Klasemen Medali SEA Games: Ini Bedanya Indonesia dan Vietnam
Selain tuan rumah Kamboja, persaingan medali SEA Games 2023 ditempati Vietnam dan Thailand. Indonesia masih bergulat mengejar target peningkatan medali. Dari semua negara, hanya Vietnam yang paling konsisten prestasinya.
Oleh
Bestian Nainggolan
·6 menit baca
Menuju babak akhir perebutan medali SEA Games, mulai tampak sedemikian ketatnya persaingan antarnegara peserta. Kamboja masih berupaya menggenapkan tradisi SEA Games selama ini jika tuan rumah sepantasnya menjadi juara umum. Namun, kali ini keikutsertaan pada kampiun SEA Games seperti Thailand, Vietnam, Indonesia, dan negara-negara yang terbiasa bertengger pada papan tengah klasmen, seperti Malaysia, Filipina, dan Singapura, semakin menambah terjal hambatan yang harus ditaklukkan.
Mencermati sejarah perebutan medali SEA Games dan torehan medali yang hingga kini berhasil diraih setiap negara, sebenarnya juara sejati SEA Games sudah dapat ditentukan, yaitu Vietnam. Tidak lagi menjadi soal, apakah pada SEA Games saat ini tuan rumah Kamboja menjadi juara umum ataukah justru Thailand.
Faktanya, dengan capaian Vietnam saat ini, sudah terbilang sahih untuk menarik kesimpulan jika hanya negara inilah yang terbilang paling konsisten dalam peningkatan penguasaan medali, baik dari sisi kuantitas maupun kualitas, pada setiap ajang SEA Games yang diikuti. Belum ada satu negara pun yang menyamai konsistensi peningkatan prestasi Vietnam.
Menarik mencermati jejak prestasi Vietnam. Negara ini pertama kali mengikuti SEA Games di Malaysia, 1989. Saat itu, sebagai pemula, capaiannya terbilang rendah. Dari 303 medali emas yang diperebutkan, negara ini hanya mampu mendulang 3 emas. Pada awal keikutsertaannya, secara kuantitas Vietnam hanya mampu mengumpulkan 2 persen dari total medali yang diperebutkan. Sementara dari sisi kualitas, jika medali emas yang dijadikan acuan kualitas, maka hanya 1 persen medali emas yang diraih.
Namun, tahun-tahun berikut keikutsertaannya, secara konsisten terjadi peningkatan prestasi, baik dari total kuantitas medali yang dikumpulkan maupun kualitas medali yang diraih. Capaian prestasi Vietnam terbilang spektakuler, termasuk di luar posisinya sebagai tuan rumah SEA Games.
Satu dekade kemudian, pada SEA Games 2001 yang juga diselenggarakan di Malaysia, konsistensi penguasaan medali semakin terbuktikan tatkala negeri ini mampu meraih hingga 10,3 persen dari total medali yang diperebutkan. Tidak hanya itu, dari segi kualitas, peningkatannya terbilang mengejutkan, mampu meraih 33 medali emas, atau lonjakan 10 kali lipat ketimbang capaian SEA Games 1989. Capaian ini sontak melambungkan Vietnam dari posisi bawah ke posisi papan tengah prestasi olahraga negara-negara Asia Tenggara.
Berlanjut sebagai tuan rumah penyelenggaraan untuk pertama kali, tidak tanggung-tanggung, posisi menjadi juara umum digondol untuk pertama kalinya. Walaupun dalam ajang SEA Games juara umum sudah menjadi kebiasaan milik tuan rumah, kemampuan negeri ini menguasai hingga 35,6 persen dari total medali emas yang diperebutkan terbilang capaian luar biasa.
Prestasi sebagai tuan rumah tampaknya menjadi titik balik Vietnam, tidak lagi dipandang sebagai kuda hitam yang bercokol di papan tengah persaingan medali, tetapi masuk posisi papan atas persaingan.
Analisis terhadap capaian Vietnam dalam penguasaan medali, baik total medali yang diraih maupun kualitas medali emas yang direbut di luar posisinya sebagai tuan rumah, menunjukkan bahwa Vietnam menjadi satu-satunya negara yang mampu mencatatkan tren pertumbuhan positif. Sepanjang sejarah SEA Games yang diikuti, kurva peningkatan penguasaan medalinya cenderung meningkat dari waktu ke waktu.
Lain Vietnam, Indonesia justru menunjukkan kondisi yang terbalik. Indonesia menorehkan catatan prestasi yang terbilang problematik. Ada masa negara ini menjadi raja SEA Games, khususnya semenjak awal keikutsertaannya. Berdasarkan catatan penguasaan medali emas, perak, perunggu, dan posisi urutan kemenangan, semenjak ajang SEA Games 1977 di Malaysia, beberapa kali posisi juara umum diraih.
Beberapa SEA Games berikutnya, kendatipun tidak menjadi tuan rumah penyelenggaraan, Indonesia masih berjaya. Sekurangnya, seperempat bagian dari total medali emas yang diperebutkan berhasil diraih. Memang, pernah pula beberapa kesempatan gagal menjadi juara umum, yaitu pada SEA Games 1985 dan SEA Games 1995, kalah bersaing dengan Thailand yang menjadi tuan rumah penyelenggaraan. Namun, dari sisi prestasi penguasaan medali tetap terpertahankan.
