logo Kompas.id
RisetParpol Papan Tengah dan Bawah ...
Iklan

Parpol Papan Tengah dan Bawah Dinamis

Persaingan parpol papan tengah dan bawah dinamis setelah penetapan capres-cawapres. Pilihan publik menunjukkan dinamika.

Oleh
YOHANES MEGA HENDARTO
· 3 menit baca
Para pemimpin partai politik parlemen, yaitu dari PPP, PKS, Partai Demokrat,  Partai Golkar, PKB, PAN, dan Partai Nasdem (dari kiri ke kanan), berkumpul dalam Silaturahmi Politik Awal Tahun di Hotel Dharmawangsa, Jakarta Selatan, Minggu (8/1/2023). Delapan parpol parlemen menyatakan penolakan wacana penerapan sistem proporsional tertutup dalam pelaksanaan Pemilu 2024.
KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO

Para pemimpin partai politik parlemen, yaitu dari PPP, PKS, Partai Demokrat, Partai Golkar, PKB, PAN, dan Partai Nasdem (dari kiri ke kanan), berkumpul dalam Silaturahmi Politik Awal Tahun di Hotel Dharmawangsa, Jakarta Selatan, Minggu (8/1/2023). Delapan parpol parlemen menyatakan penolakan wacana penerapan sistem proporsional tertutup dalam pelaksanaan Pemilu 2024.

Selain dinamika empat parpol dengan elektabilitas di papan atas (lebih dari 7 persen), dinamika parpol papan tengah dan bawah (kurang dari 7 persen) hasil survei Kompas Desember 2023 juga menarik disimak.Sorotan pertama perlu diberikan kepada Partai Demokrat yang tergeser dari posisi papan atas. Kendati masih berpotensi mengamankan kursi parlemen dengan elektabilitas 4,5 persen, Partai Demokrat menunjukkan penurunan lebih kurang 2 persen dibandingkan dengan survei Agustus 2023.

Dinamika proses pembentukan koalisi capres dan cawapres yang membuat Demokrat beralih koalisi, dari semula di barisan Koalisi Perubahan yang mengusung Anies Baswedan sebagai capres kemudian beralih mendukung Prabowo Subianto, turut memengaruhi persepsi publik pada partai ini.

Baca Berita Seputar Pemilu 2024
Pahami informasi seputar pemilu 2024 dari berbagai sajian berita seperti video, opini, Survei Litbang Kompas, dan konten lainnya.
Kunjungi Halaman Pemilu

Karakter pemilih Partai Demokrat pun relatif cair. Meskipun sebagian besar pemilihnya mendukung pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, sebagian lainnya tetap menyebar ke pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar dan Ganjar Pranowo-Mahfud MD.

https://cdn-assetd.kompas.id/dfXEaNun5YVfzaLemlvpPsua-nc=/1024x1024/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F12%2F11%2F836e8479-b515-4e32-a6f3-af0231184de4_jpeg.jpg

Di tingkat elektabilitas yang sama sebesar 4,5 persen, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) mengalami penurunan 1,8 poin dibandingkan dengan Agustus 2023. Soliditas pemilih PKS mendukung pasangan Anies-Muhaimin rupanya belum cukup mengangkat elektabilitas partai kali ini. Padahal, dibandingkan antara survei Mei 2023 dan Agustus 2023, PKS berhasil menaikkan elektabilitas sebanyak 2,5 persen suara.

Sementara itu, Partai Amanat Nasional (PAN) mulai menunjukkan perbaikan elektabilitas sejak survei Mei 2023. Saat itu PAN mengumpulkan elektabilitas 3,2 persen, lalu pada survei Agustus 2023 mengalami kenaikan 0,2 poin menjadi 3,4 persen. Pada survei terbaru, PAN berhasil menghimpun 4,2 persen atau naik 0,8 poin.

Keputusan PAN untuk merapatkan barisan ke koalisi Prabowo-Gibran tampaknya turut memengaruhi kenaikan tersebut. PAN juga mendapat tambahan pemilih yang sebelumnya mendukung partai-partai papan atas, seperti Gerindra, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), dan Partai Golkar. Namun, upaya memoles citra partai dengan tampil mendekati ceruk pemilih muda masih perlu ditingkatkan karena proporsi pendukung PAN tetap cenderung menumpuk di generasi milenial (24-40 tahun).

https://cdn-assetd.kompas.id/U30wFEI4ohOjEjcxamBwHrmLSgM=/1024x790/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F12%2F12%2Fd9454fdd-9bce-474d-a3e6-91801dcf6e22_jpg.jpg

Persebaran

Iklan

Masih di partai papan tengah dan bawah, Partai Persatuan Pembangunan (PPP) relatif mampu mempertahankan posisi dengan elektabilitas 2,4 persen. PPP mengalami kenaikan 0,8 poin dibandingkan dengan survei Agustus 2023 meskipun angkanya belum setinggi pada Mei 2023 (2,9 persen).

