Penjualan PlayStation 2 Masih Tertinggi Sepanjang Masa
PlayStation 2 masih merajai penjualan konsol gim video paling laris sepanjang masa. Secara global, PlayStation dibuntuti oleh Nintendo.
Hingga Mei 2023, Statista mencatat konsol video gim PlayStation 2 (PS2) masih menjadi perangkat permainan video yang paling laris sepanjang masa dengan angka penjualan 158,7 juta unit. Pesaing terdekat PlayStation adalah Nintendo. Dengan penjualan sebanyak 154,02 juta unit, Nintendo DS membubuti PS2 di posisi kedua.
Menariknya, dua konsol gim video ini bukanlah rilisan yang cukup baru dari kedua pabrikan gim ini. PlayStation 2 merupakan konsol gim yang dirilis Sony sekitar awal tahun 2000. Sementara Nintendo DS merupakan konsol permainan genggam yang diproduksi pada tahun 2004.
Nama DS ini merujuk pada dual screen. Bentuk dari Nintendo DS mirip laptop, tetapi dengan ukuran layar mini, yakni sekitar 3 inci saja. Berbeda dengan PlayStation yang harus dimainkan dengan menyambungkannya ke televisi, Nintendo DS bisa dimainkan secara fleksibel.
Jika kembali pada peringkat yang dirilis Statista, Nintendo melanjutkan peringkat ketiga dengan berhasil menjual Nintendo Switch sebanyak 125,79 juta. Begitu pula para peringkat keempat, konsol gim video rilisan Nintendo, Game Boy, berhasil terjual sebanyak 118,69 juta unit. Barulah pada posisi kelima baru bertengger PlayStation 4 yang berhasil terjual sebanyak 117,04 juta unit.
Dalam persaingan global dalam hal pembuatan konsol gim video dengan Jepang, Amerika Serikat bisa dikatakan kalah saing. Konsol gim video besutan Microsoft, Xbox 360, baru muncul pada urutan kesembilan dalam daftar penjualan terbanyak, yakni 85,73 juta unit.
Posisi Xbox generasi kedua ini setingkat di bawah PlayStation 3 yang terjual sebanyak 87,4 juta unit dan setingkat di atas Game Boy Advance yang terjual sebanyak 81,51 juta unit.
Baca juga : Playstation Incar Pengguna Keluarga
PlayStation
Kembali melihat kiprah PlayStation dalam hal persaingan gim video menjadi menarik melihat PlayStation 2 sebagai konsol yang paling banyak terjual. PS2 merupakan generasi kedua dari PlayStation yang lebih dahulu dipasarkan di Jepang pada akhir 1994 dan di Amerika Serikat menjelang akhir 1995.
PlayStation generasi pertama masih bisa bertahan hingga sekitar tahun 2005 sebelum akhirnya menemui senjanya setelah PS2 lebih banyak merebut perhatian gamers di seantero dunia. Hal yang paling signifikan direvolusi oleh PlayStation dalam generasi keduanya ini adalah soal grafis video.
Dalam permainan sepak bola Winning Eleven atau Pro Evolution Soccer, misalnya, pengembangan grafis cukup signifikan tampak dari wajah para pemain bolanya. Wajah pemain bola yang ada ketika memainkan PlayStation 2 lebih menyerupai bagaimana pemain aslinya. Bentuk wajah detail mulai diperhatikan.
Sebelumnya, dalam PlayStation generasi pertama, karakteristik pemain lebih cenderung hanya memperhatikan ciri umum, seperti warna kulit, gaya rambut, dan ciri fisik pemainnya. Namun, dalam PlayStation 2 ciri pemain terutama di bagian wajah lebih detail. Selain itu, gameplay di lapangan juga lebih tampak diusahakan serealistis mungkin dalam PS2.
Detail soal grafis tidak hanya ada dalam permainan sepak bola. Dalam pemainan lain, perkara grafis yang realistis ini juga diperlihatkan. Sebut saja misalnya permainan balap mobil Need for Speed yang tampilan mobilnya lebih detail mendekati kenyataan.
Ada juga gim open-world macam Grand Theft Auto San Andreas yang tampaknya belum memungkinkan secara realistik dimainkan di PlayStation generasi pertama.
Saat ini PlayStation sudah merilis generasi kelimanya, PlayStation 5, pada tahun 2020 lalu. Artinya, PlayStation 2 sudah memiliki tiga generasi penerus yang lebih muda. Pertanyaannya, mengapa generasi PlayStation berikutnya belum mampu menggeser penjualan PlayStation 2?
