Strategi Ukraina Serang Jauh ke dalam Wilayah Rusia (I)
Wilayah Rusia mulai disasar serangan pesawat nirawak (drone) yang diduga ditembakkan oleh militer Ukraina. Tanda-tanda Ukraina di atas angin?

Foto yang dikeluarkan oleh Biro Pers Istana Kepresidenan Ukraina (14/11/2022) memperlihatkan Presiden Volodymyr Zelenskyy memberikan penghormatan saat bendera Ukraina berkibar di salah satu gedung utama pemerintah di Kota Kherson, yang ditinggalkan Rusia.
Serangan drone intai Ukraina Tu-141 “Strizh” ke dalam wilayah Rusia menjadi penanda baru pergeseran strategi Ukraina dalam perang melawan invasi Rusia. Meski tidak mengakui melakukan serangan itu, Ukraina diperkirakan berada di balik serangan drone sebagai bagian dari strategi baru serangan balik terhadap Rusia.
Mundurnya puluhan batalyon infanteri pasukan Rusia dari wilayah Kherson di Ukraina selatan 12 November 2022, telah memberikan kebahagiaan bagi militer Ukraina maupun warga sipil yang bertahan di Kherson. Iring-iringan pasukan khusus Ukraina yang pertama-tama memasuki pusat kota disambut dengan rangkaian bunga, makanan dan pelukan hangat warga Kherson.
Video kebahagiaan yang membuncah di wajah para penduduk Kherson itu beredar luas di media sosial, disertai puja-puji bagi heroisme pasukan pembebasan Ukraina. Laman harian The Washington Post edisi (14/2/2022) memberitakan, Presiden Volodymyr Zelenskyy sehari kemudian mengunjungi Kherson untuk memberi dukungan moril bagi penduduk dan pasukan militernya. Menurut Zelenskyy, pembebasan wilayah Kherson menandai ”awal dari akhir perang” dan berjanji mengusir Rusia dari seluruh wilayah Ukraina.
Zelenskyy menampik pertanyaan seorang wartawan yang menilai Kherson jatuh ke tangan Ukraina karena strategi mundur tentara Rusia. Sebaliknya, kemunduran itu dinilai Zelenskyy karena keberhasilan pasukan militernya berperang sehingga membuat Rusia terkepung dan memaksa mereka mundur seratusan kilometer ke arah timur di seberang Sungai Dnipro.
Betapapun, secara militer memang penarikan mundur pasukan Rusia itu merupakan sinyal melemahnya kekuatan darat pasukan Rusia yang mengalami berbagai kemunduran garis depan pertempuran sejak direbutnya wilayah Kharkiv, pada pertengahan Oktober 2022.

Pasukan Ukraina memasukkan sejumlah amunisi ke persenjataan berat mereka (2S1 Gvozdika) di Bakhmut, wilayah Donetsk, Ukraina (10/12/2022). Militer Rusia melancarakan serangan ke Bakhmut dan mencoba untuk merebutnya kembali.
Panjang garis depan pertempuran yang sekitar 1.000 km tidak mampu dipertahankan dengan layak oleh pasukan Rusia dan terus tertekan akibat kalah jumlah dan pemusatan pasukan dengan Ukraina. Ditambah lagi, saat itu belum hadir suplai pasukan baru hasil ”mobilisasi parsial” Rusia.
Namun, keraguan sang wartawan di atas ternyata ada benarnya. Hanya berselang sehari setelah kunjungan Presiden Volodymyr Zelenskyy ke Kherson, Rusia menggempur seluruh kawasan Ukraina dengan rudal presisi. Ratusan rudal diluncurkan dari Laut Hitam, pesawat jet pengebom, hingga kendaraan pengangkut rudal. Menteri Luar Negeri Ukraina, Dmytro Kuleba mentwit pada 15 November 2022 pukul 21.35 malam waktu setempat, rudal Rusia membunuh penduduk dan menghancurkan infrastruktur di seluruh Ukraina.
Laman nbcnews.com mencatat Rusia meluncurkan gelombang serangan udara yang intens, menargetkan kota-kota utama dari kota Lviv yang terletak di Ukraina barat hingga kota Kharkiv di timur laut, menggempur infrastruktur energi dan listrik dalam wilayah yang luas. Itu merupakan salah satu serangan terkoordinasi terbesar dalam perang, meskipun serangan semacam itu sudah dimulai sejak 10 Oktober 2022.
Dampak serangan terhadap infrastruktur sipil tersebut sungguh parah, bahkan ibu kota Kyiv yang sebelumnya tak tersentuh dampak perang secara langsung juga tak luput dari gempuran rudal presisi di bangunan-bangunan sipil. Sejak 10 Oktober hingga 9 Desember 2022, sudah sekitar 1.000 rudal diluncurkan Rusia, dan menghancurkan separuh dari infrastruktur energi dan listrik Ukraina.
Kyivindependent.com melaporkan Rusia tampak berusaha menerapkan konsep ”Operasi Strategis untuk Penghancuran Target-target Penting (SODCIT)” dalam perang skala penuh untuk menghancurkan moral penduduk dan pada akhirnya memaksa pemimpin negara untuk menyerah.

