Menakar Kemenangan Partai di Pemilu Parlemen Timor Leste
Kurang lebih satu bulan lagi, Timor Leste akan menyelenggarakan pemilihan parlemen. Dua partai politik besar, yakni Kongres Nasional Rekonstruksi Timor Leste (CNRT) dan Fretilin, kembali bersaing untuk memenangi pemilu.
Timor Leste akan menggelar pemilihan umum (pemilu) parlemen pada 21 Mei 2023. Pemungutan suara rakyat ini akan menjadi pemilu parlemen kelima sejak kemerdekaan Timor Leste pada 2002. Empat pemilu sebelumnya dilakukan pada 2007, 2012, 2017, dan 2018.
Merunut sejarah pemilu parlemen yang pernah dilakukan, dua partai politik, yaitu Fretilin dan CNRT, saling bersaing memenangi pemilu. CNRT merupakan partai yang dipimpin oleh mantan Presiden Xanana Gusmao. Sementara Fretilin merupakan partai yang mendukung mantan presiden Francisco ”Lu-Olo” Guterres.
Selisih perolehan kursi parlemen yang diraih kedua partai ini relatif tipis. Pada pemilu 2007 Fretilin memenangi pemilu dan mendapatkan 21 kursi parlemen. Sementara CNRT menempati posisi kedua dengan 18 kursi. Pada pemilu 2012 giliran CNRT yang memenangi pemilihan legislatif dan mendapat 30 kursi parlemen. Fretilin di urutan kedua dengan 25 kursi.
Namun, di dua pemilu terakhir, Fretilin berhasil mengambil alih kemenangan. Pada pemilu 2018 Fretilin mendapat 23 kursi parlemen, unggul tipis atas CNRT yang memperoleh 21 kursi.
Total kursi parlemen di Timor Leste adalah 65 kursi. Untuk menjadi mayoritas di parlemen, sebuah partai atau koalisi partai perlu mendapatkan minimal 33 kursi. Menjadi mayoritas ini penting karena nantinya partai ini mempunyai hak untuk mengangkat atau menunjuk seorang perdana menteri.
Meski Fretilin unggul di pemilu 2018, CNRT yang berhasil membangun koalisi AMP (Alliance for Change and Progress) berhasil menguasai kursi parlemen dengan 34 kursi. Koalisi AMP merupakan gabungan kerja sama parpol antara CNRT dan PLP (People’s Liberation Party) dan KHUNTO (Kmanek Haburas Unidade Nasional Timor Oan).
Persaingan kedua partai besar ini berpotensi terulang kembali di pemilu 2023. Sejauh mana peluang partai CNRT dan Fretilin saat ini?
Dalam upaya mengetahui persepsi masyarakat dan memperkirakan hasil pemilu parlemen nanti, Matadalan Survey and Research Institute (M-SRI), sebuah lembaga riset di Dili, Timor Leste, melakukan survei pra-pemilu. Dalam penyelenggaraannya, M-SRI mendapat pendampingan dari Litbang Kompas untuk memastikan ketelitian akurasi dari hasil survei. Penyelenggaraan survei terkait pemilu ini merupakan yang pertama kali dilakukan oleh lembaga riset di Timor Leste.
Survei pra-pemilu ini dilakukan melalui wawancara tatap muka dari 24 Maret sampai 3 April 2023. Sebanyak 400 responden dipilih secara acak menggunakan metode pencuplikan proporsional bertingkat di 13 Distrik Timor Leste.
Hasil survei sudah dipublikasikan pada hari Jumat, 14 April 2023, di Novo Turismo Resort & Spa, di Dili. Dua hasil yang paling mendapat atensi masyarakat ialah terkait elektabilitas partai dan preferensi publik terhadap sosok perdana menteri pada periode mendatang.
Survei pra-pemilu
Terkait elektabilitas partai, hasil survei menemukan CNRT menjadi partai dengan elektabilitas tertinggi saat ini. CNRT unggul dengan 49 persen, disusul Fretilin dengan 25 persen. Sementara partai-partai lainnya tidak ada yang melebihi 6 persen. Dari hasil ini terlihat bahwa CNRT bukan hanya berhasil menjaga pendukungnya, tetapi juga memperluas basis dukungan suara. Pada pemilu 2012 CNRT berhasil mendulang 36,7 persen suara, sementara pada Pemilu 2017 perolehan suara CNRT mencapai 29,46 persen.
Naiknya dukungan bagi CNRT tidak terlepas dari momentum pemilihan presiden tahun lalu. Calon presiden yang didukung CNRT, yaitu Ramos Horta, berhasil mengalahkan petahana Francisco ”Lu Olo” Guterres yang didukung Fretilin. Keberhasilan CNRT memenangkan calonnya di pilpres membuat partai ini turut menuai popularitas dan dukungan publik.
