Peluang Ekosistem Emas Digital
Emas menjadi pilihan masyarakat dalam membangun investasi, terutama munculnya emas digital. Bagaimana membaca peluangnya?
Emas menjadi komoditas yang dipilih publik sebagai instrumen untuk tujuan investasi ataupun menabung. Di tengah popularitas emas, ekosistem emas digital berpotensi tumbuh menjadi alternatif tabungan dan investasi masyarakat lewat keterjangkauan dan kepraktisannya.
Kepemilikan emas terbukti mampu menjaga ketahanan ekonomi keluarga. Sifat emas yang sulit dibelanjakan, namun mudah untuk dijual kembali, menjadi kombinasi yang tepat sebagai dana darurat keluarga.
Meski demikian, produk emas digital belum menjadi pilihan bagi keluarga Indonesia. Ekosistem emas digital belum diketahui publik secara luas. Alhasil, keunggulan dari instrumen ini tidak muncul sebagai pembeda di antara pilihan produk emas lainnya.
Jajak pendapat Litbang Kompas pada 502 responden di Indonesia merekam, 49,7 persen responden memiliki investasi atau tabungan. Separuh lebih dari proporsi tersebut menyebut memiliki emas yang disimpan untuk tujuan investasi. Artinya, emas menjadi instrumen yang populer di tengah masyarakat.
Sayangnya, baru 1 persen responden yang memiliki produk emas digital. Karakter pemilik emas digital juga tersegmentasi pada responden muda berusia 24 hingga 39 tahun yang berasal dari kota dengan status ekonomi menengah.
Angka tersebut sangat kecil jika dibandingkan dengan proporsi responden yang memiliki produk emas lainnya. Sebanyak 27,9 persen responden menyebut mempunyai produk emas berupa perhiasan dan 7 persen lainnya menyimpan logam mulia.
Emas perhiasan menjadi instrumen paling populer yang dimiliki publik secara umum. Produk emas ini hanya kurang menarik bagi responden berusia di atas 56 tahun.
Adapun karakter pemilik logam mulia menunjukkan kecenderungan khusus, yakni diminati oleh responden muda berusia di bawah 24 tahun yang berasal dari perkotaan. Proporsi laki-laki yang memiliki logam mulia juga lebih banyak dibandingkan perempuan.
Meratanya antusiasme pada kepemilikan emas menjadi peluang untuk mengembangkan ekosistem emas digital. Lebih lagi, publik muda yang umumnya merupakan investor mula turut menunjukkan ketertarikan untuk menyimpan emas.
Baca juga : Emas Digital Jadi Investasi Dana Darurat
Kurang populer
Perlu upaya strategis untuk mengembangkan ekosistem emas digital. Jajak pendapat Litbang Kompas merekam separuh responden tidak mengetahui adanya produk emas digital. Temuan ini menyuratkan perlunya langkah agresif dalam diseminasi produk emas digital.
Ekosistem emas digital sejatinya bukanlah hal yang baru. Salah satunya dikenalkan oleh PT Pegadaian (Persero). Pada 5 Juli 2015, Pegadaian meluncurkan produk tabungan emas. Setengah tahun berselang, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menerbitkan izin operasional produk tersebut. Per 1 April 2018, produk tabungan emas ini dapat diakses secara digital.
Sayangnya, 20 persen responden tidak mengetahui Pegadaian memiliki produk tabungan emas. Adapun 29, 9 persen responden berharap ada promosi produk yang lebih masif dari Pegadaian sehingga publik memiliki banyak pilihan dalam berinvestasi.
Selain soal belum terdiseminasinya informasi produk, ekosistem emas digital juga menghadapi sejumlah tantangan. Separuh responden lainnya menyoal hal intrinsik dan daya saing tabungan emas digital.
Alasan pertama diungkapkan 13,5 persen responden yang menyebut tidak dapat memiliki fisik emas secara langsung. Alasan ini tidak dapat dimungkiri mengingat karakter masyarakat Indonesia yang cenderung memilih emas perhiasan. Artinya, emas menjadi bagian dari status yang bisa diperlihatkan.
