Pengumuman Capres PDI-P di Tengah Landainya Elektabilitas Partai
Pendaftaran peserta Pemilu Presiden 2024 semakin dekat. Sebagai partai terbesar dan satu-satunya parpol yang mampu mengusung capres tanpa koalisi, pengumuman capres dari PDI-P menjadi magnet politik bagi banyak pihak.
Oleh
VINCENTIUS GITIYARKO
·3 menit baca
Pendaftaran peserta Pemilu Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres) 2024 akan dimulai pada 19 Oktober hingga 25 November 2023. Dalam hitungan waktu mundur empat bulan ini, pengumuman atau deklarasi sosok kandidat capres oleh PDI-P semakin santer terdengar. Jika dilakukan dalam waktu dekat, pengumuman ini akan terjadi di tengah landainya elektabilitas PDI-P belakangan ini.
Dalam tiga survei terakhir yang dilakukan oleh Litbang Kompas, PDI-P memang masih menjadi partai dengan elektabilitas tertinggi. Akan tetapi, tidak ada pergerakan yang cukup signifikan. Dalam survei yang dilakukan pada Juni 2022 elektabilitas partai yang diketuai oleh Megawati Soekarnoputri ini berada di angka 22,8 persen. Sekitar empat bulan kemudian, rekam elektabilitas partai ini sedikit menurun menjadi 21,1 persen.
Memasuki awal tahun 2023, elektabilitas PDI-P pada Januari 2023 terekam berada di angka 22,9 persen. Artinya, elektabilitas partai berlogo banteng ini kembali pada kisaran pertengahan tahun 2022. Dengan kata lain, terjadi stagnansi elektabilitas partai ini sejak pertengahan tahun 2022 hingga awal tahun 2023.
Lembaga survei yang lain tak hanya merekam stagnansi tetapi bahkan penuruan elektabilitas. Dalam dua survei terakhir yang dirilis oleh Indikator tampak adanya penurunan elektabilitas PDI-P dari Februari hingga Maret 2023. Dalam survei Indikator, elektabilitas PDI-P berada di angka 25,9 persen pada Februari 2023. Angka ini menurun menjadi 20,5 persen pada Maret 2023. Dari hasil survei Indikator ini tampak adanya penurunan elektabilitas kurang lebih lima persen dalam jangka waktu sebulan.
Tak hanya Indikator, Lembaga Survei Indonesia (LSI) juga merekam penurunan tingkat elektabilitas. LSI merilis elektabilitas PDI-P sebesar 19,3 persen pada bulan Februari 2023. Angka ini turun menjadi 17 persen pada bulan April 2023.
Dugaan dari penurunan elektabilitas dalam survei yang dilakukan oleh LSI ini terkait dengan adanya isu penolakan Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 karena ada keikutsertaan timnas Israel. PDI-P menjadi partai yang cukup kuat mengutarakan penolakan ini. Kader partai ini, Ganjar Pranowo dan Iwan Koster, menjadi dua gubernur yang ramai diperbincangkan publik karena menyatakan penolakan. Buntut dari polemik ini adalah urungnya Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 tahun ini.
Capres
Hampir dalam setiap pemberitaan, pengusungan capres terkait PDI-P selalu menjadi isu hangat. Dan dalam setiap kesempatan, semua anggota partai selalu menarasikan hal yang sama bahwa keputusan siapa yang akan menjadi capres jagoan PDI-P berada di tangan ketua umum partai, Megawati Soekarnoputri.
Berkaca dari pemilu 2014 dan 2019, salah satu yang menjadi sinyal kandidat yang direstui oleh Megawati adalah kekuatan simbolik Soekarno sebagai pendiri bangsa sekaligus ayah kandungnya. Pada Pilpres 2014, misalnya, isyarat ini dilakukan dengan menugasi Jokowi, Gubernur DKI Jakarta kala itu, membacakan dedication of life dalam momentum Rapat Kerja Nasional (Rakernas) III PDI-P tahun 2013. Naskah yang dibacakan oleh Jokowi ini merupakan nukilan surat Soekarno yang ditulis pada tahun 1966.
Pada tahun 2019 hal ini kembali terulang. Keputusan Megawati untuk mencalonkan Jokowi dilakukan dalam pertemuan empat mata di Istana Batu Tulis Bogor, Jawa Barat. Tempat ini merupakan tempat rehat yang disukai oleh Soekarno semasa hidup. Dari dua peristiwa ini tampak bahwa kekuatan simbolik Soekarno yang dikukuhkan sebagai patron politik PDI-P terus dilanggengkan oleh Megawati (Kompas, 4/1/2023).
Dengan berbekal elektabilitas survei, Ganjar Pranowo adalah capres dengan popularitas tertinggi dalam beberapa waktu belakangan. Hal ini bisa saja dimaknai sebagai angin segar bagi PDI-P sebab kadernya memiliki elektabilitas kuat sebagai capres. Namun sebagai politisi senior, tentu Megawati tak akan hanya memutuskan siapa capres yang diusung partainya berlandas elektabilitas. Hal ini paling tidak tampak dari keputusan Megawati yang masih mempertimbangkan nama-nama capres dan menemukan momen yang tepat.
Satu-satunya arah simbolik Soekarno yang baru-baru ini bisa disematkan pada Ganjar Pranowo, kembali pada perkara penolakan terhadap kedatangan timnas Israel U-20. Dalam percaturan politik dunia, Soekarno menyatakan dengan jelas keberpihakannya pada Palestina dan menolak penjajahan Israel. Hal ini pula yang diungkapkan dan ditekankan oleh Ganjar Pranowo dalam prinsip penolakannya terhadap timnas Israel.
Kembali pada soal momentum, pengumuman capres PDI-P tidak dapat dilepaskan dari konteks landai bahkan menurunnya elektabilitas partai ini. Langkah mengumumkan capres sangat besar kemungkinannya memberi efek dinamika elektabilitas, baik PDI-P sendiri maupun capres yang diusung.
Skenario terbaik bagi PDI-P, keputusan pengumuman capres akan mendongkrak elektabilitas partai dan capres yang diusung. Namun, PDI-P juga harus bersiap menghadapi dinamika-dinamika baru politik setelah pengumuman capresnya. (LITBANG KOMPAS)