Eliud Kipchoge memenangi Berlin Marathon 2023 untuk yang kelima kalinya. Adapun Tigst Assefa memecahkan rekor dunia baru untuk kelompok pelari perempuan.
Oleh
GIANIE
·4 menit baca
REUTERS/FABRIZIO BENSCH
Pelari Kenya, Eliud Kipchoge
Perhelatan Berlin Marathon tahun ini menjadi keikutsertaan Si Raja Marathon Eliud Kipchoge yang keenam kalinya. Setelah dua kali memecahkan rekor dunia, kali ini Eliud ”Back to Berlin” untuk menjadi pelari pertama yang merajai lintasan Berlin sebanyak lima kali. Rekor dunia diciptakan oleh pelari Tigst Aseefa, yang tahun lalu juga menjuarai Berlin Marathon di kelompok perempuan.
Berlin Marathon yang terselenggara kemarin, 24 September 2023, menyajikan kompetisi ketat pelari-pelari elite maraton dunia, terutama di kelompok pelari pria. Eliud Kipchoge dari Kenya berhasil mempertahankan gelar juaranya dengan mencatat waktu 2 jam 2 menit 42 detik. Catatan waktu ini 1 menit 33 detik lebih lama dibandingkan pencapaiannya tahun lalu. Rekor dunia yang tercipta atas namanya tahun lalu belum terpatahkan.
Berselisih hanya 31 detik dari Eliud, pelari dari Kenya lainnya, yaitu Vincent Kipkemoi, berhasil menyusul di posisi kedua dengan catatan waktu 2 jam 3 menit 13 detik. Sementara terpaut hanya 11 detik dari Kipkemoi, pelari Etiopia Tadese Takele menempati posisi ketiga dengan catatan waktu 2 jam 3 menit 24 detik.
Dengan kemenangan ini, Eliud Kipchoge menciptakan rekor baru sebagai pelari pertama yang berhasil memenangi ajang Berlin Marathon sebanyak lima kali, yaitu tahun 2015, 2017, 2018, 2022, dan 2023. Dua di antaranya tercatat menjadi rekor dunia, yaitu tahun 2018 dan 2022.
Tahun lalu Eliud memecahkan rekor dunia dengan catatan waktu 2 jam 1 menit 9 detik (2:01:09). Posisi Eliud pada saat itu dengan empat kali juara di Berlin menyamai prestasi pelari legendaris Haile Gebrselassie (Etiopia) yang juga pernah menang sebanyak empat kali berturut-turut (2006-2009) di Berlin. Gebrselassie juga dua kali memecahkan rekor dunia, yaitu pada 2007 dan 2008.
AP PHOTO/SHUJI KAJIYAMA
Pelari Kenya, Eliud Kipchoge (tengah), saat memimpin lari final maraton putra Olimpiade Tokyo 2020. Kipchoge adalah pemegang rekor dunia maraton dengan catatan waktu 2 jam 1 menit dan 39 detik yang dibuatnya pada 2018 di Berlin.
Berlin Marathon menjadi tempat lahirnya rekor-rekor dunia. Pasalnya, lintasan lari di Berlin ini terkenal yang paling landai atau datar di antara ajang maraton utama dunia lainnya. Juga yang paling banyak lintasan yang lurus.
Inilah yang menjadi potensi pecahnya rekor-rekor dunia yang baru. Sejak diselenggarakan pertama kali pada 1974, Berlin Marathon telah mencatat sebanyak 13 kali pemecahan rekor dunia hingga tahun ini.
Kali ini Eliud datang dengan tekad menjadi pelari pertama yang menang di Berlin sebanyak lima kali. Tekad ini untuk mengobati kekecewaannya karena gagal juara di Boston Marathon pada 17 April lalu. Di Boston, Eliud finis di urutan keenam karena masalah di kaki kirinya.
Kekalahan di Boston ini menggagalkan rencananya untuk menjadi pelari pertama yang menang di semua ajang maraton utama dunia (World Major Marathon/WMM). Maka, ia pun tidak jadi mengikuti New York Marathon di bulan November nanti. Selain Berlin, Eliud sebelumnya juga pernah memenangi Chicago, London, dan Tokyo. Tinggal New York Marathon yang belum pernah diikutinya.
