Dalam hitungan waktu sepekan lagi, Piala Dunia 2022 akan digelar di Qatar. Meski sepak bola masih menjadi tontonan favorit, sampai saat ini antusiasme publik menantikan Piala Dunia masih belum panas.
Oleh
VINCENTIUS GITIYARKO
·4 menit baca
Olahraga memang menjadi tontonan yang digemari publik. Hal ini terbaca dari hasil jajak pendapat Litbang Kompas pada 8-10 November 2022 yang merekam sebanyak 83,7 persen responden menyatakan suka menonton pertandingan olahraga. Dari sini tampak bahwa siaran pertandingan olahraga masih menjadi hiburan yang dipilih publik.
Lebih lanjut, dari jajak pendapat ini, siaran pertandingan sepak bola masih menjadi tontonan yang paling digemari. Di antara mereka yang gemar menonton siaran olahraga, lebih dari separuh (68,2 persen) mengaku sepak bola menjadi siaran yang paling sering ditonton. Bulu tangkis (15,1 persen) dan bola voli (9 persen) mengekor posisi sepak bola dengan selisih yang cukup signifikan.
Dengan tingginya kesukaan masyarakat terhadap pertandingan sepak bola, menjadi tidak mengherankan jika publik mengaku menunggu-nunggu untuk bisa menyaksikan Piala Dunia 2022. Ada sekitar 61,2 persen responden yang menantikan Piala Dunia 2022 berlangsung. Sementara 35,1 persen responden merasa tidak menunggu-nunggu untuk menyaksikan turnamen sepak bola terbesar di dunia ini.
Kendati rasa penasaran untuk segera menonton Piala Dunia dinyatakan oleh lebih banyak responden, semangat ini tampak masih suam-suam kuku. Pasalnya, publik mengaku belum begitu intens mengikuti pemberitaan soal Piala Dunia.
Hanya 27,3 persen responden yang menyatakan sering mencari atau membaca berita tentang Piala Dunia. Sementara 71 persen responden menyatakan masih jarang mengikuti pemberitaan tentang turnamen yang pertama kali digelar pada 1930 itu.
Padahal, jajak pendapat ini dilakukan lebih kurang 10 hari jelang kick off pertama Piala Dunia tahun ini. Semestinya, bagi mereka yang demam bola, hari-hari ini pemberitaan Piala Dunia menjadi bacaan wajib demi memantau tim-tim favorit yang berlaga di Qatar nanti. Perlu diingat, pesta bola dunia ini digelar hanya empat tahun sekali.
Apabila ditelusuri dengan Google Trends, tampak pula kata kunci Piala Dunia belum menunjukkan tanda-tanda mencapai puncak pencarian di Indonesia memasuki November ini. Dari awal tahun, kata kunci Piala Dunia malah mencapai skor 100 (puncak) di Google Trends pada akhir Maret hingga awal April 2022. Kala itu diumumkan hasil undian yang membagi negara-negara peserta menjadi delapan grup.
Setelahnya, hingga akhir Oktober ini, paling banter kata kunci Piala Dunia menyentuh skor 25 pada akhir Mei 2022. Memang, di akhir Oktober 2022, skor minat terhadap kata kunci Piala Dunia sudah berada di angka 53. Namun, Google memproyeksi kata kunci ini akan masih berada di angka maksimal 73, belum mencapai titik puncaknya.
Gejala yang muncul dalam hasil jajak pendapat hingga fenomena pengguna internet Indonesia yang direkam oleh Google menunjukkan bahwa animo masyarakat dalam menyambut Piala Dunia 2022 memang suam-suam kuku saja.
Kecenderungan yang terjadi di Indonesia ini tampak berbeda dengan kecenderungan yang terjadi di dunia. Kembali pada data Google Trends, ”World Cup” sudah menjadi kata kunci yang terus menanjak memasuki Oktober 2022. Bahkan, Google memproyeksikan kata kunci ini akan menyentuh skor puncak, yakni 100, pada pertengahan November 2022 ini.