Aparat Kota Kyiv, Ukraina mengevakuasi korban di salah satu gedung yang meledak (17/10/2022). Gedung itu salah satu sasaran pesawat nirawak berpeledak yang diarahkan Rusia ke sejumlah kota di Ukraina.
Serangan balik
Perlahan tapi pasti dampak serangan rudal Rusia mulai merambat ke garis depan. Serangan balik Ukraina di wilayah Kherson yang tadinya bermaksud terus maju mengejar pasukan Rusia di seberang Sungai Dnipro jadi melambat. Garis depan pertempuran di pusat kota strategis Bakhmut, wilayah Donetsk menjadi lebih menguntungkan Rusia.
Laman info perang Ukraina youtuber Denys Davydov dan The Enforcer pada 12 Desember 2022 memberitakan, secara perlahan militer Rusia mulai menekan batalyon-batalyon infanteri dan lapis baja terkuat Ukraina yang semula mengungguli Rusia dan kini mulai merebut pinggiran Bakhmut.
Dengan suplai logistik yang semakin berat akibat kondisi musim dingin dan infrastruktur yang hancur di wilayah Barat negeri, Ukraina dituntut melakukan sebuah terobosan yang signifikan menekan Rusia. Tujuannya, menyeimbangkan posisi daya tawar militer yang saat ini semakin timpang akibat strategi ”nekat” pasukan pimpinan Jenderal Sergey Surovikin itu.
Terobosan itu kemudian dijalankan dengan melangkah ke tahap peperangan yang belum pernah dilakukan sebelumnya, yakni menyerang Rusia jauh ke dalam wilayah Rusia sendiri bahkan terletak tak jauh dari ibukota Moskwa dan menyasar alutsista strategis Rusia yang selama ini sangat dilindungi pasukan Rusia.

Asap mengepul dari bangunan yang hancur sebagian di Kyiv, Ukraina (17/10/2022). Serangan di pagi hari itu merusak sejumlah bangunan tempat tinggal.
Serangan drone tempur terhadap dua pangkalan Angkatan Udara Rusia tercatat terjadi 5 Desember 2022 di Engels-1 di wilayah Saratov dan di pangkalan Dyagilevo di wilayah Ryazan yang berjarak sekitar 460-500 kilometer dari perbatasan Rusia-Ukraina. Sehari berikutnya, depot penyimpanan minyak Rusia di wilayah Kursk dekat perbatasan Rusia-Ukraina juga diserang drone serupa.
Pangkalan-pangkalan udara tersebut menjadi markas pesawat pengebom kelas berat jet Tu-22M dan Tu-160, dan pengebom berat turboprop Tu-95 ”Bear” yang dipakai dalam kampanye pengeboman kota-kota Ukraina. Serangan yang terjadi itu merusak paling tidak tiga pesawat pengebom yang sedang diparkir serta melukai tiga personel militer Rusia.
Sejauh ini, sebagian besar serangan Ukraina terhadap pangkalan militer Rusia terbatas pada sasaran yang dekat dengan perbatasan Ukraina. Pada 25 Februari 2022, sebuah rudal balistik jarak pendek ditembakkan ke pangkalan udara Millerovo di wilayah Rostov.
Kantor berita BBC.com memberitakan pada 2 Juli 2022, tiga rudal balistik Tochka-U Ukraina menyerang Belgorod, Rusia yang berjarak sekitar 30 km dari perbatasan dan menewaskan tiga orang. Sementara bulan Agustus 2022, giliran markas Armada Laut Hitam Rusia di Sevastopol menjadi sasaran drone bunuh diri Ukraina.

