Refleksi Panggung Politik di Lantai Bursa
Dinamika politik menjelang Pemilu 2024 juga turut mengundang respons dari lantai bursa. Bagaimana reaksi bursa saham pada titik-titik krusial pendeklarasian bakal calon presiden sejauh ini?
Politik dan ekonomi bertali-temali. Dinamika di panggung politik memengaruhi ekspektasi dan perilaku pasar, termasuk di lantai bursa. Begitu pula saat deklarasi bakal calon presiden dan bakal calon wakil presiden menjelang Pemilu 2024, bursa saham bereaksi.
Tentu saja, faktor politik tidak menjadi satu-satunya variabel yang menyebabkan fluktuasi bursa saham. Ada banyak variabel dan faktor lain yang bisa menyebabkan turun dan naiknya bursa saham. Kendati begitu, analis dan peneliti di dalam dan luar negeri cukup kerap mencoba mencari relasi antara peristiwa politik penting, termasuk pemilihan presiden, dan perubahan bursa saham.
Salah satu alasan pertalian antara peristiwa politik dan bursa saham ialah karena investor menunggu calon pemimpin bangsa yang sesuai dengan ekspektasinya. Sosok calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) ditimbang mana yang lebih tepat dan menguntungkan tidak hanya untuk kehidupan bernegara, tetapi juga keberlangsungan ekonomi dan bisnis.
Dinamika politik dalam dua pekan terakhir yang mengubah peta koalisi menuju Pemilihan Presiden 2024 direspons investor di bursa saham dengan positif. Penerimaan investor cukup baik meski tidak sangat tinggi terhadap perubahan komposisi partai di Koalisi Perubahan untuk Persatuan yang berujung pendeklarasian Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar sebagai bakal capres dan cawapres 2024.
Perubahan cepat yang mencuat akhir Agustus 2023 terkait dilamarnya Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar oleh Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh untuk mendampingi Anies dan narasi kekecewaan dari Partai Demokrat yang menyertainya tidak sampai menimbulkan sentimen negatif dari para investor.
Sehari setelah langkah Surya Paloh tersebut terbuka ke publik, pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik 8,82 poin atau 0,13 persen. Hingga sehari sebelum pendeklarasian 2 September 2023, tren indeks terus naik, yakni 19,81 poin (0,28 persen).
Sehari setelah deklarasi, indeks naik 19,10 poin atau 0,27 persen dibandingkan sehari sebelum deklarasi. Dengan demikian, selama empat hari aktivitas bursa (30 Agustus 2023 hingga 4 September 2023), di kala jagat politik sedang riuh, indeks saham naik 38,91 poin atau 0,56 persen.
Reaksi investor di lantai bursa ini bisa pula kita cermati saat pendeklarasian bakal capres yang terjadi sebelumnya. Hingga saat ini terdapat tiga nama yang telah diusulkan koalisi partai sebagai capres untuk bertarung pada Pemilu Presiden 2024.
Deklarasi pencalonan diawali dengan munculnya nama Menteri Pertahanan Prabowo Subianto pada Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Partai Gerindra tahun 2022 hingga nama Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo pada tahun ini.
Reaksi pasar terhadap pendeklarasian ketiga nama capres ini bervariasi, tidak selamanya positif, tetapi juga tidak selalu negatif. Indikator dari reaksi investor atau emiten terhadap deklarasi capres bisa dilihat dari pergerakan IHSG. Reaksi pasar dilihat dengan membandingkan IHSG sehari setelah deklarasi (H+1) dengan sehari sebelum deklarasi (H-1).
Meski demikian, turun-naiknya indeks saham tidak dipengaruhi oleh dinamika politik semata. Tentu ada faktor fundamental ekonomi yang turut menentukan, baik di level perusahaan terkait dengan aksi-aksi korporasi yang dilakukan maupun di level ekonomi makro. Secara makro, kondisi perekonomian nasional saat ini cukup baik, ditandai dengan tren pertumbuhan ekonomi yang stabil sejak awal tahun 2022.
Prabowo Subianto
Pada hari ketika Prabowo Subianto dideklarasikan sebagai bakal capres dalam Rapimnas Partai Gerindra, 12 Agustus 2022, IHSG ditutup melemah dan pelemahan masih berlanjut keesokan harinya. Dengan membandingkan H+1 dengan H-1 deklarasi, terjadi penurunan IHSG sebanyak 67,11 poin atau minus 0,94 persen.
Namun, pada hari ketika Prabowo dideklarasikan sebagai bakal capres oleh Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya yang terdiri atas empat partai, yakni Partai Gerindra, Partai Kebangkitan Bangsa, Partai Golkar, dan Partai Amanat Nasional, pada 13 Agustus 2023, pasar saham bereaksi positif. IHSG H+1 meningkat dan jika dibandingkan dengan indeks H-1 terjadi penambahan 30,19 poin atau 0,44 persen.