Arah dukungan PPP ke pasangan Ganjar-Mahfud dan basis pemilih di Jawa Tengah kelihatan berdampak terhadap kenaikan elektoral. Sementara itu, tren negatif elektoral dialami Partai Persatuan Indonesia (Perindo) yang tingkat keterpilihannya kali ini turun menjadi 1,7 persen.

Parpol lain yang berada di papan bawah menunjukkan perubahan tipis kenaikan dan penurunan tingkat keterpilihan. Partai Buruh, Partai Bulan Bintang (PBB), dan Partai Ummat naik 0,1-0,2 poin saja. Sebaliknya, penurunan dialami Partai Garda Perubahan Indonesia (Garuda) dan Partai Gelombang Rakyat (Gelora) masing-masing 0,2 persen. Berbeda dengan yang lain, Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) justru stagnan di 0,8 persen.

Perubahan naik dan turun elektabilitas pada survei kali ini juga dipengaruhi faktor kewilayahan. Partai Gerindra yang tercatat naik elektoralnya sebanyak 3,0 poin menguasai para pemilih di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua. PDI-P yang telah tergeser hanya mampu menguasai para pemilih di Jawa dan Bali-Nusa Tenggara.

Ketua Umum PPP Mardiono berjabat tangan bersama Ketua Umum Partai Hanura Oesman Sapta Odang dan Ketua Umum Partai Perindo Hary Tanoesoedibjo (dari kiri ke kanan) seusai menghadiri pertemuan di Kantor DPP PDI-P, Jakarta, Senin (4/9/2023).
KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO

Ketua Umum PPP Mardiono berjabat tangan bersama Ketua Umum Partai Hanura Oesman Sapta Odang dan Ketua Umum Partai Perindo Hary Tanoesoedibjo (dari kiri ke kanan) seusai menghadiri pertemuan di Kantor DPP PDI-P, Jakarta, Senin (4/9/2023).

Aspek kewilayahan yang menjadi kantong-kantong suara tiap parpol sejauh ini masih perlu dicermati. Dari ke-18 parpol yang bertarung, hanya Partai Nasdem (36,8 persen), Partai Gelora (66,7 persen), Partai Hanura (63,6 persen), Partai Garuda (50,0 persen), dan Partai Ummat (40,0 persen) yang memiliki kantong suara terbesar di Sumatera dibandingkan dengan gugus pulau lainnya. Selama ini Sumatera memang masih menjadi labuhan kedua bagi partai politik untuk mendirikan basis dukungannya setelah Jawa.

Sebanyak 13 parpol lainnya masih mengandalkan basis dukungan di Jawa yang memiliki jumlah pemilih terbanyak. Boleh dikatakan PKB (10,8 persen), Partai Gerindra (19,4 persen), dan PDI-P (20,7 persen) adalah tiga partai besar yang bersaing untuk memperebutkan hati pemilih di Jawa.

Guna meningkatkan elektabilitas, lahan pertarungan potensial bagi parpol terarah pada para pemilih di Jawa dan Sumatera. Pemilih bimbang atau belum menentukan pilihan di dua pulau ini terbilang cukup besar. Jumlah pemilih bimbang di Sumatera tercatat 22,9 persen, sedangkan di Jawa sebesar 17,2 persen.

Baca juga: Identitas Kepartaian Ditimang Gimik Politik

Dinamika perubahan elektabilitas masih terbuka untuk partai-partai di papan menengah dan bawah. Semua partai politik memerlukan upaya ekstra untuk mengangkat elektabilitas mereka.

Kerja keras diperlukan karena durasi kampanye tinggal sekitar dua bulan lagi. Partai papan bawah, yang sebagian nonparlemen dan masih baru, dihadapkan pada tantangan mendongkrak popularitas di mata pemilih yang rata-rata masih berada di angka 30 persen. Hasil itu terbilang minim dibandingkan dengan rerata parpol menengah dengan 65 hingga 75 persen, sedangkan parpol papan atas memiliki angka kepopuleran 75 hingga 90 persen. (LITBANG KOMPAS)

Baca juga: Partai Baru Berjalan di Lorong Sempit

Editor:
MARCELLUS HERNOWO
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000