Problematis
Mencermati lebih dalam fenomena ini, ada faktor yang kemungkinan besar menjadi penyebab. Hal ini terkait model siaran yang berbeda dari gelaran-gelaran Piala Dunia sebelumnya.
Pada tahun-tahun sebelumnya, masyarakat selalu menonton Piala Dunia secara gratis dari siaran analog televisi lokal. Dalam pergelaran tahun ini, Piala Dunia kabarnya hanya akan disiarkan melalui televisi digital, televisi kabel, ataupun dengan model langganan berbayar di aplikasi yang terkoneksi dengan internet.
Jika disiarkan melalui televisi digital, saat ini belum semua masyarakat di wilayah Indonesia, terutama pelosok negeri, terkoneksi dengan siaran digital. Maka, pilihan ”gratis” lewat televisi digital tidak bisa dijangkau oleh semua masyarakat.
Sementara pilihan televisi kabel ataupun model langganan di aplikasi berbayar pun problematis. Dari sisi jangkauan, televisi kabel jadi soal. Dari sisi kemauan membayar, mengeluarkan uang untuk berlangganan siaran sepak bola belum menjadi pilihan gampang bagi sebagian besar masyarakat.
Faktor model siaran ini makin dikuatkan jika kita melihat opini masyarakat terkait berlangganan siaran Piala Dunia. Hanya sekitar 23,1 persen responden yang setuju bahwa menonton pertandingan Piala Dunia harus berbayar. Sementara 70 persen responden tidak setuju dengan itu. Ini menunjukkan, model langganan berbayar untuk konten hiburan seperti Piala Dunia masih belum menjadi preferensi masyarakat.
Peluang
Jika melihat kebiasaan masyarakat yang menilai bahwa langganan berbayar masih menumbuhkan keengganan, siaran Piala Dunia di Indonesia tahun ini kemungkinan akan lebih sepi penonton dibandingkan dengan pergelaran-pergelaran sebelumnya. Akan tetapi, jika kembali pada hasil jajak pendapat, masih ada satu hal menarik untuk dicermati.
Tatkala ditanya tempat yang disukai saat menonton Piala Dunia, 44,6 persen responden ternyata lebih suka menonton pertandingan Piala Dunia di rumah sendirian. Sementara 26 persen responden lebih senang menonton Piala Dunia di rumah bersama dengan teman. Selebihnya, sekitar 23,4 persen responden lebih suka menonton pertandingan Piala Dunia di tempat kumpul di luar rumah.
Hal ini bisa dipahami dari soal zona waktu. Jika dilihat dengan zona waktu Indonesia, paling sore pertandingan Piala Dunia kali ini akan dimulai pukul 17.00 WIB, berikutnya 22.00 WIB, lalu 02.00 WIB. Bahkan, memasuki babak gugur, pertandingan hanya akan digelar pada pukul 22.00 WIB dan 02.00 WIB.
Di waktu-waktu tersebut mungkin penonton lebih nyaman jika menonton pertandingan di rumah. Jika memang demikian yang terjadi, langganan berbayar mungkin mendapat peluang. Apalagi, jika pertandingan ditonton bersama dalam skala kecil, seperti dengan keluarga dan tetangga atau kerabat, ada kesempatan biaya langganan dan internet ditanggung bersama.
Peluang lainnya, Piala Dunia tahun ini yang digelar di Qatar sekaligus menjadi yang pertama di negara Timur Tengah. Melihat sentimen yang cukup positif terkait negara Timur Tengah, mungkin hal ini masih menjadi daya tarik lain yang bisa meningkatkan animo masyarakat Indonesia.
Selain itu, lagu tema dan pesta pembukaan juga bisa mendongkrak minat masyarakat untuk menonton Piala Dunia serta tentu saja pertandingan itu sendiri. (LITBANG KOMPAS)