Baca juga : Lobi-lobi Gencar di Balik Perjodohan Anies-Muhaimin
Baca juga : Sekjen PDI-P Puji Museum SBY-Ani, Sinyal Buka Pintu untuk Demokrat?
Baca juga : Sebulan Jelang Pendaftaran, Pendamping Prabowo Subianto Masih Tunggu Pertemuan Para Ketua Umum
Kenaikan ini bisa dikatakan tidak signifikan. Kondisi ini agaknya disebabkan peluang Prabowo menjadi bakal capres sudah bisa diprediksi jauh-jauh hari dan tidak menjadi sesuatu yang mengejutkan. Sosok Prabowo sudah sangat dikenal karena berada dalam lingkaran pemerintahan dan sudah dua kali pemilu maju sebagai capres. Modal politik Prabowo cukup kuat untuk bertarung pada Pilpres 2024.
Anies Baswedan
Reaksi bursa yang fluktuatif tampak pada saat Anies Baswedan dideklarasikan sebagai bakal capres. Pendeklarasian Anies dilakukan empat kali oleh Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) yang terdiri dari Partai Nasdem, Partai Keadilan Sejahtera, dan Partai Demokrat, baik secara sendiri-sendiri maupun ketiga partai secara bersamaan.
Pada saat Anies pertama kali dideklarasikan oleh Partai Nasdem pada 3 Oktober 2022, indeks sempat turun, tetapi keesokan harinya kembali naik dengan penambahan 31,46 poin atau 0,45 persen dibandingkan sehari sebelum deklarasi.
Ketika Anies dideklarasikan PKS sebagai bakal capres pada 23 Februari 2023, reaksi bursa saham masih positif dengan perubahan 46,61 poin (0,68 persen). Namun, ketika dideklarasikan sebagai bakal capres oleh Demokrat pada 2 Maret 2023, reaksi bursa tercatat negatif dengan penurunan 31,3 poin (minus 0,46 persen).
Meski demikian, ketika koalisi tiga partai bersama-sama mendeklarasikan Anies pada 24 Maret 2023, reaksi pasar saham kembali positif dengan perubahan 17,32 poin (0,26 persen).
Pendeklarasian Anies sebagai bakal capres juga tidak menimbulkan perubahan yang signifikan di bursa saham seperti halnya saat pendeklarasian Prabowo sebagai capres. Hal ini bisa jadi karena sosok Anies sebagai capres belum diketahui dampaknya secara ekonomi dan bisnis atau investor masih menunggu perkembangan selanjutnya.
Ganjar Pranowo
Reaksi bursa saham terhadap pendeklarasian Ganjar Pranowo berbeda dengan sentimen positif yang lebih tinggi dibandingkan dua bakal capres lain. Ganjar diumumkan sebagai bakal capres oleh Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Megawati Soekarnoputri pada 21 April 2023, sehari menjelang hari raya Idul Fitri 1444 H.
Saat itu pasar saham tidak beraktivitas. Namun, ketika bursa saham kembali dibuka, terjadi peningkatan IHSG 88,33 poin atau naik 1,29 persen dibandingkan hari terakhir beraktivitas sebelum Lebaran.
Selang lima hari kemudian, ketika Partai Persatuan Pembangunan (PPP) menyatakan bergabung dengan PDI-P dan mendukung Ganjar sebagai bakal capres, bursa saham juga bereaksi positif dengan peningkatan IHSG sehari setelah deklarasi 123,67 poin (1,81 persen) dibandingkan sehari sebelum deklarasi.
Peningkatan indeks ini adalah yang tertinggi di antara momen-momen deklarasi bakal capres yang sudah berlangsung. Pendeklarasian Ganjar sebagai bakal capres ini agaknya sudah ditunggu-tunggu investor sehingga langsung disambut positif.
Sebelum itu sempat muncul polemik di ruang publik soal siapa yang akan dipilih Megawati sebagai bakal capres hingga akhirnya dijatuhkan pilihan kepada Ganjar. Bergabungnya PPP ke koalisi bersama PDI-P kian menambah sentimen positif karena dianggap sebagai simbol kolaborasi antara partai nasionalis dan religius.
Dinamika di panggung politik masih akan berlanjut mewarnai lantai bursa. Penentuan calon wapres untuk dua capres lain masih ditunggu para investor. Sentimen dari para investor ini bisa berubah sewaktu-waktu, tergantung sejauh mana cawapres yang akan dipilih capres sesuai dengan ekspektasi mereka.
Namun, pada akhirnya lantai bursa akan beradaptasi dengan capres-cawapres yang akan terpilih kelak karena ekonomi dan bisnis harus terus berlanjut.