Namun, dukungan elektabilitas CNRT ini masih dinamis. Peluang perubahan elektabilitas partai masih mungkin terjadi. Di sisi lain, Fretilin tentu tidak akan tinggal diam. Hasil survei ini menjadi alarm bagi Fretilin tentang mulai berkurangnya dukungan masyarakat kepada mereka.
Berkaca pada hasil pemilu parlemen 2018 lalu, Fretilin unggul di tiga distrik, yaitu Baucau, Lautem, dan Viqueque. Ketiga daerah ini memang selalu menjadi lumbung suara bagi Fretilin. Di luar ketiga wilayah itu, Fretilin juga berpotensi meraup dukungan dari warga Dili. Jika perolehan suara dari ketiga daerah ini ditambah Dili, keempat wilayah ini sudah menyumbang hampir 60 persen suara bagi Fretilin.
Namun, dari hasil survei pra-pemilu 2023, terlihat dominasi Fretilin di Baucau mulai menurun. Daerah lain yang juga menurun adalah Dili dan Manufahi. Bagi Fretilin, potensi penurunan dukungan suara dari kantong-kantong suara ini menjadi tantangan dari sisi konsolidasi partai. Hal ini mengingat pelaksanaan pemilu tinggal satu bulan lagi. Fokus kampanye di wilayah-wilayah suara Fretilin dapat dilakukan untuk meraup kembali soliditas pemilih Fretilin.
Sementara dari sisi CNRT, kecenderungan hasil ini bisa menjadi modal yang baik dalam menyongsong pemilu. Keberhasilan CNRT membentuk koalisi pada pemilu parlemen 2018, ditambah kemenangan Ramos Horta pada pemilu presiden tahun lalu, dan hasil survei pra-pemilu ini, membuat CNRT berada di atas angin.
Jika ingin memenangi pemilu parlemen mendatang, CNRT perlu meningkatkan kembali keunggulannya di daerah Ainaro, Oeccuse, dan Aileu. Selain di ketiga wilayah tersebut, CNRT juga perlu meningkatkan dukungan suaranya di daerah Baucau yang selama ini menjadi basis pendukung Fretilin.
Calon perdana menteri
Jika CNRT bisa mempertahankan keunggulan dan menjadi mayoritas dalam parlemen mendatang, partai ini berpeluang mencalonkan kadernya sebagai pemimpin pemerintahan. Xanana Gusmao, sang pemimpin partai, kemungkinan besar akan kembali menjadi perdana menteri Timor Leste. Sebelumnya, Xanana pernah menjadi perdana menteri Timor Leste yang menjabat dari tahun 2007 hingga 2015.
Hal ini yang juga menjadi harapan publik saat ini. Dari hasil survei pra-pemilu tentang tokoh yang paling diharapkan menjadi perdana menteri, mayoritas publik menginginkan Xanana Gusmao kembali menjadi perdana menteri Timor Leste mendatang. Dukungan terhadap Xanana mencapai 60 persen, jauh mengungguli tokoh-tokoh lainnya, seperti Mari Alkatiri dan Taur Matan Ruak.
Publik menganggap Xanana adalah orang yang paling dapat bekerja sama dengan Presiden Timor Leste saat ini, Jose Ramos Horta. Kedua tokoh inilah yang diharapkan masyarakat dapat membuat kemajuan bagi Timor Leste.
Hasil survei pra-pemilu ini memberikan gambaran masih berlanjutnya persaingan CNRT dan Fretilin di panggung politik Timor Leste. Dukungan publik saat ini lebih mengarah kepada CNRT. Melihat capaian survei ini, CNRT hanya perlu tambahan sedikit lagi dukungan suara untuk dapat memenangi pemilu parlemen secara mutlak tanpa perlu berkoalisi dengan partai lain.
Namun, koalisi antar-partai juga menjadi kisah strategi partai dalam memenangi persaingan di parlemen. Sebagaimana CNRT yang sukses membangun koalisi AMP pada pemilu 2018 dan menguasai parlemen, Fretilin juga bisa menggunakan strategi serupa. Langkah Fretilin membuka peluang koalisi dengan partai-partai lain bisa menghambat CNRT menguasai parlemen mendatang.
Masih ada satu bulan sebelum pemilihan diadakan. Bahkan jadwal kampanye tiap-tiap partai belum dimulai. Konsolidasi tiap-tiap partai dalam memperkuat jaringan kader dan menyiapkan strategi jangka panjang untuk membangun koalisi pemerintahan menjadi pertaruhan bagi semua partai dalam menyongsong pemilu.
Namun, persaingan dan koalisi partai-partai ini jangan sampai mengabaikan tujuan pemilu itu sendiri, yaitu untuk membentuk pemerintahan demi kemajuan rakyat Timor Leste. Dengan demikian, perwujudan tujuan negara dapat direalisasikan dan hasilnya bisa dinikmati oleh seluruh penduduk Timor Leste. (LITBANG KOMPAS)