Pariwisata olahraga berpotensi menjadi sektor ekonomi andalan daerah. Melalui pariwisata olahraga seperti Borobudur Marathon Powered by Bank Jateng, masyarakat makin sadar potensi wisata yang dapat dikembangkan.
Oleh
Wirdatul Aini
·5 menit baca
Pariwisata olahraga dapat menjadi sektor andalan dalam mendukung ekonomi daerah. Borobudur Marathon 2022 Powered by Bank Jateng berdampak pada peningkatan pendapatan pelaku usaha, penyerapan tenaga kerja, hingga promosi pariwisata. Dari sisi pengeluaran peserta, ajang ini memutarkan uang sebesar Rp 29 miliar secara rata-rata.
Survei Litbang Kompas pada 12-14 November 2022 memotret kontribusi penyelenggaraan Borobudur Marathon 2022 Powered by Bank Jateng bagi pelaku usaha lokal dan masyarakat sekitar. Survei ini dilakukan terhadap 54 orang pelaku usaha (kuliner, cendera mata, akomodasi, transportasi, dan wisata), 754 pelari, 62 orang masyarakat sekitar, dan 40 pengunjung.
Hasil survei menunjukkan, ajang ini berkontribusi terhadap peningkatan ekonomi masyarakat, penciptaan lapangan kerja, hingga penggerak roda usaha sekitar.
Besarnya nilai ekonomi Borobudur Marathon 2022 Powered by Bank Jateng terlihat dari banyaknya peserta dan wisatawan yang berpartisipasi. Ajang yang diberdayakan oleh Bank Jateng tersebut diikuti lebih dari 4.600 peserta. Kategori lomba Bank Jateng Tilik Candi diikuti oleh 4.552 pelari, Bank Jateng Young Talent diikuti 30 pelari muda, dan kategori Elite Race diikuti 37 atlet.
Banyaknya peserta yang mengikuti ajang lari ini diikuti oleh banyaknya wisatawan yang datang untuk menonton sambil berwisata. Kehadiran para peserta dan wisatawan yang memburu nilai olahraga, hiburan, dan pariwisata ini dimanfaatkan oleh para pelaku usaha untuk menghasilkan pendapatan.
Dari sisi pelaku usaha, pendapatan 50 persen responden naik selama kegiatan tersebut. Meskipun mayoritas responden pelaku usaha tidak mengubah harganya, pendapatan 25,1 persen responden pelaku usaha naik lebih dari 50 persen apabila dibandingkan hari biasa (tanpa Borobudur Marathon).
Selain pendapatan, penyerapan tenaga kerja juga meningkat. Kondisi ini disebabkan adanya kelebihan permintaan (over demand) untuk memenuhi pelayanan. Sebanyak 22,2 persen responden pelaku usaha menambah tenaga kerja untuk membantu usaha saat kegiatan Borobudur Marathon Powered by Bank Jateng berlangsung.
Sementara itu, dampak terhadap masyarakat sekitar dapat terlihat dari semakin guyubnya masyarakat karena terlibat dalam penyelenggaraan acara, semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan potensi wisata di sekitar Borobudur, serta semakin terkenalnya seni dan budaya daerah.
Nilai ekonomi
Besarnya potensi pariwisata olahraga dapat dilihat dari kontribusi sektor ini secara global. Pada 2019, sektor wisata olahraga global bernilai 800 miliar dollar AS dan berkontribusi sebesar 10 persen dari industri pariwisata dunia.
Kementerian Pariswisata dan Ekonomi Kreatif pada tahun 2021 memperkirakan, pertumbuhan pariwisata olahraga di Indonesia bisa mencapai Rp 18.790 triliun hingga 2024.
Besarnya potensi nilai ekonomi pariwisata olahraga dalam menghidupkan pariwisata membuat Kemenparekraf memasukkan kegiatan olahraga dalam Calender of Events (CoE) Wonderful Indonesia. Bahkan, konsep pariwisata olahraga kini diakomodasi secara formal dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2022 tentang Keolahragaan.
Borobudur Marathon Powered by Bank Jateng yang diadakan di Magelang, Jawa Tengah, merupakan ajang olahraga sekaligus sarana promosi pariwisata untuk menunjukkan keunikan dan keunggulan yang dimiliki daerah, seperti kekayaan alam, seni, dan budaya. Ragam kekayaan alam dan budaya ini menjadi aset dan modal dalam mendukung pariwisata olahraga.
Selain Candi Borobudur, Magelang memiliki banyak obyek wisata lainnya, seperti Punthuk Setumbu, Gereja Ayam Bukit Rhema, Sungai Elo, hingga Svargabumi. Tak heran jika kehadiran Borobudur Marathon Powered by Bank Jateng membuat jumlah kunjungan ke tempat wisata semakin ramai, tempat penginapan terisi penuh, dan jasa sewa kendaraan kebanjiran permintaan.