Bahkan, prestasi Indonesia pernah melambung tinggi, pemegang rekor penguasaan medali SEA Games. Kala itu, saat Indonesia menjadi tuan rumah SEA Games 1987, mampu menguasai hampir separuh (49,6 persen) medali emas atau menguasai 185 medali emas dari total 373 medali emas yang diperebutkan. Sejauh ini, belum ada negara lain yang menyamai kemampuan menguasai medali hingga separuh yang diperebutkan.
Hanya saja, setelah SEA Games 1997 di Indonesia, tidak pernah menunjukkan prestasi yang benar-benar gemilang. Tren prestasi penguasaan medali emas ataupun total medali cenderung menurun. Itulah mengapa, capaian prestasi pada SEA Games kali ini menjadi kerinduan dalam membalikkan tren yang telanjur menurun. Bagaimana dengan capaian negara-negara lain?
Setelah Vietnam dan Indonesia, terdapat beberapa variasi capaian prestasi negara-negara Asia Tenggara. Terbilang agak lumayan, terjadi pada Thailand, Malaysia, dan Singapura. Pada negara-negara tersebut, peningkatan prestasi penguasaan medali, baik secara kuantitas maupun kualitas, cenderung berfluktuatif.
Khusus Thailand, relatif lebih baik. Kendati dalam sejarah penguasaan medalinya cenderung fluktuatif, garis tren menunjukkan stagnasi. Semenjak pertama kali negara ini mengikuti ajang SEA Games, sejak SEA Games 1977 di Malaysia, Thailand sudah mampu menguasai hingga 37 medali emas, atau 19,5 persen dari total emas yang diperebutkan. Thailand saat itu masih di bawah Indonesia yang langsung menjuarai SEA Games.
Di luar sebagai tuan rumah, prestasi Thailand terbilang terjaga dan tetap dalam papan atas persaingan. Paling sedikit, 16,5 persen emas diraih. Dalam beberapa kesempatan, Thailand mampu pula meraih hingga 27,9 persen di Brunei tahun 1999. Namun, sebagai tuan rumah, prestasi tertinggi mampu menyapu hingga hampir separuh (46,4 persen) dari total medali emas yang diperebutkan.
Persoalan Malaysia agak lebih mengkhawatirkan. Sekalipun terbilang stagnan, selepas menjadi tuan rumah SEA Games 2017 hingga kini menurun. Dari sisi penguasaan medali emas, misalnya, pada SEA Games 2021 (penyelenggaraan 2022) di Vietnam, Malaysia hanya mampu menguasai 7,4 persen emas.
Sebelumnya, pada ajang SEA Games 2019 di Filipina, masih 10,4 persen emas dikuasai oleh Malaysia. Bahkan, saat sebagai tuan rumah pada tahun 2017, Malaysia mampu menyapu 35,7 persen dari total emas yang diperebutkan.
Penurunan kualitas prestasi, kendati dari keseluruhan penguasaan medali terbilang stagnan, juga terjadi pada Singapura. Pada dua penyelenggaraan SEA Games terakhir, jumlah dan proporsi emas yang berhasil dikuasai negara ini merosot. Saat menjadi tuan rumah SEA Games 2015, Singapura mampu meraih 84 medali emas (20,8 persen), setelahnya terus-menerus menurun. Pada tahun 2021, menjadi hanya 47 medali emas (8,9 persen) kendati total medali yang dikumpulkan tidak banyak berubah.
Selain negara-negara di atas, Filipina terbilang paling problematik. Pasalnya, semenjak keikutsertaan dalam ajang SEA Games, catatan prestasi negara ini terbilang kurang menggembirakan. Filipina menjadi contoh negara dengan catatan prestasi pada papan tengah perolehan medali. Pada masa-masa awal penyelenggaraan SEA Games, prestasi Filipina tidak dapat diremehkan.
Dalam ajang SEA Games 1983 di Singapura, misalnya, Filipina mampu menguasai hingga 20,9 persen medali emas yang diperebutkan. Inilah proporsi tertinggi penguasaan medali emas Filipina di luar posisinya sebagai tuan rumah. Apabila posisi tuan rumah diperhitungkan, capaian SEA Games 2019 menjadi puncak saat negara ini mampu menghimpun 149 dari 530 emas (28,1 persen) yang diperebutkan.
Akan tetapi, sepanjang masa, di luar sebagai tuan rumah, terjadi tren penurunan. Proporsi penguasaan medali emas Filipina jarang mencapai proporsi di atas 10 persen. Pada SEA Games 2021 di Vietnam, misalnya, Filipina hanya mampu menguasai 52 dari 526 medali emas yang diperebutkan.
Bahkan, beberapa ajang SEA Games sebelumnya terbilang lebih rendah lagi. Seperti juga kondisi Indonesia, Filipina memerlukan perubahan signifikan di tengah laju penurunan prestasi olahraga. (LITBANG KOMPAS)