Alasan kedua bersifat ekonomi. Sebanyak 12,9 persen responden menganggap harga jual ataupun beli produk emas digital tidak kompetitif. Adapun 7,5 persen responden menyoal adanya biaya administrasi dan pengelolaan yang besar. Bagi publik, promo-promo seperti gratis berlangganan, cashback, ataupun pemberian merchandise dapat diupayakan untuk menarik minat.
Alasan ketiga adalah belum adanya jaminan keamanan emas digital yang diungkapkan 5,6 persen responden. Hal ini berkaitan pula dengan masih minimnya informasi yang diterima publik.
Patut untuk diketahui, Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) Kementerian Perdagangan telah mengeluarkan aturan yang harus dipatuhi oleh semua penyedia layanan pembelian dan penjualan emas digital.
Syarat utama yang harus dipahami calon pembeli adalah hanya melakukan transaksi bersama dengan penyedia layanan yang telah mendapatkan lisensi Bappebti.
Baca juga : Mengenal Investasi Emas
Peluang
Temuan jajak pendapat mengonfirmasi, emas menjadi pilihan masyarakat Indonesia untuk berinvestasi ataupun menabung. Prita Hapsari Ghozie, dalam kolom investasi harian Kompas, menyebut ada tiga alasan kenapa seseorang memilih emas sebagai salah satu pilihan berinvestasi.
Pertama, untuk melindungi nilai kekayaan atau mencapai target saldo tertentu untuk memenuhi kebutuhan di masa depan. Kedua, untuk mendapatkan keuntungan dari selisih harga beli dan harga jual kembali emas. Ketiga, menggunakan emas untuk alternatif penyimpanan dana darurat.
Sebagai komoditas bernilai tinggi, harga emas dipengaruhi oleh persediaan dan permintaan emas dunia, kondisi pasar, dan kurs mata uang. Untuk harga jual beli di Indonesia, harga emas bertolok dari kurs rupiah terhadap dollar AS.
Untuk mendapatkan keuntungan, emas idealnya ditempatkan pada investasi jangka menengah atau panjang. Hal ini mengingat tren harga emas yang fluktuatif pada jangka pendek, namun cenderung meningkat dalam jangka panjang.
Misalnya saja, harga logam mulia baru menunjukkan peningkatan yang signifikan dalam kurun waktu lima tahun. Merujuk data Antam, harga logam mulia pada 2 Januari 2018 adalah Rp 649.000 per gram. Nilainya naik pada 2 Januari 2023 menjadi Rp 1.026.000 per gram.
Dengan begitu, ekosistem emas punya peluang besar untuk tumbuh di tengah masyarakat Indonesia. Kesempatan ini perlu diraih lewat diseminasi informasi sehingga keunggulan emas digital dapat sampai kepada publik.
Produk emas digital dapat menjadi jawaban bagi masyarakat yang memiliki kemampuan finansial terbatas untuk mengonversi uang menjadi produk emas.
Lewat tabungan emas Pegadaian, misalnya, calon nasabah dapat menitipkan saldo dengan gramasi mulai dari 0,01 gram. Keunggulan yang tidak didapat pada produk logam mulia ataupun perhiasan.
Ekosistem emas digital juga menjawab kebutuhan publik pada kepraktisan dan keamanan penyimpanan. Saldo emas yang terkumpul dapat dicetak ataupun tidak sesuai dengan preferensi individu.
Pegadaian sebagai salah satu penyedia tabungan emas perlu menerapkan strategi yang komprehensif untuk meningkatkan antusiasme masyarakat menabung emas. Publik berharap Pegadaian mampu memformulasikan produk yang kompetitif.
Hal ini terekam dari 30,5 persen responden yang menyoal harga produk tabungan emas yang perlu lebih kompetitif dan 10,3 persen yang berharap adanya skema gratis biaya administrasi.
Ekosistem emas digital merupakan keniscayaan di tengah revolusi teknologi saat ini. Penyampaian informasi ke seluruh lapisan masyarakat menjadi kunci utama membangun peradaban digital untuk memperkokoh ketahanan ekonomi. (LITBANG KOMPAS)
Baca juga : Perhiasan Emas sebagai Barang Investasi Masih Diminati