era demokrasi digital saat ini, di mana arus informasi terbuka lebar dan masif, pemilih-pemilih muda tidak serta merta menopangkan pilihan politik dari arahan atau sosialisasi politik dari orangtua. Pemilih-pemilih muda berpotensi memiliki kemandirian dalam menentukan pilihan politiknya di pemilu.

Hasil survei Litbang Kompas juga merekam kecenderungan ini. Meskipun ada kecenderungan kuat satu keluarga memiliki satu pilihan yang sama terhadap pasangan calon presiden dan wakil presiden, potensi berbeda justru muncul dari anggota keluarga yang lebih muda.

Kecenderungan ini terekam jika dilihat dari masing-masing kelompok pemilih berdasarkan kategori usia atau generasi. Kelompok pemilih Gen Z (< 26 tahun) tercatat sebanyak 4 persen dari kelompok ini mengaku berbeda pilihan capres dengan anggota keluarganya, bahkan dia sendirian berbeda pilihan capres.

Hal yang sama ditemukan dari kelompok responden Gen Y Muda (26-33 tahun). Mereka yang mengaku pilihan capresnya berbeda dengan anggota keluarganya tercatat mencapai 4,9 persen.

Angka tersebut jauh lebih tinggi jika dibandingkan kelompok responden dengan usia atau generasi di atasnya. Kelompok pemilih Gen Y Madya (34-41 tahun) hanya tercatat 1,8 persen yang memiliki pilihan capres berbeda dengan anggota keluarganya yang lain.

Sikap serupa ditunjukkan oleh kelompok pemilih Gen X dan Baby Boomers. Masing-masing keduanya tercatat 2,3 persen dan 2,4 persen yang mengaku memilih capres berbeda sendirian dengan pilihan capres keluarga besarnya.

Hal ini menegaskan, mereka yang masuk kategori pemilih Gen Z dan Gen Y Muda cenderung berpeluang lebih mandiri dan otonom dalam memilih capres tanpa dipengaruhi oleh pilihan capres dari anggota keluarganya yang lain.

Baca juga : Membicarakan Politik dengan Santai

Iklan

Pilihan keluarga

Kecenderungan pilihan capres berbanding lurus dengan pilihan keluarga juga tampak di masing-masing kelompok pemilih pasangan capres dan cawapres.

Di kelompok pemilih pasangan Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar, separuh lebih dari mereka (53,3 persen) mengaku menjadi pilihan sekeluarga alias satu-satunya pilihan yang akan dicoblos di keluarga mereka saat pemilu nanti.

Kelompok pemilih pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka juga mengalami kondisi serupa. Sebanyak 50,1 persen dari pemilih pasangan ini mengaku pilihannya sudah menjadi satu-satunya yang akan dipilih anggota keluarga.

Sekelompok pemuda menonton bareng debat capres di warung masakan padang di Sukabumi Selatan, Kebun Jeruk, Jakarta Barat, Selasa (12/12/2023).
KOMPAS/HIDAYAT SALAM

Sekelompok pemuda menonton bareng debat capres di warung masakan padang di Sukabumi Selatan, Kebun Jeruk, Jakarta Barat, Selasa (12/12/2023).

Dibandingkan pasangan Anies-Muhaimin dan Prabowo-Gibran, pasangan Ganjar Pranowo dan Mahfud MD memiliki kelompok pemilih loyal sekeluarga yang lebih tinggi. Sebanyak 56,9 persen pemilih Ganjar-Mahfud mengaku bahwa pasangan ini sudah menjadi pilihan keluarga.

Sementara jika dilihat dari pemilih yang cenderung berbeda jauh dengan pilihan anggota keluarganya, pemilih Anies-Muhaimin cenderung lebih banyak yang tercatat masuk kategori pemilih ini. Sebanyak 3,9 persen dari pemilih Anies-Muhaimin mengaku memiliki pilihan capres berbeda dengan pilihan keluarganya.

Sementara dari kelompok pemilih Prabowo-Gibran dan pasangan Ganjar-Mahfud MD, jumlah responden yang mengaku pilihan capresnya berbeda sendiri dengan pilihan anggota keluarganya masing-masing tercatat 3 persen dan 1,9 persen.

Baca juga :Presiden Jokowi: Perbedaan Pilihan di Pemilu Jangan Mengoyak Persatuan

Kelas sosial

Lalu bagaimana dengan perbedaan keluarga berdasarkan kelas sosial? Secara umum hampir semua keluarga di kelas yang berbeda juga cenderung sudah memiliki pilihan pasangan capres dan cawapres yang sama alias hanya ada satu pilihan.

Namun, jika dibandingkan jumlah anggota keluarga yang pilihan capresnya berbeda dengan pilihan keluarganya, mereka yang berasal dari keluarga dengan kelas sosial menengah atas cenderung lebih banyak dibandingkan mereka yang berasal dari keluarga menengah bawah.

Dari kelompok responden kelas sosial atas, misalnya, tercatat ada 8,6 persen dari anggota keluarganya yang mengaku memiliki pilihan capres yang berbeda dengan pilihan anggota keluarga yang lain. Sementara dari kelompok responden kelas sosial menengah atas juga terekam angkanya mencapai 4,4 persen.

Jumlah dari kedua kelompok keluarga menengah atas ini lebih tinggi dibandingkan mereka yang ada di bawahnya. Dari kelompok responden kelas sosial bawah dan menengah bawah, yang memiliki pilihan capres yang berbeda dari pilihan keluarganya hanya berkisar kurang dari 3 persen.

https://cdn-assetd.kompas.id/Wye4wDZRWB3mnsKmpjvS27g12RI=/1024x1966/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F12%2F15%2Fb07e09b1-04b0-4316-8f6f-3281bca516f9_png.png

Hal ini memberikan sinyal bahwa mereka yang berasal dari keluarga yang secara ekonomi sosial menengah atas cenderung lebih kritis dan bebas menentukan pilihan capres bagi para anggota keluarganya.

Sementara mereka yang berasal dari keluarga menengah bawah cenderung mengikuti pilihan umum terkait pasangan capres-cawapres dari keluarga besarnya.

Pada akhirnya pendekatan isu berbasis keluarga rasanya penting untuk menarik perhatian para keluarga pemilih di Indonesia.

Pilihan pasangan capres-cawapres yang cenderung tunggal di dalam keluarga sedikit banyak akan memudahkan para kontestan, terutama pasangan capres dan cawapres, mendekati mereka dengan berbasis isu dan program yang berdekatan dengan kebutuhan keluarga. (LITBANG KOMPAS)

Baca juga : Partai Politik Gencar Dekati Pemilih Muda

Editor:
ANDREAS YOGA PRASETYO
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000