Kondisi ini dapat terlihat dari hasil survei tahun 2022, selain berlari, sebanyak 38,5 persen responden pelari yang berasal dari luar Magelang melakukan jalan-jalan ke tempat wisata dan 51 persen lainnya berwisata kuliner. Akibatnya, rata-rata lama menginap menjadi panjang, persentase tingkat hunian kamar menjadi tinggi, dan kebutuhan transportasi umum meningkat.
Sebanyak 30,6 persen responden pelari menginap di Magelang lebih dari 2 hari dan 80 persen tingkat penghunian kamar di berbagai penginapan mencapai lebih dari 75 persen. Dari segi transportasi, sebanyak 56,4 persen responden pelari menggunakan transportasi umum menuju lokasi perlombaan dan obyek wisata.
Namun, pada Borobudur Marathon 2022 Powered by Bank Jateng, lokasi menginap dari 14,4 persen responden pelari berada di luar Magelang. Meskipun berdampak positif dengan memberikan efek domino bagi daerah lain, kecukupan akomodasi di Magelang tetap harus disiapkan. Terlebih, jika ajang ini akan memperlebar cakupan peserta seperti tahun 2019.
Para pelari yang datang ke Magelang pun tidak sendiri, sebagian dari mereka datang bersama teman dan keluarga atau pasangan. Apabila dihitung berdasarkan pengeluaran, rata-rata pengeluaran responden pelari Rp 4 juta. Artinya, terdapat potensi perputaran uang lebih dari Rp 29,1 miliar di ajang olahraga ini dan Rp 12,7 miliar di antaranya berputar ke para pelaku usaha pendukung wisata (akomodasi, transportasi, cendera mata, dan kuliner).
Untuk mengakomodasi besarnya perputaran uang dalam ajang tersebut, variasi metode pembayaran dalam transaksi dapat terus ditingkatkan. Kebanyakan pelari, 73,6 persen, masih menggunakan metode tunai dalam melakukan transaksi selama kegiatan berlangsung. Di sisi lain, penggunaan dompet digital sebesar 39,5 persen. Ceruk tersebut dapat dimanfaatkan oleh Bank Jateng sebagai pemberdaya Borobudur Marathon untuk terus mengembangkan transaksi digital selama kegiatan. Terlebih, ajang ini sedang dalam tahap naik kelas ke taraf internasional.
Naik kelas
Dalam UU No 11/2022, pemerintah mendorong agar pariwisata olahraga tidak hanya dijalankan secara regional, tetapi pengembangannya juga dilakukan secara nasional bahkan internasional, seperti ajang MotoGP dan Superbike World Championship (WSBK) di Mandalika Lombok, serta F1H20 di Danau Toba, Sumatera Utara.
Dalam konteks Borobudur Marathon Powered by Bank Jateng, kesuksesan penyelenggaraan dari tahun ke tahun mendorong agar kompetisi tersebut naik kelas. Saat ini terdapat enam ajang maraton paling bergengsi di dunia (World Marathon Majors), yakni Tokyo Marathon, Boston Marathon, TCS London Marathon, BMW Berlin Marathon, Bank Of America Chicago Marathon, dan TCS New York City Marathon.
Untuk mewujudkan Borobudur Marathon Powerd by Bank Jateng masuk dalam agenda maraton internasional, ada berbagai standar yang harus dipenuhi, di antaranya ketersediaan sumber daya manusia dan infrastruktur pendukung.
Ditinjau dari pengalaman sebelumnya, sumber daya manusia sangat dibutuhkan untuk mengelola dan mengatur kelancaran jalannya ajang perlombaan. Seperti mengatur aplikasi dan website, mengatur rundown acara utama dan acara pendukung, sosialisasi acara, alokasi dan pergerakan peserta, serta mengatur lalu lintas jalan agar tidak mengganggu aktivitas masyarakat sekitar.
Selanjutnya, dari segi infrastuktur pendukung, ketersedian akomodasi dan transportasi menjadi salah satu tolok ukur dalam kesiapan penyelenggaraan. Kecukupan akomodasi, terutama di Magelang, harus terus disiapkan.
Dalam upaya peningkatan kelas Borubudur Marathon Powered by Bank Jateng menjadi ajang maraton dunia, tingkat loyalitas peserta Borobudur Marathon yang masih tinggi harus terus dimanfaatkan untuk menjaga konsistensi dan kegairahan kompetisi ini.
Ketika sudah naik kelas, bukan tidak mungkin pariwisata olahraga benar-benar menjadi sektor andalan ekonomi daerah, bahkan ekonomi nasional. (LITBANG KOMPAS)