Paling tidak ada dua jawaban yang bisa dielaborasi terkait hal ini. Pertama, soal grafis, memang terjadi penyempurnaan yang makin realistik dalam generasi PlayStation yang lebih muda.
Namun, pembaruan yang terjadi tidak serevolusioner ketika PlayStation 2 menggeser generasi pertama. Gameplay pun mengalami penyempurnaan, tetapi tampaknya bagi sebagian gamers tidak ada perubahan radikal yang dirasakan.
Kedua, ada faktor gim smartphone yang mulai populer ketika generasi penerus PlayStation 2 dirilis. Di saat yang sama, PlayStation 2 sudah berhenti diproduksi oleh Sony pada tahun 2013. Para gamers kini memilki berbagai pilihan permainan dalam genggaman, dengan grafis yang makin realistik dan juga gameplay yang makin kaya.
Salah satu pemain e-sport dari tim EVOS E-Sports sedang bermain video gim berbasis telepon pintar, Mobile Legends.
Apalagi, permainan daring melalui ponsel pintar berjenis multiplayer online battle arena (MOBA) makin marak dimainkan. Salah satu game MOBA yang paling terkenal adalah Mobile Legends.
Akan tetapi, melihat pengguna game Mobile Legends di seluruh dunia, angkanya berkisar 80 juta. Jika dibandingkan dengan angka penjualan PlayStation 2, jumlah pemain Mobile Legend masih sekitar separuhnya saja.
Apabila pasar vintage gim video bergeliat lagi di masa depan, data ini mungkin saja menjadi alasan Sony memproduksi ulang PlayStation 2.
Fenomena bahwa PlayStation masih digemari terbukti dari masih bergeliatnya bisnis rental PS di Indonesia. Menjadi menarik lagi ketika penyewa rental PS tak hanya mereka yang berusia sekolah, tetapi juga para pekerja milenial.
Hal ini cukup logis jika membayangkan rata-rata pemain PlayStation 2 di tahun 2000-an adalah mereka yang kini masuk dalam generasi milenial. Pertanyaannya kemudian, mengapa manusia begitu menyukai gim?
Baca juga : Meningkatkan Kecerdasan Anak dengan Bermain Gim Video
Homo Ludens
Johan Huizinga, seorang teoritikus budaya asal Belanda, memiliki sebuah konsep menarik tentang manusia, yakni homo ludens jika diterjemahkan bebas menjadi ”manusia yang bermain”.
Dalam buku berjudul Homo Ludens: A Study of the Play-Element in Culture yang terbit pada tahun 1938, Huizinga menyatakan bahwa permainan merupakan aktivitas inti dalam segi-segi kehidupan manusia.
Ia juga menyatakan bahwa permainan juga basis dari semua aspek budaya termasuk di dalamnya seni, politik, bahkan juga agama. Salah satu ciri dari permainan adalah adanya aturan yang ditetapkan dan disepakati, dan lebih penting, dilakukan secara sukarela.
Seakan-akan permainan ini merupakan ruang terpisah dari kehidupan sehari-hari dengan aktivitas yang lebih ”serius”. Ada kebebasan, kreativitas, serta imajinasi yang dirayakan dalam sebuah permainan.
Industri game digital masih akan terus bergeliat di masa depan melanjutkan kiprah besar PlayStation 2 sebagai konsol gim video.
Huizinga menekankan pentingnya permainan dalam budaya manusia. Hal ini menimbulkan adanya perdebatan dalam dua kutub. Di satu sisi permainan tidak lagi dipandang sebagai unsur yang dominan dalam hidup manusia sebab tuntutan akan pekerjaan yang tak mungkin dilepaskan.
Di sisi lain, fakta bahwa permainan digital, yang sejatinya meneruskan permainan-permainan tradisional, semakin populer dalam kehidupan manusia.
Bahkan, popularitas permainan digital tak memandang usia. Hampir setiap ponsel pintar yang digenggam orang saat ini sebagian besar terpasang aplikasi permainan di dalamnya entah apa pun genre-nya.
Tampaknya, industri game digital masih akan terus bergeliat di masa depan melanjutkan kiprah besar PlayStation 2 sebagai konsol gim video. Sebab, siapakah yang tidak senang bermain? (LITBANG KOMPAS)
Baca juga : "Game Online" Bisa Berdampak Negatif bagi Perekonomian RI