Presiden Rusia Vladimir Putin (kedua dari kiri) didampingi Wakil Perdana Menteri Marat Khusnullin (kiri) meninjau Jembatan Kerch (5/12/2022). Jembatan Kerch menghubungkan wilayah selatan Rusia dengan Semenanjung Crimea. Pada 8 Oktober 2022, ledakan bom truk terjadi di salah satu bagian jembatan.
Moskwa khawatir
Dibandingkan dengan serangan-serangan telak Ukraina sebelumnya, seperti penenggelaman kapal penjelajah “Moskwa” atau peledakan jembatan Crimea, serangan kali ini membangkitkan kekhawatiran tersendiri bagi pengamat militer Rusia. Para pengamat Rusia dalam acara debat Olga Skabayeva di televisi Rusia menyalahkan strategi militer Rusia, yaitu lemahnya pertahanan antiserangan udara di berbagai titik strategis dalam Rusia.
Mereka mengkhawatirkan bahwa serangan Ukraina bisa mencapai ibu kota Moskwa karena jarak jangkauan drone Tu-141 “Strizh” tersebut masih bisa lebih jauh. Invasi skala penuh ini telah menarik sistem pertahanan antiserangan udara ke garis depan sehingga meninggalkan berbagai ”lubang” di pertahanan udara Rusia yang pasti dilihat jelas satelit Amerika Serikat.
Nikolay Mitrokhin, seorang panelis menyatakan senjata itu dapat menjangkau sebagian besar Rusia barat, termasuk Moskwa, wilayah Sungai Volga, serta Crimea tempat armada Laut Hitam Rusia ditempatkan.
”Senjata itu kuat dan cukup tepat untuk memberikan kerusakan serius, termasuk menyerang apa pun yang berhubungan dengan minyak, bahan kimia, dan energi, serta jembatan besar,” kata Mitrokhin sebagaimana dilansir Al Jazeera (7/12).

Antusiasme warga Ukrina menyambut kehadiran Presiden Volodymyr Zelenskyy di kota tersebut, seusai militer Ukraina berhasil memukul mundur militer Rusia dari kota Kherson (14/11/2022).
Meski serangan itu sendiri diklaim tidak menimbulkan korban jiwa, tetapi dampak strategis serangan itu memberi efek penggentar psikologis bagi warga Moskwa kini. ”Penduduk Moskwa kini harus menyadari bahwa suatu saat, 'jamur' ledakan dapat tumbuh di luar jendela mereka, dan sesuatu yang berbahaya akan mulai terbakar,” tambah Mitrokhin.
Di Istana Kremlin Presiden Rusia Vladimir Putin cepat-cepat menggelar rapat darurat dan menyatakan serangan itu sebagai sebuah pelanggaran atas ”garis batas” Ukraina dan barat dari perang yang berlangsung. Melanggar ”garis batas” adalah sebuah istilah yang menggambarkan tingkat batas kesabaran Rusia dalam menahan Rusia dari penggunaan senjata pemusnah massal. Presiden Putin berkali-kali menyatakan tak segan menggunakan senjata pemusnah massal jika keselamatan warga Rusia terancam.
Sebagai catatan, ada sejumlah garis batas yang menjadi pegangan Rusia dalam menahan diri dari penggunaan senjata pemusnah massal. Garis batas itu di antaranya adalah serangan di wilayah teritorial Rusia, serangan terhadap warga sipil Rusia, campur tangan NATO secara langsung, dan deklarasi Ukraina sebagai anggota NATO.

Serangan masuk ke wilayah kedaulatan Rusia sebenarnya sudah dilakukan berkali-kali, tetapi biasanya hanya kepada sasaran-sasaran di wilayah dekat perbatasan seperti wilayah Belgorod yang berjarak 30 km dari perbatasan. Penyerangan ke wilayah kedaulatan Rusia yang menonjol adalah ledakan di jembatan Selat Kerch yang memancing balasan balik membabi buta Rusia ke sarana infrastruktur di seluruh Ukraina.
Betapapun, serangan drone ke pangkalan-pangkalan Rusia tampaknya mengisyaratkan dua hal, yakni kemampuan penetrasi Ukraina tanpa mengandalkan rudal dari NATO, dan sikap lebih permisif diam-diam AS terhadap serangan yang masuk jauh ke dalam wilayah Rusia.
Komando militer AS hanya menanggapi serangan rudal itu dengan menyatakan bahwa pihaknya tidak mengirimkan rudal HIMARS tipe ATACSM, rudal mobilitas tinggi yang memiliki jangkauan hingga 300 kilometer. Sejauh ini Ukraina hanya dipasok dengan jenis rudal presisi HIMARS dari tipe dengan jangkauan tembakan berkisar seratusan kilometer.
Baca Juga: Kherson Kembali ke Pangkuan Ukraina
Hal ini juga seakan menjadi jawaban atas tuntutan Menteri Luar Negeri Latvia Edgar Rinkevics kepada NATO, bahwa Ukraina mempunyai hak membalas ke dalam negeri Rusia akibat serangan ke infrastruktur sipil Ukraina. Menlu Edgar mengatakan Ukraina harus diizinkan untuk menyerang situs militer di dalam Rusia karena menangkis serangan terhadap infrastruktur kritisnya.
Di tengah silang pendapat itu Ukraina membuktikan bahwa dia bisa mandiri menyerang Rusia dengan senjata yang sulit ”dibantah” Rusia, yakni senjata-senjata produk sendiri era Uni Soviet sehingga tidak memiliki komplikasi politik dan militer yang rumit. (Bersambung) (LITBANG KOMPAS)
Baca juga: Arah Perang Rusia-Ukraina Mulai Berubah