Keinginan untuk menang lima kali di Berlin inilah yang membuat Eliud kembali ke Berlin, ke tempat yang sangat spesial baginya. Dalam salah satu wawancaranya pada 21 September lalu, Eliud menyebut Berlin sebagai jalan miliknya (my own street). Maka, menjelang maraton dimulai, ramai tagar ”Back to Berlin” yang mengiringi pemberitaan mengenai Eliud.
Seandainya Eliud menang di Boston pada April lalu, ceritanya mungkin akan berbeda. Sangat mungkin Eliud melewatkan Berlin Marathon dan memilih mengikuti New York Marathon untuk mengejar rekor pelari pertama yang menjuarai seluruh ajang WMM.
Eliud biasanya mengikuti dua maraton dalam setahun, masing-masing pada musim semi (awal tahun) dan musim gugur (akhir tahun). Impian menjuarai ajang WMM bukan hanya milik Eliud.
Pelari Kenya lainnya yang saat ini sudah menjuarai ajang WMM adalah Evan Chebet, yaitu Boston pada 2022, New York pada 2022, dan Boston pada 2023. Ia potensial menjadi pesaing berat Eliud. Ada juga Benson Kipruto, juga dari Kenya, yang memenangkan Boston pada 2021 dan Chicago pada 2022.
Di kelompok pelari elite perempuan, rekor dunia baru tercipta oleh Tigst Assefa, pelari asal Etiopia, dengan catatan waktu 2 jam 11 menit 53 detik.
Catatan waktu ini lebih cepat 3 menit 44 detik dibandingkan saat ia memenangi Berlin Marathon tahun lalu. Assefa menjuarai Berlin Marathon dua kali berturut-turut seperti yang pernah dilakukan Eliud Kipchoge, yaitu 2017-2018 dan 2022-2023.
Kemenangan Assefa ini menjadi prestasi yang fantastis karena ia sekaligus memecahkan rekor dunia baru, melampaui rekor dunia sebelumnya yang dipegang oleh Brigid Kosgei (Kenya) di ajang Chicago Marathon 2019. Catatan waktu Brigid Kosgei saat itu adalah 2 jam 14 menit 4 detik. Assefa mampu lebih cepat 2 menit 21 detik.
Prestasi Assefa ini mengundang decak kagum karena keikutsertaannya di dunia maraton tergolong baru, dengan kemajuan yang dramatis. Assefa yang berusia 29 tahun ini baru ikut maraton tiga kali. Berlin Marathon 2023 ini adalah maraton pertama yang diikutinya tahun ini.
Sebelumnya, ajang maraton yang menjadi debutnya adalah Riyadh Marathon (Arab Saudi) pada Maret 2022. Jarak 42,195 kilometer atau 26,2 mil diselesaikannya dalam waktu 2 jam 34 menit 1 detik. Selanjutnya, dia mengikuti Berlin Marathon 2022 di bulan September dan langsung memenanginya dengan catatan waktu 2 jam 15 menit 37 detik.
REUTERS/MICHAEL DALDER
Suasana Berlin Marathon 2017.
Dengan rekor baru ini, daftar pelari yang memecahkan rekor dunia di lintasan Berlin bertambah menjadi 13 kali. Sebanyak 9 rekor dunia berasal dari kelompok pelari elite pria periode 1998-2022 dan sisanya dari kelompok pelari elite perempuan periode 1977-2023.
Rekor dunia di lintasan Berlin dari kelompok pelari pria silih berganti disumbang oleh pelari Kenya (6 kali), pelari Etiopia (2 kali) dan pelari Brasil (sekali). Sementara empat kali rekor dunia di Berlin dari kelompok pelari perempuan masing-masing disumbang oleh pelari dari Jerman (1977), Kenya (1999), Jepang (2001), dan Etiopia (2023).
Kenyamanan dan kemewahan berlari di Berlin bukan semata karena lintasannya yang datar, melainkan juga cuacanya yang sejuk sehingga mendukung untuk berlari jarak jauh. Bukan hanya pelari elite yang berulang menjajal lintasan ibu kota negara Jerman yang ikonik ini, pelari umum atau pelari gembira pun ketagihan untuk kembali datang.
Eliud Kipchoge, Tigst Assefa, pelari elite lainnya, atau siapa saja boleh jadi akan selalu ”Back to Berlin” untuk menciptakan rekor-rekor baru. Karena sesuai dengan tagline-nya ”Run for Joy”, lintasan Berlin menyajikan pengalaman berlari yang menyenangkan bagi setiap pesertanya. (LITBANG KOMPAS)